Part 6
Raena menghela nafanya sedikit kasar karena Lien. Bagaimana Raena tidak kesal kepada Oemma tirinya ini. Setelah Raena pulang dari praktek, Lien menjemputnya dengan kondisi hamil 6 bulan, dan sedang dalam masa mengidam. Dan membuat Raena tambah kesal adalah Lien mengidam ttakbokki dan bulgogi toping keju super jumbo dan pedas. Raena pikir yang akan memakan itu semua itu adalah Raena dan Soobin. Yeonjun ikut juga jadi korban mengidamnya Lien ketika dia ingin menjemput Soobin.
"Aish, bisa – bisa perutku meledak, Noona…" rengek Soobin sudah tidak tahan lagi.
"Oemma, kita bungkus saja dan bawa pulang ya?" bujuk Raena sudah tidak tahan kepedesan.
"Iya, noona. Perutku sudah panas karena pedas." Yeonjun ikutan dengan mereka berdua.
"Tidak bisa, kalian mau kalau kedua anakku lahir ileran? Enggak mau, kan? Kajja, kalian lanjut makannya soalnya kalian lucu kalau kepedesan." Mereka bertiga hanya bisa pasrah mendengar penolakannya Lien, dan melanjutkan makannya.
Setelah semuanya sudah habis, Soobin dan Yeonjun langsung berpamitan pulang karena perut mereka berdua sudah mulai mulas. Sementara Raena, dia sudah meminum obat mulasnya ketika dia bolak – balik ke toilet.
"Sekarang Oemma minta apa lagi?" tanya Raena ketika mereka di parkiran mobil.
"Minum milk shake di cafeteria Bighit sama mau mengucir rambutnya Jungkook." Raena membulatkan matanya, karena permintaan Lien sama saja dengan membuat kericuhan.
Karena banyak Army di sana untuk menyambut, comeback album BTS yang baru saja rilis.
"Oemma, mereka sedang comeback. Kalau kita di sana akan membuat kericuhan. Kau tahu sendiri kemarin lusa, banyak fans Appa mengerubungimu." Raena berusaha menolak.
"Ayolah, Raena. Sekali ini saja, ya? Demi dongsaengdeulmu di sini…," bujuk Lien bertingkah seperti anak kecil.
Mau tidak mau akhirnya Raena menuruti juga kemauan Lien. Untungnya Taekwoon meminjamkan mobilnya kepada Raena untuk mengantarkan Lien. Jika boleh jujur, Raena sebenarnya malas ke gedung itu karena pasti ketemu Appanya lagi. Karena 2 bulan terakhir ini, Raena menghindar dari Hoseok sejak ucapannya itu.
"Oemma, kau jangan berteriak lagi seperti kemarin lusa." ucap Raena kepada Lien setelah mereka sampai di basement gedung Bighit. Raena sengaja melewati basement karena tempat itu aman.
Sesaat kemudian mereka menuju lift yang ada di basement. Setelah mereka masuk, Raena memencet tombol menuju cafeteria gedung Bighit. Tidak perlu menunggu waktu lama, mereka sampai tempat tujuan dan Raena mengirim pesan kepada Jungkook untuk ke cafeteria. Setelah memesan apa yang mereka pesan, Raena mengajak Lien duduk di bangku dekat dengan jendela Ruangan.
"Oh, ini perempuan yang merebut Hoseok dari Seulgi?" Raena dan Lien mengerutkan keningnya ketika ada seorang wanita seksi, berambut pirang, dan dengan pakaian minim.
"Hyuna oennie, kau jangan asal bicara. Kalau sampai Yoongi Oppa tahu, pernikahan kalian bisa batal." Raena tentu saja kesal dengan yeoja satu gang dengan Seulgi ini.
"Asal bicara bagaimana? Sudah jelas jalang ini merebut Hoseok dan membuat pernikahan mereka batal." Hyuna menunjuk tajam ke arah Lien.
"Kalau kau tidak tahu permasalahannya jangan sok tahu, Hyuna noona." Ucap Jungkook tajam kepada wanita.
Sebenarnya Jungkook sudah datang bersama Jimin. Tapi namja itu keluar sebentar karena kekasihnya menelpon.
"Jungkook –ah, kau kenapa bisa di sini?" Hyuna terkejut.
"Kalau bukan karena kakak iparku sedang mengidam. Aku tak akan tahu kalau sifat calon istri salah satu hyungku seperti ular." jawab Jungkook santai.
"Apa jadinya dalam waktu 3 menit, Yoongi hyung datang ke sini dan membatalkan pernikahan kalian?" Hyuna tentu saja tidak percaya dengan ulah Jungkook.
"Perkataanmu tadi, sepertinya Yoongi hyung sudah mendengarnya. Karena jempolku sungguh kurang ajar merekamnya dan mengirimkannya ke Yoongi hyung." Lanjut Jungkook dengan wajah sinis.
Dan benar saja, Yoongi datang bersama Hoseok ketempat itu. Yoongi yang merah padam karena marah, langung membawa Hyuna dengan menyeretnya. Sementara Hoseok, menatap tajam ke arah Raena dengan tatapan tidak suka.
"Aku yang mengajak Raena ke sini karena aku mengidam milk shake dan ingin mengucir rambut Jungkook." Lien langsung angkat bicara karena dia tidak mau Hoseok memarahi Raena.
"Lain kali, kalau mau ke sini hubungi aku dulu. Jangan minta antar orang lain untuk mengantarkan," Hoseok menasehati Lien dan sesekali membelai perut Lien.
"Orang lain, ya?" Raena tersenyum pasi ketika ayahnya menganggap orang lain.
Ingin sekali Lien membalas perkataan Hoseok. Namun Raena mengisyaratkan jangan membalasnya. Biar dia yang terluka, Lien jangan ikut terluka juga.
Beberapa saat kemudian, pesenan mereka datang dan Lien mulai aksinya mengucir rambut Jungkook dengan lucu. Raena dan Hoseok hampir tersedak minuman karena tertawa melihat tingkah Lien mengucir Jungkook dengan lucu.
***
Hoseok tertidur dengan gelisah, sesekali dia menggelengkan kepalanya, dan keningnya berkerut. Sementara Lien tidur di sebelahnya merasa terganggu, dan berusaha membangunkan Hoseok.
"Andwae...," Hoseok terbangun dengan nafas tersenggal – senggal.
Dengan sigap, Lien mengambil gelas air putih di nakas. Kemudian dia memberikan kepada Hoseok.
"Minumlah dulu agar kau tenang." Ucap Lien halus.
Ini malam ke lima Hoseok selalu bermimpi buruk, sepulangnya dia dari makam Hyemi. Entah apa yang di mimpikan Hoseok, karena namja itu tidak pernah cerita kepada Lien.
"Lien –ah," Hoseok menyandarkan kepalannya di pundak Lien.
Lien tentu saja terkejut melihat kelakuan Hoseok, karena jantungnya tidak karuhan ketika Hoseok menyandarkan kepalanya di pundaknya. Lien yakin ini bawaan dari bayi yang dia kandung. Karena Hoseok menikahinya karena tanggung jawab bukan karena cinta.
"Ne?" Lien menanggapi Hoseok dengan pelan.
"Biarkan aku bersandar di pundakmu, ya? Hanya sebentar saja…," ucap Hoseok pelan.
Lien tidak menjawab dia hanya mengganggukan kepalanya. Walaupun kepala Hoseok sedikit berat.
"Entah kenapa mimpi buruk itu sangat nyata, Lien – ah? Bahkan sangat nyata sekali di benakku," curhat Hoseok.
"Mungkin kau hanya kelelah, Hoseok – ah. Apalagi, sebentar lagi kau mengadakan konser di beberapa kota. Jadi tubuhmu terforsir untuk bergerak," Lien mencoba menenangkan Hoseok.
Sementara itu di lantai 2 milik Raena. Yeoja itu tiada henti memuntahkan cairan kental merah di kamar mandi. Entah mengapa dia selalu begini jika dia kelelahan.
"Kapan berakhirnya ini, Tuhan…," ucapnya dalam hati.
Setelah muntahannya berhenti, kini hidungnya mengeluarkan darah dan itu membuat Raena mengumpat karena waktu istirahatnya terganggu gara – gara ini.
"Aish, gara – gara telat meminum obat sehari. Bisa kambuh seperti ini, bagaimana aku tidak meminumnya sama sekali." Kesal Raena mengambil tisu membesihkan darah dari hidungnya.
Sebenarnya system immune Raena juga sedikit lemah, karena sejak bayi dia tidak pernah mendapatkan ASI. Dia mendapatkan ASI jika ada orang baik yang memberikannya. Makanya sejak bayi hingga usia 5 tahun, dia tinggal bersama kedua orangtua Hoseok dan Jiwoo. Sedangkan Raena tinggal dengan Hoseok ketika Raena menginjak usia 6 tahun itu pun penuh penolakan dari Hoseok.
"Kalau begini terus, lebih baik cabut saja nyawaku. Dari pada aku tersiksa terus." ucap Raena kesal.
***
Esok hanya saat Raena membantu Lien, menyiapkan makanan siang untuk Hoseok. Mereka di kejutkan dengan kedatangan Tuan Park berserta anak buahnya. Tentu saja Raena terkejut, dan mencoba tenang.
"Apa kabar cucuku sayang?" ucapnya dengan remeh ketika memasuk ruang tamu.
Ingin sekali Raena memberikan bogeman mentah dengan orang hampir setiap hari meneror Appanya.
"Ada apa Haraboeji datang ke sini?" tanya Raena datar.
"Wah, beginikah caramu menyambut kakekmu?" Raena hanya memutar matanya malas.
"Aku datang ke sini karena ingn mendengar keputusanmu." Tuan Park menatap Raena tajam.
"Sudah beberapa kali saya bilang. Saya tidak akan pergi kemana pun, Tuan Park terhomat…," balas Raena menekan.
"Berarti kau ingin kehilangan Appamu?" Raena hanya terkekeh mendengar ucapan kakeknya.
"Tuan Park, anda adalah orang terhormat. Anda tidak berpikir kalau anda orang yang berpendidikan?" Tuan Park langsung terdiam.
"Anda boleh menghukum saya, menorer saya setiap hari. Tapi saya mohon, jangan pernah menganggu Appa. Sudah cukup 17 tahun, dia merasakan penderita sendirian, dan meluapkan kekesalannya kepada saya. Cukup saya yang terluka, Tuan Park." Jelas Raena panjang lebar.
"Kau tidak tahu apa – apa, anak sial! Kehadiranmu itu adalah aib di keluargaku!" Tuan Park meninggIkan suaranya.
"BAGAIMANA KELAHIRANKU ADALAH AIB DARI PERNIKAHAN YANG SAH, TUAN PARK?!" Raena kehabisan kesabaran.
Lien mencoba mengusap pungung Raena agar anak itu bisa tenang dan tidak emosi.
"DIAM KAU, JUNG RAENA!" Tuan Park tidak mau kalah.
"Kau, dan Appamu itu sama. Sama – sama pebuat aib di keluargaku. Andaikan Appamu tidak berbuat bejat kepada anakku dan menikahinya. Pasti anakku masih hidup, dan melanjutkan masa mudanya." Tuan Park menyalahkan Raena kembali.
"Namun ini sudah takdir, Tuan Park." Lien mulai angkat bicara.
"Anda tahu? Aku juga korban kebejatannya Hoseok, dan untungnya dia bertangung jawab. Ini semua karena takdir Tuhan, Tuan Park. Kalau anda melenyapkan Hoseok. Kau sama saja melenyapkan, ayah dari anak – anakku. Apa kau punya hati, Tuan Park?" lanjut Lien kepada Tuan Park.
"Hai, kau tidak tahu apa – apa soal ini?" sentak Tuan Park kepada Lien.
"Bagaimana aku tidak tahu apa – apa. Sedangkan posisiku sama dengan Raena. Aku merasakan bagaimana rasanya menjadi anak dengan orang tua tunggal? Aku tahu bagaimana rasa di benci oleh kakek dari pihak ibu dan semua kesalahan di limpahkan kepada Appaku!" ucap Lien dengan nada tinggi.
Tuan Park langsung terdiam, dan menyuruh asistennya untuk perg meninggalkan rumah itu.
"Tunggu pertunjukkanku, nona Jung." Ucapnya sebelum pergi.
Raena mendengar itu hanya bisa terdiam bagaimana menghentikan dendam haraboejinya itu.
***
Ketika jam menunjukkan pukul waktu makan siang, Lien dan Raena datang tepat waktu. Sejujurnya sejak kedatangan Tuan Park tadi, Raena tidak ingin ke gedung Bighit. Dia lebih memilih menenangkan dirinya, daripada bertemu Hoseok.
"Wah, kau keponakan ahjussi benar – benar hebat bisa masak. Apa karena Yeonjun kau tiba – tiba masak?" goda Taehyung kepada Raena yang duduk di sebelahnya dan mendapatkan injakan dari Raena.
Memang, sebagian makanan Raena dan Lien bawa adalah masakan Raena. Sejujurnya di balik sifat tomboy Raena, dia pintar memasak dan hampir semua member Bangtan tahu kalau keponakannya itu pintar masak. Kecuali Hoseok yang hampir tidak tahu kelebihan anaknya.
"Yak! Kenapa kau menginjak kaki ahjussimu yang tampan ini, huh?" Taehyung merasakan kesakitan karena injakan Raena bukan main.
"Tampan? Ahjussi tampan dari mana? Justru Taekwoon ahjussiku yang paling tampan. Saking tampannya, aku ingin menyuntiknya dengan obat bius total." Ucap Raena kesal kepada Ahjussi kesayangannya yang di rumah sakit itu.
"Yak! Itu sama saja, dasar calon Dokter." Timpal Jimin.
Sementara di meja sedikit jauh dari mereka, Hoseok makan siang di temani Lien. Mata Hoseok tidak lepas pandangnnya kepada Raena yang sedang makan dengan para maknae line. Lien tahu sebenarnya suaminya, mulai memperhatikan Raena. Namun ego Hoseok itu yang lebih dominan, dan membuat Hoseok selalu ingin menghajar Raena.
"Apakah masakannya enak?" tanya Lien membuat Hoseok mengalihkan pandangannya.
"Baru kali ini aku mendapatkan makanan siang seenak ini," ucap Hoseok senang.
Lien ingin sekali mengatakan makanan yang dia makan buatan anaknya. Namun Lien tidak mau suasana senang Hoseok karena menyebut nama Raena dan itu membuat mood Hoseok menjadi buruk.
"Wah, sepertinya ada piknik keluarga." Ucap seseorang mengagetkan semua orang.
"Yerim?" ucap Hoseok terkejut.
"Hai, Oppa. Apa kabar lama tidak berjumpa?" Yerim langsung duduk di antara Lien dan Hoseok.
"Yerim-ah, kenapa kau di sini?" tanya Hoseok terkejut.
"Aku dengar kau batal menikah dengan Seulgi, oppa. Jadi, aku datang ke sini untuk menemuimu," ucapnya tersenyum tanpa peduli dengan Lien di sebelahnya.
"Buat apa menemuiku? Bukankah kita sudah berakhir?" mendengar ucapan Hoseok sedikit membuatYerim kesal.
"Aku ingin kembali kepadamu, Oppa. Masa kau tidak peka sama sekali, kalau perlu kita langsung menikah." Yerim mengatakan dengan gamblang.
"Mwo?!" ucap mereka semua termasuk Raena yang tidak terima.
"Wae? Kenapa kalian seperti itu? Bukankah kalian senang aku kembali kepada Hobi Oppa. Dan kau anak pungut, kau pasti senang kalau aku menikah dengan Appamu bukan?" Yerim bergelayut manja kepada Hoseok.
Sementara Lien, entah kenapa hatinya sedikit sakit melihat Yerim bergelayut manja kepada Hoseok. Dirinya saja tidak pernah seperti itu kepada Hoseok, karena namja itu terlampau dingin kepadanya.
"Maaf, Yerim. Aku sudah menikah, dan sebentar lagi akan memiliki anak." Hoseok memberikan penolakan halus.
"Maksud, Oppa?" Yerim tidak mengerti.
Hoseok menghela nafanya, dan memandang ke arah Lien yang sedang dengan pikirannya sendiri.
"Orang di sebelah kirimu adalah istriku, dan dia sedang mengandung anakku," Yerim melirik ke sebelah kirinya menilat Lien sedang melanjutkan makan siangnya.
"Ceraikan saja dia setelah melahirkan," ucapnya santai.
Sontak saja, Raena beranjak dari duduknya dan menghampiri tempat Appanya.
'Brak!'
Raena menggebrak meja dan menatap tajam ke arah Yerim yang sedikit ketakutan dengan Raena.
"Yak! Nenek sihir. Kau itu tidak tahu malu, ya? Jelas – jelas Appaku menolakmu, dan di sebelahmu ada istrinya. Kenapa kau memaksannya?" ucap Raena dengan sedikit kesal.
"Yak! Jung Raena. Mana sopan santunmu?!" sentak Hoseok menatap tajam kepada Raena.
"Raena sudahlah, kau jangan membuat Appamu emosi lagi." Lien beranjak dari duduknya dan menenangkan Raena.
Sedang kan Yerim, dia tersenyum bahagia melihat Ayah dan anak saling berseteru. Karena itu rencana dia dan Tuan Park untuk menghancurkan keluarga Hoseok.
"Oh, iya. Ayo oppa, kita ke rooftop aku ingin mengatakan sesuatu." Ajak Yerim menarik tangan Hoseok.
"Tapi, aku masih ada latihan. Yerim – ah…," Hoseok mencoba melepaskan tangannya namun di tahan oleh yeoja itu.
"Sudahlah Hobi –ah, kau turuti saja yeoja itu. Dari pada dia mengacau latihan kita," Namjoon mulai angkat bicara karena dia udah kesal sejak Yerim datang.
"Baiklah, aku ke sana dengan Yerim," ucap Hoseok lesu, dan pandangannya menuju Lien yang sedang menenangkan Raena.
"Lien –ah, kau dengan anak itu pulang saja. Jangan menunggu aku, sepertinya aku pulang larut." Ucap Hoseok dan mendapatkan anggukan dari Lien.
"Kajja, Oppa." Yerim beranjak dari tempat duduknya dan menarik lengan Hoseok untuk segera pergi.
"Kenapa perasaanku tidak enak, ya?" gumam Raena setelah Hoseok dan Yerim pergi.
***
Sesampainya di rooftop, Yerim yang tadinya bersemangat. Kini hanya terdiam ketika sudah berduaan dengan Hoseok.
"Apa yang kau ingin katakana, Yerim –ah?" tanya Hoseok.
"Oppa, maafkan aku. Aku sengaja mengajakmu ke sini karena…"
Belum dia menyelesaikan perkataannya, ada seseorang memakai pakaian serba hitam di belakang Hoseok. Orang itu langsung menancapkan jarum suntik berisikan obat bius kepunggung Hoseok.
"Apa ini maksudnya, Yerim –ah?" tanya Hoseok sebelum limbung dan tidak sadarkan diri.
"Karena aku di suruh Tuan Park, untuk membawamu kepadanya." Ucap Yerim sinis menepuk pipi Hoseok yang tidak sadarkan diri.
Kemudian Hoseok di bawa oleh para bodyguard Tuan Park, dengan melewati tangga darurat yang menghubungkan ke basement agar tidak di ketahui semua oranng.
***
Malam semakin larut, kegelisahan Lien semankin menjadi ketika nomor Hoseok tidak bisa di hubungi. Meskipun Hoseok akan pulang larut, namja itu selalu menghubunginya. Di tambah lagi, dia mendapatkan pesan dari Namjoon. Kalau suaminya tidak datang kembali sejak dengan Yerim siang tadi.
"Oemma, apa ada berita soal Appa?" tanya Raena yang baru saja pulang dari mencari Hoseok.
"Belum, Raena – ya. Kau sudah menemukan keberadaan Appamu?" Raena menggelengkan wajahnya dan tiba – tiba wajahnya pucat.
"Kau belum minum obatmu?" tebak Lien kepada Raena.
"Mianhae, Oemma. Aku sering telat meminum obatnya," balas Raena lesu.
Lien menghela nafasnya dan membawa anak tirinya itu dalam pelukkannya.
"Kau jangan begini lagi, Raena – ya. Oemma khawatir kalau kau sakit lagi…," ucapnya sambl membelai kepala anaknya itu.
"Pelukkan oemma sangat hangat." Lirih Raena pelan sambil menitikkan air matanya.
***
TBC