webnovel

Watcher: In the Glass Realm

Anastasia dan Bianca merupakan anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan bernama "Happy Life". Akan tetapi, hidup mereka tidak seindah yang pikirkan. Mereka tiap hari harus mengejarkan pekerjaan yang cukup melelahkan dari pemilik panti. Suatu ketika, Anastasia ditugaskan untuk membawa binatang peliharaan pemilik panti di taman. Saat dia membawa binatang itu, tiba-tiba dia mendengar seorang anak yang tampaknya sedang di bully oleh beberapa anak lainnya. Anastasia membantu anak itu dan mereka kemudian menjadi teman. Dia lalu berterima kasih dan meninggalkan Anastasia. Anastasia kembali ke panti, tetapi masalah lain kembali muncul. Salah seorang anak panti lainnya tiba-tiba menghilang. Anastasia ditugaskan untuk mencari anak panti itu dan berhasil menemukannya. Anak itu ternyata disekap oleh sosok mahluk yang aneh. Mereka akhirnya menemukan cara untuk meloloskan diri dan segera kembali ke panti. Akan tetapi, mahluk itu tampaknya tidak melepas mereka dengan mudah. Anastasia sempat ditangkap oleh mahluk itu menggunakan tentakelnya, tetapi dengan perlawanan singkat Anastasia bisa meloloskan diri. Namun, mahluk aneh itu meninggalkan sebuah luka aneh di kaki Anastasia. Suatu ketika, seorang donatur datang yang ternyata adalah orang tua dari anak yang dibantunya ketika di taman waktu itu. Mereka menawarkan anak-anak panti untuk bermain di karnival berjalan milik donatur. Semuanya tampak aman-aman saja, tetapi Bianca yang merupakan sahabat karibnya tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Anastasia berusaha mencari keberadaan temannya itu. Setelah diteliti lebih lanjut, temannya ternyata diculik oleh satu satu mahluk yang sama persis menyerangnya waktu itu. Anastasia mulai berkeliling mencari sahabatnya di karnaval tersebut dan berhasil menemukan sahabatnya. Namun, Anastasia terlambat karena temannya seketika menghilang ketika berada di dalam sebuah ruangan yang penuh kaca. Tiba-tiba luka milik Anastasia seketika bereaksi hingga Anastasia mampu membuka sebuah portal ke dimensi lain yang bernama Mirland. Anastasia memutuskan untuk masuk ke dunia itu untuk mencari sahabatnya yang menghilang. Akan tetapi, setiap tindakan ada resiko yang harus ditanggung. Di saat yang bersamaan, Anastasia juga secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada mahluk jahat dari dunia Mirland untuk ke luar dan menguasai dunia. Anastasia harus cepat mencari keberadaan Bianca serta mencegah mahluk jahat itu untuk menguasai dunia atau semua yang dikenalnya akan menghilang.

Little_BlackHorse · Kinh dị ma quái
Không đủ số lượng người đọc
27 Chs

Bab 3: Keanehan

Pikirannya mulai tidak tenang. Dia kembali teringat mengenai cerita yang dibacanya kemarin mengenai monster yang sering berada di dalam keheningan dan kegelapan. Anastasia menepuk kepalanya berulang kali, berusaha untuk melupakan hal itu. Dia kemudian menutup mata serta telinganya dan perlahan berjalan menjauhi sumber suara itu.

Anas, kamu harus tenang. Itu hanya suara kok, bukan hal yang aneh.

Anastasia berjalan melewati itu dan segera mencari buku yang dimaksud. Beberapa menit mencari, tetapi hasilnya nihil. Namun, dia tidak menyerah dan terus mencari. Matanya terus bergerak perlahan dan memperhatikan semuanya. Dia terus saja melangkah dan tidak sadar bahwa telah sampai di ujung ruangan itu. Badannya seketika menabrak sesuatu di depannya. Dia mendongak ke atas dan terlihat sesuatu yang berukuran dua kali darinya berbentuk oval panjang di hadapannya. Semua permukaanya tertutup rapat dengan selembar kain cokelat berukuran besar. Kainnya juga terlihat cukup berdebu dan kotor.

Hmm, apa sebaiknya aku memeriksanya yah?

Awalnya Anastasia tidak berniat untuk memeriksanya dan berbalik arah. Akan tetapi, rasa penasarannya semakin bergejolak di dalam dada. Dia memutuskan untuk memeriksa benda itu. Langkahnya perlahan mendekat diikuti dengan denyut jantung yang berdegup. Matanya melihat sekeliling dan memastikan tidak ada orang lain selain dirinya.

"Argh, Sial!" Tangannya perlahan menarik kain itu diikuti dengan debu yang berjatuhan mengotori rambutnya.

Benda itu ternyata adalah sebuah cermin besar dengan guratan tipis di sepanjang sisinya. Anastasia berusaha melihat pantulannya di dalam cermin, tetapi permukaan kaca itu cukup berdebu. Dia lalu mengambil sebuah kain kecil berwarna putih tidak jauh dari posisinya, kemudian menggosok permukaan cermin tersebut.

"Wah, cemin ini sangat indah." Mata Anastasia menyala melihat ukiran berupa guratan tipis berlapis kuning emas menghiasinya. "Aneh, cermin ini kenapa diletakkan di sini?"

Dia terus saja menggosok permukaan kaca itu hingga semua bagian dari kaca itu bersih tanpa meninggalkan debu atau kotoran. Pantulan dirinya akhirnya terlihat jelas di dalam cermin. Anastasia sesekali bergaya di depan cermin dan menirukan suara madam Theresa.

"Aku merasa kalian harus mendapatkan sedikit pelajaran atas tindakan yang kalian lakukan," ucapnya sambil memperlihatkan mimik wajah khas Madam Theresa.

Beberapa menit kemudian, dia tertawa melihat wajah konyolnya di cermin. Namun, tiba-tiba terlihat sosok asing di dalam cermin itu. Anastasia awalnya dia hanya mengkhayal, sehingga dia menepuk wajahnya berulang kali. Akan tetapi, sosok itu masih terlihat.

Dia lalu melihat lebih lama ke arah cermin dan seketika pantulan cermin bergerak dan memperlihatkan dua orang yang sedang berkelahi. Anastasia mengerutkan alisnya, dia merasa aneh dengan cermin ini.

"Hmm, mereka itu siapa?"

Anastasia berjalan mendekat ke arah cermin dan berusaha melihat sosok itu lebih jelas. Salah satu dari sosok itu kemudian mengeluarkan sebuah pisau dan langsung menusuk yang lainnya. Anastasia yang melihat itu langsung berteriak dan terjatuh. Bola matanya membesar dan denyut jantungnya terasa berhenti sesaat. Pemandangan yang mengerikan itu membuatnya kehabisan kata-kata.

Sosok yang berada di dalam cermin itu perlahan berbalik dan menatap Anastasia. Dia terlihat seolah-olah dapat melihat Anastasia dari luar. Anastasia bergerak mundur dan menjauhi cermin itu. Denyut jantung berdegup kencang dan tatapannya terus menghadap ke sosok itu. Sosok itu berjalan semakin mendekat ke arahnya.

Tiba-tiba lampu ruangan itu mati. Suasana menjadi hening dan gelap. Denyut jantung Anastasia semakin berdetak kencang. Napasnya terengah-engah. Dia sama sekali tidak dapat melihat apa yang berada di sekelilingnya.

Tangannya berusaha menyentuh sesuatu, tetapi hasilnya nihil. Dia terus berjalan mundur, tetapi sesuatu membuatnya terjatuh. Tangannya langsung menyentuh permukaan kasar dan berdebu. Kepulan asap berterbangan ke atas hingga membuatnya batuk.

Sial! Aku harus mencari Bianca.

Beberapa lama kemudian, terdengar suara ketukan dari depannya. Suaranya semakin keras. Pikirannya mulai tidak tenang. Dia kembali membayangkan adegan di novel yang dibacanya kemarin. Di dalam novel, karakter utama berada di depan yang gelap dan tiba-tiba dia merasakan sentuhan dari belakangnya dan seketika menariknya dari belakang. Anastasia menggelengkan kepalanya dan dengan cepat berdiri lalu menyeka keringat yang telah melekat di wajah dan segera mempercepat langkahnya.

Beberapa menit kemudian, lampu di ruangan itu tiba-tiba kembali menyala. Anastasia dengan cepat berlari menjauhi tempat itu. Pandangannya terus melihat ke belakang dan tidak menyadari bahwa dia telah sengaja menabrak seseorang di depannya.

"Auh!"

"Astaga, Bi?" tanya Anastasia melihat bahwa sosok yang ditabraknya adalah Bianca.

"Anas, apa yang kamu lakukan?" tanya Bianca dengan posisi terjatuh di atas lantai yang berdebu. "Argh! Debu ini membuatku muak!" sambungnya dengan mengeluh diikuti dengan batuk.

"Bi, kita harus ke luar dari sini," ucap Anastasia dengan panik.

"Eh, Anas kamu kenapa?" Bianca mengerutkan alisnya. "Wajahmu kok pucat sekali?"

"Aduh Bi, ayo buruan kita ke luar dar sini." Mata Anastasia membesar. Keringat dingin terus mengalir tiada henti.

Tiba-tiba kembali terdengar dari arah yang sama. Suara itu terdengar mirip dengan suara yang di dengar Anastasia sebelumnya. Bianca yang semakin penasaran kemudian berjalan mendekat ke sumber suara itu.

"Eh, Bi apa yang kamu lakukan." Anastasia mengerutkan alisnya melihat temannya justru berjalan mendekat.

"Anas, aku penasaran dengan suara itu." Bianca menoleh dan melihatnya. "Kamu tunggu saja di sana."

"Eh, Bi. Tapi …."

Bianca terus berjalan tanpa mendengar ucapan Anastasia. Anastasia terus saja memperingatkan Bianca, tetapi langkah Bianca terus saja mendekat ke sumber suara. Beberapa menit kemudian, jarak Bianca semakin dekat dengan suara itu.

"Anas, suaranya dari sini." Bianca menunjuk ke sesuatu yang berbentuk kotak dan tertutup dengan kain.

"Bi, kamu jangan membuka kain itu." Anastasia membesarkan bola matanya dan menatap tajam Anastasia.

"Ih Anas, kamu kok penakut banget," ucapnya dengan nada mengejek. "Kamu kebanyakan mengkhayal sih."

"Bi, aku peringatkan jangan …."

Bianca tanpa menunggu aba-aba langsung membuka kain itu. Anastasia dengan cepat menutup matanya dan berteriak. Namun, beberapa menit terdengar suara tawa Bianca.

"Anas, ini hanya tikus." Telunjuk Bianca menunjuk ke arah beberapa ekor tikus hitam kecil yang terperangkap di dalamnya. "Anas kamu itu," ucapnya sambil menggelengkan kepala.

Anastasia perlahan membuka matanya dan memang itu ternyata kumpulan tikus. Dia lalu menarik napas lega. Untunglah itu bukan sesuatu yang mengerikan.

"Anas, kamu sudah dapat bukunya?" tanya Bianca penasaran. "Aku sudah berkeliling di tempat ini, tetapi belum mendapatkannya."

"Iya Bi, aku juga belum." Anastasia dengan cepat membalas pertanyaan Bianca.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara sesuatu jatuh tidak jauh dari posisinya. Bianca dan Anastasia segera menuju ke sumber suara itu. Suara itu ternyata berdekatan dengan cermin yang dilihat Anastasia tadi.

Kaki Anastasia seketika menolak untuk berjalan mendekat ke arah tersebut. Bianca yang berada di depan perlahan menoleh ke belakang. Dia merasa aneh dengan wajah Anastasia yang kembali memucat seperti patung.

"Eh, Anas kamu kenapa?"

"Bi, sebaiknya kamu jangan ke sana." Anastasia berusaha memberikan peringatan. "Cermin itu aneh, Bi."

"Hah?"

Bianca hanya tertawa dan terus berjalan tanpa menghiraukan kembali ucapan Anastasia. Anastasia hanya bisa menghela napas dan perlahan mengikuti langkah Bianca dari belakang sambil terus memberikan wejangan kepada Bianca.

"Bi, ayolah kita kembali saja," ucap Anastasia dengan mengeluh. "Kita anggap saja buku itu tidak ada, ok?"

"Ok, tapi aku mau mencari tahu itu sumber suara itu."

"Bi, tapi …."

Mereka terus berjalan dan tidak lama kemudian terlihat sebuah buku dengan ciri-ciri yang sama persis dengan yang dicarinya. Posisinya berada tepat di depan cermin. Bianca berjalan mendekat ke arah buku itu dan mengambilnya.

"Hmm, aku merasa sepertinya buku ini yang dimaksud madam Nigera." Bianca melihat permukaan buku itu yang tampaknya cukup kusam dan tua. "Aku jadi penasaran apa isinya."

Bianca berusaha membuka buku itu, tetapi buku tersebut sama sekali tidak terbuka karena memiliki gembok kecil di sampingnya. Usaha Bianca ternyata sia-sia. Bianca dan Anastasia kemudian memutuskan ke luar dari ruangan yang mengerikan itu dan berjalan menuju ruangan madam Nigera di lantai 1 dekat ruang tamu.

Di sepanjang jalan, Anastasia menceritakan kejadian yang dialaminya di lantai bawah. Apa yang dilihatnya dari dalam cermin. Bianca yang mendengar itu hanya bisa tertawa. Dia menganggap Anastasia kebanyakan mengkhayal. Mereka lalu berhenti di depan ruangan madam Nigera. Ketika Bianca memutar gagang pintu, Anastasia dengan cepat menahan pintu itu.

"Bi, aku serius. Aku tadi melihat hal itu." Dia berusaha untuk meyakinkan Bianca bahwa yang dilihatnya betul.

"Anas, aku berpikir sebaikanya kamu berhenti dulu membaca novel itu. Aku merasa otakmu sudah mulai tidak beres."

"Argh, Bi!"

Wajah Anastasia seketika menjadi merah mendengar ucapan Bianca. Bianca langsung tertawa melihat ekspresi wajah Anastasia yang terlihat begitu lucu di matanya. Dia sangat senang menganggu Anastasia apalagi membuatnya marah.

"Wajahmu seperti tomat rebus." Bianca terus tertawa hingga meneteskan air mata.

"Bianca, kamu memang paling senang mengangguku," ucap Anastasia sambil memutar kedua bola matanya.

Namun, tiba-tiba terdengar langkah kaki dari belakang mereka. Mereka berdua menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah madam Nigera.

"Apakah kalian telah menemukan buku itu?" tanyanya dengan ekspresi wajah datar miliknya.