webnovel

WHEN LOVE FINDS

Tác giả: yuyu
Thành thị
Đang thực hiện · 15.8K Lượt xem
  • 25 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • NO.200+
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin. Perpisahan terjadi. Jean membencinya dan bersumpah tidak mau bertemu dengan Devlin selamanya. Bagaimanapun mereka ingin melupakan satu dan lainnya, ketika waktu mempertemukan mereka kembali, apakah rasa yang hilang itu masih bertahan?

Chapter 101.

Jean Garner, yang masih dalam seragam perawat rumah sakit swasta tempatnya bekerja, mendongak ketika mendengar suara yang asing menyebutkan namanya. Dia baru saja kembali setelah menjenguk kondisi beberapa pasien, ketika melihat tiga orang lelaki berdiri di depan kantornya.

"Maaf, kami dari kepolisian pusat. Apakah kau Suster Jean Garner, istri Mike Mayer?" tanya salah satu dari tiga orang lelaki, dalam kaos polo berwarna putih dengan tulisan Turn Back Crime tersablon di dada kiri.

Jean menatap mereka. Pandangannya segera mempelajari sosok tiga orang lelaki yang bertubuh kekar dan tinggi. Rambut cepak di atas wajah persegi itu tampak kaku memandangnya. Degup dadanya melambat dengan rasa antisipasi.

"Ya, benar. Saya sendiri. Ada yang bisa kubantu, Pak?"

"Ikut kami." Itu saja yang keluar dari mulut salah satu lelaki yang berdiri paling dekat dengannya.

Hal selanjutnya yang dia rasakan adalah tangan-tangan berotot mereka kemudian mencekal lengannya di kiri dan kanan, sementara satu orang polisi berjalan paling depan untuk membuka jalan.

"Apa-apaan ini, Pak? Apa yang terjadi?" tanya Jean sambil mencoba meronta lepas dari cekalan, tapi cengkraman jemarin tebal itu malah jadi lebih erat dan menyakitkan.

Akhirnya Jean menyerah. Langkah lebar itu membuatnya harus berjalan lebih cepat, setengah terseret, agar bisa menyamakan langkah dengan orang-orang yang mengawalnya.

Beberapa kali Jean mengulangi pertanyaan mengenai alasan penjemputan paksa tersebut, namun tak satu pun dari ketiga orang itu menjawabnya. Rasa takut mendorong peluh dingin merayap keluar dari kulitnya. Mata Jean menatap liar pada orang-orang yang mengawalnya. Dia mencoba menghafal wajah-wajah sangar itu, kalau-kalau mereka adalah oknum polisi yang tidak bertanggung jawab.

Bagaimana mungkin dia tidak curiga? Jika mereka polisi yang terhormat, seharusnya dia diberi waktu untuk berganti pakaian yang lebih layak, bukan langsung di ciduk dalam pakaian suster, seolah-olah Jean adalah seorang pelaku kejahatan.

Tubuh-tubuh tegap itu terus berjalan bersamanya, menyusuri lorong hingga ke lobi rumah sakit. Jika di dalam area UGD, hanya beberapa orang yang menatapnya; di lobi rumah sakit, pemandangan tampak lebih mengerikan.

Begitu pintu UGD membuka, semua pandangan mata dari orang-orang yang mengantre dan menunggu pasien teralihkan padanya. Alis berkerut dan tatapan dari bola-bola mata yang membulat penuh tanda tanya besar, membuat kakinya merasa kehilangan tenaga. Bisikan-bisikan yang tak dapat ditangkap jelas oleh pendengaran Jean mulai ramai terdengar mendekati pintu keluar.

Apapun kesalahan yang pernah dibuatnya dulu, Jean belum pernah dipermalukan seperti ini. Sekali lagi, dia meneriakkan nama beberapa rekannya untuk mencegat laju orang-orang yang menyeretnya, tapi tak satu pun dari mereka muncul untuk menolong. Rekan-rekan dan para dokter di sana pun bergeming, seolah mereka berkomplot dengan lelaki ini.

"Lepaskan! Kalian tidak bisa serta merta menyeretku seperti ini tanpa penjelasan!" desis Jean pada punggung tegap di depannya, yang terus berjalan tanpa menggubris kata-katanya.

Rasa panik melanda, ketika Jean dimasukkan ke dalam sebuah Mazda dengan lambang kepolisian terpatri pada pintu. Mereka mencegatnya agar tidak bisa melarikan diri. Mendesaknya masuk ke dalam mobil, tanpa sempat melawan. Hingga saat mobil itu bergulir keluar dari rumah sakit dan menyusuri jalan raya, polisi-polisi ini tetap diam. Mereka seperti Boneka Nutcracker yang kaku dan bisu.

Jemari Jean bertautan dan saling meremas di atas pangkuan sepanjang perjalanan, sementara jantungnya berdebar keras. Dia merasa sangat cemas ketika memikirkan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya. Atau, mungkin pada Mike, suaminya.

Mengapa orang-orang ini sama sekali tidak mau mengatakan alasan penjemputan ke rumah sakit? Apakah Mike yang menyuruhnya? Ataukah mereka semua oknum? Oh, Tuhan! Jangan biarkan hal buruk terjadi pada kami, doa Jean, matanya mulai berkaca-kaca dengan berbagai kemungkinan buruk.

Pemandangan kompleks bangunan rumah sakit nomor satu di Indonesia mulai tampak di penglihatan Jean. Sekarang, dia tahu ke mana mereka membawanya, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo - Jakarta Pusat. Siapa pun tahu, jika seseorang sudah diputuskan untuk dibawa ke RSCM pastilah karena hal yang sifatnya sangat darurat seperti kecelakaan atau kematian tanpa sebab yang jelas.

"Untuk apa kita ke sini? Tolong jawab aku! Jawab aku!" teriak Jean setengah frustrasi. Tangannya mencengkeram salah satu polisi di sebelahnya, kemudian mengguncang-guncangnya. Air mata cemas dan takut menggenang di pelupuk matanya. "Katakan, apakah Mike terluka? Apak—."

"Mohon maaf, Bu, kami baru bisa menjelaskan duduk masalahnya setelah kami membawa Anda masuk," potong salah seorang polisi yang duduk di kursi penumpang.

Tatapan lelaki itu tidak terbaca. Raut wajahnya yang begitu tegang dan kaku, sama sekali tidak membuatnya tenang. Namun, paling tidak seseorang bersuara agar Jean tidak merasa semua ini mimpi buruk di siang hari yang terik. Jean lalu diam. Aura mencekam yang terasa kental dalam mobil, seakan bisa dia hirup melalui lubang penciuman.

Mobil itu segera sampai di teras lobi rumah sakit. Jean turun bersama polisi yang tadi menjawab pertanyaannya, sementara dua orang lainnya yang menyertai mereka tidak ikut. Pintu otomatis pada lobi rumah sakit membuka ketika mereka melewatinya.

Pemandangan di dalam lobi tidak beda dengan pemandangan di rumah sakit tempatnya bekerja. Counter informasi dan ruang tunggu ramai dengan pasien dan dokter serta kerumunan orang yang berlalu lalang. Namun, bukannya dia tidak menyadari, ada hal yang ganjil di sini.

Jean melihat beberapa petugas sekuriti berada di dalam, menjaga kerumunan orang. Kilatan cahaya, yang sepertinya berasal dari kamera fotografi, dan suara mereka ang berdengung-dengung, dengan nada yang naik turun.menangkap perhatian Jean. Langkahnya segera berhenti untuk menatap ke bagian sudut ruangan. Baru disadarinya sesaat kemudian, kerumunan itu bukan kerumunan biasa.

Untuk mencari tahu, dia mengedarkan pandangannya lebih jauh. Di sudut lobi, terlihat peralatan elektronik serupa dengan kamera perekam berkaki. Lampu merahnya berkedip-kedip mengarah pada seuatu. Logo-logo mencolok dari stasiun televisi berdiri tegak membuat Jean yakin kerumunan itu adalah wartawan media. Apa yang mereka lakukan di sini?

"Jalan terus, Bu." Suara kasar itu mengejutkannya, disusul tangan besar yang kembali mencekal lengannya dan menarik Jean pergi, meneruskan langkah tanpa suara.

Mereka menyusuri lorong yang sepi, hanya beberapa petugas rumah sakit yang berpapasan dengannya. Semakin lama, semakin dalam. Semakin meninggalkan ruangan dengan lampu yang terang benderang, menuju suasana temaram. Dan akhirnya, berhenti di depan sebuah pintu.

Kamar Otopsi.

Tulisan putih berlatar hitam yang terpatri pada daun pintu tampak kusam—semuram arti tulisan itu sendiri—membuat kerutan di alisnya semakin dalam. Mengapa mereka membawanya kemari?

Belum sempat Jean bertanya, polisi itu telah membuka pintu dan mempersilakan dia masuk. Dengan enggan, dilangkahkan kakinya masuk dalam ruang berpendingin. Dua orang dokter dan beberapa petugas kepolisian yang sedang berbicara segera menghentikan percakapannya. Raut-raut wajah tanpa ekspresi itu menatapnya saat Jean berjalan mendekat.

Jean berdiri menghadap mereka. Dokter dan polisi-polisi itu segera memperkenalkan diri, tapi perhatiannya tidak di sana. Tatapannya turun pada penghalang horizontal di antara mereka, sebuah ranjang periksa yang tertutup kain. Kain penutup itu tidak mencetak bentuk manusia, artinya tidak ada mayat di sana. Jean merasa lega.

Namun, bentuk tidak jelas di balik kain dan noda darah yang tampaknya merembes dari belakang kain penutup, memicu rasa penasarannya. Belum lagi perkenalan itu selesai, Jean mengangkat wajahnya dan bertanya pada wajah-wajah kaku yang sekarang menatapnya penuh perhatian.

"Apa ini?"

Orang-orang itu saling menatap satu dan lainnya. Kemudian, kepala kepolisian bertubuh tambun mengambil setengah langkah ke depan, sebelum berkata, "Kami mohon maaf sebelumnya, Bu, dan turut belasungkawa."

Jean balas menatapnya. Dia menelan ludah sambil menunggu lanjutan dari keterangan yang barusan dikatakannya. Napasnya terasa sesak. Perasaan tidak enak menggelayutinya, saat dokter itu maju dan menyingkap kain penutup. Matanya membelalak. Tampak olehnya, sebuah nampan seukuran tubuh manusia yang berisi serpihan daging. Bau anyir menguar dari tumpukan tak berbentuk dengan darah segar yang belum lagi mengering.

"Mike Mayer menjadi korban penyerangan teroris pagi ini. Bom yang meledak hanya menyisakan sedikit dari jasadnya yang dapat kami bawa kembali."

Bạn cũng có thể thích

Istri Jenius si Miliarder

Dunia Scarlett runtuh ketika dia dicampur obat dan dipaksa menikah dengan janda kaya yang sangat tua, yang memiliki lima anak. Mencoba melarikan diri dari masalah yang nampaknya tidak bisa dihindari, dia menerima tawaran pernikahan kontrak selama satu tahun untuk pria misterius tersebut. Dia berjanji ini akan mengeluarkan dia dari masalah pernikahan yang ditentang dengan paksa. Dia menerima tawaran tersebut. Jika semuanya lancar, dia akan menjadi wanita bebas dan mandiri dalam satu tahun ... Namun, banyak hal yang mengambil giliran yang tak terduga. Pernikahan kontrak membuat kehidupan Scarlett terasa seperti dia sedang menaiki rollercoaster. Campuran kegembiraan dan antusiasme, diteror neraka, dan surganya yang bahagia. Bersiaplah untuk cerita yang menawan yang akan membuat Anda terpikat dari awal hingga akhir, mengurai rahasia enigmatik dari kehidupan Scarlett. ******* Hanya orang gila yang akan menerima tawarannya. Dan sekarang ini, dia tidak termasuk dalam kategori itu. Pikirannya masih waras. "Tolong jangan salah paham. Saya hanya mencoba membantu diri saya sendiri. Dan pada saat yang sama membantu Anda." Scarlett semakin bingung. "Saya tahu masalah saya rumit. Tapi, aku rasa menikah dengan pria yang baru saja kukenal, tanpa cinta, terasa aneh..." katanya. "Ini bukan pernikahan sungguhan, tetapi pernikahan kontrak yang bisa Anda atur untuk keuntungan Anda. Dan juga milikku." Scarlett mendengarkan dengan diam; di dalam hatinya, dia terkejut dan agak bingung. Xander menyilang lengan di atas dada sambil menatap mata Scarlett. Dia melanjutkan, "Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya akan membantu Anda, dan pada saat yang sama, Anda akan membantu saya. Saya tidak perlu menjelaskan apa masalah saya. Tapi, saya menjamin Anda, jika Anda setuju untuk melakukan pernikahan kontrak dengan saya, maka masalah Anda akan terpecahkan. Jadi, apa pendapatmu!?" Scarlett tidak terburu-buru untuk bicara. Dia perlahan mengangkat kepala dan berkata, "Jadi saya bisa memasukkan klausul apa pun yang saya inginkan dalam kontrak?" Pria itu mengangguk, berkata, "Selama itu tidak menyakitiku." Dia menawarkan jabat tangan kepada Xander, "Oke. Kau dapat mengatasi!"

PurpleLight · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
540 Chs

Pernikahan Kontrak: Pengantin Pengganti

Beberapa menit sebelum pernikahannya, Jeslyn mengetahui bahwa calon suaminya hanya mengincar keuntungan yang akan didapat dengan menikahinya. Patah hati dan merasa dikhianati, dia memilih satu-satunya pilihan yang ada pada saat itu, yaitu untuk melakukan pernikahan kontrak dengan pria yang bisa ia temukan, atau jika tidak, kekayaan keluarganya akan jatuh ke tangan musuh. … "Tuan, tolong, maukah Anda menikahi saya?" Dia bertanya padanya. Seorang pria yang dia lihat masuk ke kamar kecil tempat pernikahan. 'Dia pasti salah satu tamu,' pikirnya. Maverick terkejut dengan proposal itu. Dia melihat Jeslyn mengerutkan dahi ketika dia menoleh untuk menatapnya. Jelas dia ketakutan padanya, namun dia menenangkan diri, siap untuk melompat ke misteri di hadapannya. "Ini akan menjadi kontrak pernikahan. Kita akan bercerai setelah satu tahun," katanya. Dia juga memerlukan seorang wanita untuk anak nakalnya, jadi dia menjawab, "Deal." Tanpa sepengetahuannya, dia baru saja membuat kesepakatan dengan setan termanis yang pernah ada. ... Dia adalah mimpi buruk negara M, negara di mana kejahatan memerintah. Dia adalah kelinci kecil yang dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang. Membunuh lalat? Tidak, dia belum pernah melakukan itu sebelumnya. Namun, terpaksa menjadi istri iblis, dia tidak punya pilihan selain melepaskan kepribadiannya yang palsu. Kelinci kecil apa? Siapa bilang dia tidak bisa menginjak jari-jari tangan seorang pianis dengan tumitnya dan pura-pura seperti tidak bermaksud melakukannya? Ha, selebriti ini ingin memainkan kartu kasihan? Apakah mereka ingin mendapatkan simpati masyarakat? Nah, mengapa lagi dia disebut 'kelinci kecil'? Bukankah itu karena dia terbaik dalam berakting imut? Apakah tidak ada yang memberi tahu teratai putih ini yang ingin menyelam ke tempat tidur suaminya bahwa dia mencuri jiwanya ketika dia menampar anak nakal itu?

Hassy_101 · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
501 Chs

Pernikahan Elite Penuh Cinta: Suami Licik, Istri Manis Penyendiri

Wen Xuxu adalah seorang wanita ulet, berbakat, cerdas dan berani yang diasuh oleh keluarga Yan pada usia empat tahun ketika dia kehilangan kedua orang tuanya. Dibesarkan untuk menjadi penerus konglomerat besar, Yan Rusheng adalah seorang pria penyendiri, cerdas dan sombong yang merupakan seorang bujangan paling dicari di ibu kota. Meskipun tumbuh bersama, keduanya seperti saling memperlakukan dengan buruk. Wen Xuxu mengecap Yan Rusheng sebagai seorang yang berengsek dan penakluk wanita, sementara di mata Yan Rusheng, Wen Xuxu adalah seorang wanita pemarah. Seiring waktu, mereka saling jatuh cinta, tetapi mereka tetap menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain. Karena sebuah nasib, mereka dipaksa untuk menikah. Dan tidak diketahui oleh orang lain dan Yan Rusheng, Wen Xuxu telah menyembunyikan rahasia yang mendalam selama bertahun-tahun .... Kata kunci: Kekasih masa kecil, Penakluk Wanita, Penyendiri, Belahan Jiwa, Pernikahan Paksa, Anak Yatim, Sekretaris Adegan Manis: Tiba-tiba, Wen Xuxu mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dan menarik pergelangan tangan Yan Rusheng dengan paksa. Yan Rusheng tertangkap basah dan dia kehilangan pijakannya. Dia jatuh di tempat tidur dan kemudian napasnya melambat. Tuan Muda Yan takut bahwa dia mungkin kehilangan kendali atas dirinya dan melakukan sesuatu pada Wen Xuxu ... wanita yang dibencinya. Oleh karena itu dia buru-buru mengangkat kepalanya. Tetapi dia belum sempat bergerak menjauh ketika Wen Xuxu mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke leher Yan Rusheng. "Jangan pergi."

Wei yang · Thành thị
4.6
1998 Chs

số lượng người đọc

  • Đánh giá xếp hạng tổng thể
  • Chất lượng bài viết
  • Cập nhật độ ổn định
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới
Các đánh giá
Ôi! Bạn sẽ là người đánh giá đầu tiên nếu bạn để lại đánh giá của bạn ngay bây giờ!

HỖ TRỢ