webnovel

25. Sadar...

Keesokan Harinya Leonna sampai di ruangan Verrel, setelah memakai pakaian sterilnya Leonna memasuki ruangan Verrel dimana Verrel terbaring kaku. Bahkan tangan kirinya terlihat di balut perban terlihat lukanya cukup parah dan tusukannya cukup dalam. Leonna duduk di kursi yang ada di samping brangkar Verrel, suara detak jantung yang mendominasi ruangan ini. Ia menatap wajah pucat Verrel yang memakai alat bantu pernafasan yang menempel di hidung dan mulutnya. Dengan ragu Leonna memegang tangan kanan Verrel yang tak terluka dan menciumnya cukup lama hingga air matanya kembali luruh membasahi pipi. "maafkan aku, Kak." isaknya menundukkan kepalanya. "aku mohon bukalah mata kamu, Kak." isak Leonna sejadi-jadinya.

"Kenapa Kakak melakukan ini? Kenapa kakak selalu berkorban untukku? Kenapa Kak?hikzz...."isak Leonna menatap wajah Verrel yang terpejam. "Kakak tau, selama ini aku terlalu bodoh dan buta akan cinta. Aku pikir perasaan kagumku pada abang, bisa aku artikan sebuah cinta. Tetapi aku salah, Kakaklah yang selama ini aku cintai. Dan bodohnya aku baru menyadarinya sekarang." isak Leonna.

"Saat ini aku menerimamu sebagai suamiku Kak, bukan sebagai teman lagi. Aku menerimamu sebagai suamiku dengan sepenuh hatiku Kak. Ku mohon bukanlah matamu, aku disini menunggumu,, hikzz..hikz..." isaknya. "aku berjanji setelah ini aku bahkan tak akan pernah melirik pria manapun. Mulai hari ini, Kakaklah tujuan Leonna, seseorang yang akan selalu Leonna hormati dan cintai. Leonna akan mencintai Kakak sepenuh hati Leonna, Leonna akan menyerahkan seluruh hidup Leonna demi kakak. Leonna janji Kak, hanya kakak. Leonna akan selalu mencintai Kakak," isak Leonna. "bukalah mata Kakak, agar Leonna dapat mengatakannya di hadapan Kakak. Kalau aku, Leonna Fidelia Adinata, istri sah dari Verrel Alexander Orlando mulai detik ini berjanji akan selalu setia dan menjaga kehormatan suamiku. Aku berjanji akan selalu mendampinginya dan mencintainya sepenuh hatiku. Aku berjanji,, hikzzzz." isak Leonna menunduk dan menciumi tangan Verrel.

"Dia akan segera siuman," ucapan seseorang membuat Leonna menengok ke sumber suara dan Daniel tengah berdiri di belakangnya dengan sudah memakai pakaian steril. Daniel bahkan mendengar semua curahan hati Leonna yang memilukan, di sisi lain Daniel senang mendengarnya. Ternyata anaknya tak akan kembali terluka karena cinta yang berat sebelah.

"Ayah," gumam Leonna dan Daniel berjalan mendekati Leonna dengan senyumannya. Daniel tersenyum manis pada Leonna, dan mengusap kepala Leonna dengan sayang. "Ayah sudah tidak marah?"

"Tidak,, walau Ayah sempat kesal kemarin. Tapi Ayah berharap hubungan kalian akan kembali membaik." ucap Daniel membuat Leonna memeluk Daniel dengan isakannya. Setidaknya beban Leonna sedikit berkurang, walaupun sang papanya Dhika masih belum mau menyapanya.

"Terima kasih Ayah, terima kasih." isak Leonna.

"Iya sayang, ayah yakin Verrel akan segera sadar." ucap Daniel membuat Leonna mengangguk di pelukan Daniel.



Keesokan harinya Leonna kembali datang di pagi hari dan mendapat kabar bagus karena Verrel sudah sadar dan di pindahkan ke ruang rawat biasa. Leonna bahkan berdandan dulu di rumah sebelum berangkat ke rumah sakit. Daniel dan Verrel tengah berbincang saat Leonna masuk ke dalam ruangan. Senyuman manis menghiasi wajah cantiknya yang di poles dengan bedak dan lipstick berwarna peach.

"selamat pagi" sapanya dengan riang. Verrel terlihat meliriknya singkat membuat Leonna sedikit kecewa, tetapi tak mengurungkan niatnya untuk tetap mendekati suami dan ayah mertuanya.

"Ayah tolong siapkan penerbangan ke Indonesia sore ini. Aku akan kembali," ucap Verrel masih tidak melirik Leonna yang sudah berada di sisi brangkar sebelah kirinya.

"Tapi son, kamu masih sakit," ucap Daniel.

"Aku sudah tidak apa-apa, tolong siapkan penerbangan kembali ke Indonesia. Dan tolong tinggalkan aku sendiri, aku masih sedikit pusing dan ingin beristirahat."

Deg.... Ucapan Verrel yang terdengar dingin menusuk relung hati Leonna, bahkan Verrel seakan enggan untuk menatap ke arahnya. Daniel terlihat bingung dengan perkataan putranya. Ia menatap Leonna yang terlihat murung, karena ucapan Verrel barusan. Sedangkan Verrel terlihat acuh dan memejamkan matanya.

"A-aku akan tunggu diluar." Leonna masih memasang wajah ceritanya dan tersenyum manis pada Daniel, setelahnya Leonna berjalan menuju keluar ruangan dengan mencengkram tali tas selendangnya dengan kuat.

Setelah menutup pintu ruangan, Leonna bersandar ke dinding di samping pintu ruangan Verrel. Dadanya terasa sangat sesak dan terhimpit sesuatu.



Chapter 12

Please I Want To,,

A Second Chance

S

aat ini mereka semua sudah kembali ke Indonesia. Setelah kejadian Verrel yang mengacuhkan Leonna, Leonna masih berdiri di luar ruangan menunggu Verrel tetapi Verrel tetap tak memanggilnya dan tetap mengacuhkannya. Saat kembali ke rumah keluarga Winstone juga, Leonna sama sekali tak bertemu dengan Vino. Entah kemana dia, karena sampai Leonna kembali bersama kedua orangtuanya, Daniel dan Verrel. Vino tak menunjukkan batang hidungnya.

Dhika....? jangan tanyakan Dhika, karena Dhika masih mogok bicara pada Leonna. Leonna terasa canggung dan sesak karena di acuhkan dua pria yang berarti di hidupnya. Sedangkan sang Mama, dia seakan tau apa yang Leonna rasakan. Thalita memberi Leonna kekuatan dan tetap memberinya senyum walau Dhika juga terlihat mengacuhkan Thalita.

Sesampainya di Jakarta, Leonna ikut bersama Daniel menuju rumah mertuanya. Verrel bersikeras menolak untuk kembali ke rumah sakit. Verrel merasa baik-baik saja walau tangannya di sanggah menggunakan Arm Sling atau alat penyanggah Lengan patah. Sikap Verrel masih sama,, dingin dan datar. Verrel bahkan tak menganggap Leonna ada.

Saat ini Verrel terlihat kesusahan membenarkan Arm Sling di bagian tengkuknya dan lengannya yang cukup sulit di jangkau. Verrel hendak mengganti perban yang menutupi lukanya. Leonna yang baru masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan makanan segera menyimpannya di atas meja dan berjalan mendekati Verrel.

"Tidak usah," ucap Verrel saat Leonna hendak membantu melepaskan arm sling itu.

"Tapi Kak-," ucapan Leonna tertahan. Verrel tak menanggapinya dan terus berusaha melepaskannya.

"Aaarghhh," ringisnya saat rasa perih dan sakit menyerang karena tak sengaja menggerakkan lengannya.

"Kak, kakak tidak apa-apa kan?" Leonna sangat khawatir. "biar aku membantu Kakak." Leonna memaksa untuk membantu Verrel.

Verrel yang memang merasa tak bisa melakukannya sendiri, membiarkan Leonna melakukannya. Pandangan Verrel di alihkan ke sudut lain untuk tak menatap Leonna. Leonna dengan telaten mengobati Verrel dan mengganti perban yang Verrel pakai. Leonna sesekali melirik wajah Verrel yang sama sekali tak melihat ke arahnya. Verrel terlihat menghindari beradu pandang dengannya. Leonna menyelesaikan kegiatannya. "Sudah selesai, Kakak makan yah, aku buatkan bubur untuk Kakak." ucap Leonna hendak beranjak mengambil nampan berisi bubur itu tetapi langkahnya langsung berhenti setelah mendengar kata-kata Verrel yang menyayat hatinya.

"Jangan mengasihaniku. Aku tak butuh belas kasihan darimu." ucap Verrel beranjak keluar dari kamarnya.

Leonna masih mematung di tempatnya, kata-kata Verrel barusan menyayat hatinya. Apa yang terjadi dengan Verrel sebenarnya?

Setau Leonna, Verrel tertusuk di sekitar pundaknya bukan kepalanya yang terbentur. Tetapi kenapa Verrel berubah menjadi sangat dingin padanya. Sosok yang sama sekali tak Leonna kenali. Apa jangan-jangan, pengaruh obat yang membuat Verrel berubah menjadi seperti ini??

Kemana Verrel yang selalu lembut dan perduli padanya..? Saat ini sosok yang berada di dekatnya sudah sangat berbeda, jauh berbeda dari Verrel yang biasanya.

Leonna berjalan keluar kamar dan terlihat Verrel tengah menikmati makanan yang baru saja di masak oleh Serli. Leonna merasa hatinya tercubit, baru kali ini Verrel menolak masakannya. Padahal Leonna sudah membuatnya saat mereka baru saja sampai ke rumah. Leonna tak ingin mempermasalahkannya dan memilih berjalan ke arah dua orang yang ada di ruang makan.

"Hy Bunda," sapa Leonna dengan riang.

"Hy sayang, ayo makan sekalian dengan Verrel." ajak Serli,

"Bunda masak apa?" Tanya Leonna.

"Bunda buatkan bubur sumsum buat Verrel," celetuk Serli membuat Leonna tersenyum kecut padahal tadipun Leonna membuat itu untuk Verrel tetapi Verrel menolaknya. Panggilan Daniel menyadarkan mereka.

"Sebentar yah, sepertinya Ayah kalian sangat merindukan Bunda." ucap Serli dengan kekehannya membuat Leonna terkikik melihatnya. "Iyaa ayah sayangg,"

"Lucu sekali melihat Ayah dan Bunda." ucap Leonna yang masih berdiri di samping Verrel dengan kekehannya.

"Apa kamu tak ada kegiatan." Tanya Verrel, membuat Leonna menatap Verrel dengan berbinar. 'A-apa kak Verrel mau mengajakku berkencan?' batin Leonna penuh harap dan sangat senang. "Kamu mendengarku kan?" Tanya Verrel tanpa menengok ke arah Leonna.

"Eh?" Leonna tersadar dari lamunannya. "Itu, tidak Kak. Kenapa?" Tanya Leonna penuh harap.

"Aku merasa terganggu kamu terus membuntutiku, carilah kegiatan lain yang lebih berarti."

Deg .. Ucapan Verrel mampu menghantam dadanya. Sesak yang Leonna rasakan saat mendengar penuturan Verrel yang bahkan mengatakannya dengan sangat dingin dan tanpa menengok ke arahnya. 'A-apa Kakak sangat marah?'

Verrel beranjak setelah menyelesaikan makanannya dan meraih gelas untuknya meminum obat. Leonna bergegas mengambilkan air untuk mengisi gelas Verrel yang sudah kosong. Tetapi Verrel mengambil gelas baru dan mengisinya sendiri membuat Leonna semakin terluka. Verrel dengan santai melahap obatnya dan beranjak pergi meninggalkan Leonna sendiri yang membeku. "kenapa?" gumam Leonna, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya siap meluncur bebas ke bawah tetapi Leonna menahannya sekuat tenaga. "Kuat, aku harus kuat. Aku bukanlah Leonna yang cengeng."

