“Kekuatan jiwa dari para Guardian Angel akan bernafas di kehidupan baru dari anak manusia. Tiga Guardian Angel akan lahir ke dunia terrestrial dan sekali lagi, kalian bertiga akan menjadi pelindung mereka.” “Kau akan membuat kami menjadi budak dari makhluk lemah seperti mereka?!” Torak bertanya dengan tidak percaya. “Tidakkah dirimu takut kalau kami akan mematahkan mereka menjadi dua?” Para Guardian Angel itu sangatlah rapuh dan mereka, sebagai Lycanthropes, sangat tidak mengapresiasi segala bentuk kelemahan. “Tidak, kamu tidak akan melakukan itu.” Selene berkata dengan sangat sabar. “Kalian tidak akan menjadi budak mereka ataupun meyakiti para Guardian Angel, kalian akan menghargai mereka dalam hal apapun.” Tapi, suara Selene selanjutnya di selimuti dengan sebuah kebahagiaan saat dia berbicara. “Kalian tidak akan pernah menyakiti pasangan jiwa kalian.” ==== Ini adalah cerita werewolf dan Lycanthropes (dan sudah pasti fantasi)! Didalam cerita ini ada beberapa istilah yang merujuk pada dewa dan dewi yunani kuno. Kalau kalian suka membaca tentang fiksi makhluk supernatural pasti ada beberapa istilah yang tidak asing bagi kalian. Pertanyaan mengenai hal yang kurang jelas dan saran dapat ditulis di kolom komentar, sebisa mungkin akan author jawab. ************************ Meet me on instragram : jikan_yo_tomare
"Aku mengira bahwa dia berada di belakangku." Hope menjawab, mencoba untuk membenarkan apa yang ia lakukan sebelumnya. Kenapa entah Jedrek atau pun Torak menyalahkannya? "Aku sedang mengejar Lilac dan Chiron sebelumnya..."
Torak menutup kedua matanya untuk mengontrol amarahnya. Itu sangat mudah untuk membentak kepada siapapun ketika ia tidak bisa mengetahui siapa yang harus ia salahkan untuk apa yang telah terjadi kepada pasangannya.
Namun, sebenarnya Torak juga mengetahui bahwa ini bukanlah kesalahan Hope, sudah cukup bagus karena tidak ada hal buruk yang terjadi kepadanya ketika ia mengejar Chiron dan para iblis tidak membawanya atau pun Raine ketika tidak ada satu orang pun yang bisa melindungi mereka.
Namun, untuk melihat kondisi Raine saat ini lagi, Torak merasa marah kepada dirinya sendiri.
"Apa yang kau lakukan?" Torak tidak bermaksud untuk menyentak kepada Hope, namun insting dari sisi buasnya tidak suka ketika melihat Hope berjalan mendekat dan duduk di tepian tempat tidur lalu hendak menyentuh Raine.
"Apa aku bisa menyentuhnya?" Hope bertanya, saat tangannya berhenti bergerang di pertengahan udara. Ia menatap ke arah Torak, dengan hening meminta persetujuan dari sang Alpha untuk menyentuh pasangannya.
Torak tidak secara langsung menyetujuinya, tapi jika dipikirkan lagi, para guardian angel itu bisa menyembuhkan satu sama lain ketika mereka berada cukup dekat, sama seperti bagaimana kedekatan mereka busa meningkatkan kesembuhan Lilac, Torak akhirnya menganggukkan kepalanya.
Melihat persetujuan yang diberikan oleh Torak kepadanya. Hope menghela napas dalam dan mengulurkan tangannya lagi untuk menyentuh tangan Raine.
Sebenarnya, Hope merasa penasaran, kenapa Raine memiliki aura hitam di sekelilingnya? Dan ia merasa cukup yakin, bahwa Torak dan Lana juga bisa melihatnya.
***
Kace memanjat pintu gerbang istana ketika hujan yang airnya berwarna hitam itu akhirnya berhenti turun dari langit. Tidak ada siapapun yang mengikutinya, karena Carina atau pun Sterling tidak dapat memanjat dinding ini.
Namun, Kace memastikan kepada Sterling untuk terus mengawasi Carina. Ia menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Jadi ia dapat mengerti akan pentingnya hal itu.
Sekarang, Kace sedang menancapkan kukunya dengan dalam di dinding padat yang sangat tinggi yang melindungi seluruh istana. Lycan putih itu meraung dan menggeram setiap kali cakarnya tidak menancap terlalu dalam sehingga menyebabkannya terpeleset beberapa kali sebelum ia berhasil untuk mencapai puncaknya. Tidak perlu menyebutkan hujan itu, yang hanya membuat semua hal semakin sulit untuknya, karena dinding batu itu menjadi basah.
Namun, kedua mata makhluk buas itu melebar dengan tidak percaya dengan melihat apa yang sedang terjadi di bawah sana.
Di atas tanah, terdapat banyak sekali bangkai lycan yang tersebar di seluruh taman utama, kehilangan anggota tubuh mereka dengan darah yang menutupi hampir seluruh tanah dan berceceran dimana-mana.
Makhluk buas itu mengeluarkan geraman kencang sebelum ia mendarat dengan keempat kakinya. Ia melompat lagi dengan lebih tinggi dan mendarat di tubuh-tubuh tak bernyawa itu, yang mana darah dari mereka menodai bulu putihnya yang sudah kotor.
Lycan Kace melompat lagi hingga ia mencapai ke tempat yang lebih aman dan kosong, yang sudah tidak lagi ditutupi dengan bangkai-bangkai itu dan langsung bergegas menuju ke halaman Jedrek.
Ia bisa mencium aroma dari pasangannya walaupun bau itu hanya sedikit. Hope berada disini sebelumnya dan tidak hanya itu, ia bersama dengan Raphael dan Lana.
Kenyataan bahwa ia tidak sendirian sedikit membuat ketegangannya berkurang dan ia mempercepat langkah kakinya.
***
Raphael hendak mengikuti Jedrek ketika ia mendengar seseorang mengerang dari arah yang berlawanan dari dimana Jedrek telah pergi.
Jika itu bukan karena aroma yang tidak asing yang telah ia ketahui dengan sangat jelas, Raphael tidak akan berbalik untuk memeriksanya.
Namun, ia sangat mengenal aroma ini dengan baik.
"Calleb!" Raphael tergelincir hingga berhenti ketika ia melihat sang Gamma terbaring di lantai yang dingin, terengah-engah. "Hey! Bangunlah!"
Raphael menggoyangkan tubuhnya, tapi Calleb masih tidak juga membuka matanya, dan ketika ia melihat bagaimana Calleb seakan tercekik dengan sesuatu yang tidak bisa ia mengerti, Beta itu menampar wajahnya dengan sangat keras.
"Aaarrgh!" Calleb membuka kedua matanya secara tiba-tiba dan menatap tajam ke arah Raphael dengan kebingungan. "Kenapa kau menampar pipiku?!" Ia berteriak dengan marah.
Sedangkan di sisi lain, Raphael menampar pipi sebelahnya lagi, namun kali ini tidak sekeras sebelumnya. "Jika kau sudah bangun, cepat ikuti aku. Kita harus menemukan Jedrek."
Calleb menggelengkan kepalanya dan mengusap kedua pipinya. Beta ini sangat gila, tapi ia tidak bisa ingat dengan apa yang terjadi kepadanya hingga Raphael membantunya untuk bangun dan ia melihat darah di lantai. Barulah pada saat itu ia mengingatnya.
"Raph!" Calleb berteriak dengan terkejut. "Centaurus itu mengkhianati kita! Dia akan melakukan sesuatu kepada para guardian angel, kita harus mencari mereka terlebih dahulu sebelum kita mencari kakak Torak!"
"Tidak!" Raphael dengan cepat menarik tangan Calleb untuk menghentikannya dan kemudian ia menyeret Gamma itu bersamanya. "Raine dan Hope sedang bersama dengan Torak dan Lana sekarang, mereka sudah aman. Namun, Lilac menghilang, centaurus itu membawanya entah kemana. Dan sekarang, kita harus menghentikan Jedrek sebelum ia melampiaskan semua kemarahannya dan situasi menjadi semakin sulit dan tak terkendali." Ia menjelaskan situasi mereka saat ini kepada Calleb secara singkat.
***
Kace berubah kembali ke dalam wujud manusianya ketika ia mencium aroma Jedrek yang semakin mendekat ke arahnya sebelum ia bisa melihatnya di ujung lorong ini.
"Jedrek!" Kace berlari ke arah sang Alpha. Ia sedikit merasa lega bahwa Jedrek sudah sampai disini lebih dulu sebelum dirinya, meskipun ia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan cara kakaknya itu menatap ke arahnya. "Apa yang terja..."
Namun sebelum Kace bisa menyelesaikan kalimat pertanyaannya, Jedrek sudah menarik leher Kace dan mendorongnya ke dinding hingga dinding itu hampir rusak karena tekanan yang besar.
Kace melebarkan kedua matanya dengan terkejut. Ia tidak mengetahui apa alasan Jedrek menyerangnya dengan tiba-tiba seperti ini. Untungnya, ia mendapatkan jawaban itu secara langsung.
"SUDAH KUKATAKAN KEPADAMU BAHWA SEMUA CENTAURUS ITU TIDAK BISA DIPERCAYAI!" Jedrek menggeram dengan sangat marah kepada Kace, walaupun sebagai seseorang, yang memiliki darah Donovan, ia harus mengatupkan giginya karena dominasi yang ia rasakan dari Jedrek. Ia sungguh bersikap seperti seorang 'Alpha' dihadapannya.
Kace mendapatkan kembali kesadaran dan keseimbangannya dengan cepat dan memutar tangan Jedrek lalu menendangnya untuk melepaskan genggaman keras dari tangan Jedrek di lehernya. Ia bahkan mencakar wajah Jedrek dan meninggalkan luka yang parah disana, namun Jedrek sudah tidak lagi peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan, saat ia menatap tajam ke arah Kace dangan sangat menyeramkan.
Ia sudah gila!