Beberapa menit kemudian, ruangan di tempat itu sudah sangat bersih hingga mereka bisa melihat pantulan diri mereka di sana. Lantai sama sekali tidak menyisakan sedikit debu sedikit pun. Mereka berdua lalu bergerak menuju ke tempat selanjutnya, yaitu toilet yang berada di lantai satu.
Di tengah perjalanan, langkah kaki Anastasia mulai melambat. Keringat mengalir deras dari keningnya dan tangannya mulai gemetar. Anastasia bisa merasakan getaran yang semakin menjalar hingga ke kaki. Dia lalu memutuskan untuk meletakkan ember yang dipenuhi air tersebut dan beristirahat sejenak.
"Eh, Anas kamu kenapa?" Bianca menoleh ke belakang dan melihatnya dengan kepala tertunduk. "Anas, kamu baik-baik saja kan?"
"Bi, aku sepertinya kelelahan," ucap Anas dengan lemah sambil terus memegang kepalanya.
"Ini pasti karena kamu kurang tidur kan," ucap Bianca sambil berjalan mendekat ke arah Anastasia. "Kamu sih, kebanyakan begadang."
"Hehe iya, soalnya lagi seru baca novelnya," ucapnya diikuti tawa. "Novelnya sudah hampir habis jadi sayang kan kalau belum dituntaskan."
"Anas, kamu itu memang maniak novel." Bianca hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Tunggu di sini, aku mau mengambil sesuatu."
Wanita bermata biru itu lalu berjalan meninggalkan Anastasia seorang diri. Beberapa menit kemudian, dia datang membawa segelas air di tangannya.
"Anas, kamu minum dulu." Bianca memberikan gelas itu kepada Anastasia.
"Bi, terima kasih." Anastasia tanpa ragu langsung mengambil air itu dan meneguknya.
Setelah meneguk air itu, Anastasia mulai merasa baik. Kepalanya sepertinya tidak terlalu pusing dan getaran di tubuhnya mulai reda. Mereka berdua lalu kembali berjalan. Beberapa menit kemudian, Bianca berjalan ke sebuah lemari yang berada di dekat pintu toilet dan mengeluarkan beberapa barang seperti pel karet, sikat lantai dan beberapa kain.
"Ok, sekarang kita harus membersihkan tempat ini." Bianca menaikkan lengan bajunya dan mengikat rambutnya menggunakan karet gelang yang di dapatnya ketika membersihkan di ruang tamu. "Kita harus semangat!" ucapnya sambil menepuk tangan.
Mereka berdua mulai membersihkan lantai di kamar mandi. Bianca menyiram lantai tersebut dan Anastasia mengambil cairan pembersih lantai dan perlahan menggosok permukaan lantai.
Kotoran yang menempel di lantai perlahan terkelupas. Bianca lalu mengambil sikat toilet dan mulai mengosokkan permukaan sikat dengan lubang kloset. Mereka mengerjakan semua tugas itu dengan santai.
"Bi, coba lihat ini." Anastasia mulai menirukan gaya berbicara madam Theresa dengan mimik wajah yang sama persis.
"Haha, astaga Anas kamu memang paling hebat jika meniru orang." Bianca tertawa keras. "Eh, hati-hati nanti kamu ketahuan oleh Madam Theresa." Mata Bianca melirik ke kiri dan kanan. Dia tampaknya ingin memastikan tidak ada orang yang melihat tingkah gila Anastasia.
"Bi, tenanglah di sini juga tidak ada siapa-siapa. Anak-anak yang lainnya tampaknya sedang di luar bersama dengan madam Theresa, bukan?"
"Yah, Baiklah." Bianca hanya menganggukan kepalanya mendengar ucapannya. "Anas, tapi sebaiknya kita cepat membersihkan tempat ini." Bianca kembali menggosok permukaan kloset dan terlihat sesekali menyeka keringatnya.
"Bi, santailah. Kamu jangan terlalu tegang." Anastasia berjalan mendekati Bianca. "Kita setidaknya bisa bermain kan?"
"Hah? maksud kamu?" Bianca mengerutkan alisnya.
Anastasia dengan cepat memercikkan air ke wajah Bianca. Bola mata Bianca seketika membesar. Wajahnya terlihat tegang melihat tindakan Anastasia. Akan tetapi, tidak lama kemudian Bianca tersenyum dan kembali membalasnya dengan memercikkan air ke wajah Anastasia.
Mereka kemudian saling menyiram satu salam lain hingga baju mereka mulai basah. Anastasia berusaha kabur dari kejaran Bianca yang tampaknya sangat ingin membalasnya. Mereka tertawa dengan keras layaknya anak kecil yang bermain di taman bermain.
Akan tetapi, tiba-tiba seseorang melangkah masuk ke dalam toilet. Bianca yang mendengar suara langkah kaki berusaha memperingatkan Anastasia. Akan tetapi, Anastasia tidak menggubris perkataan Bianca dan terus saja berlari tanpa memperhatikan sesuatu di depannya.
"Bi, kamu pasti …."
Badan Anastasia seketika menabrak seseorang. Orang tersebut terjatuh dan duduk di lantai. Anastasia berjalan mendekat ke arahnya dan ternyata sosok itu adalam madam Nigera, tangan kanan madam Theresa.
"Astaga, maafkan saya." Bola mata Anastasia seketika membesar melihat wanita berbadan agak gemuk itu. "Aku tidak bermaksud …."
"Hei, apa yang kalian lakukan?" ucapnya sambil berusaha bangkit dari posisinya. "Kalian seharusnya bekerja, ini bukan taman bermain!" Madam Nigera lalu menarik tangan Anastasia dengan paksa. "Kalian berdua ikut denganku, sekarang!"
"Astaga, tapi kami hanya …."
Nigera lalu membawa Anastasia dan Bianca menuju ruang tamu. Dia lalu melepaskan genggamannya dan menyuruh Anastasia dan Bianca turun ke lantai bawah.
"Ini kuncinya." Madam Nigera lalu memberikan kunci itu kepada Anastasia. "Kalian ambilkan buku cokelat yang berada di tempat itu."
"Hei, kamu bukan madam Theresa." Anastasia dengan cepat membalas perkataan madam Nigera dan melemparkan kembali kunci itu. "Kamu tidak memiliki hak menyuruh kami berdua."
"Oh, jadi sekarang kamu berani melawan." Madam Nigera lalu menarik telinga Anastasia hingga dia merintih kesakitan. "Aku tentunya akan melaporkan kejadian bahwa kalian bermain-main di toilet, bagaimana?"
"Argh, sial!" ucap Anastasia dengan nada kesal.
"Kalian pasti akan dimarahi oleh madam Theresa jika dia mengetahuinya," ucap madam Nigera sambil memutar kunci yang berada di dalam genggamannya. "Jadi, apa keputusan kalian?"
"Anas, kita sebaiknya mengikuti kemauannya saja." Bianca berusaha berpikir tenang dan menyakinkan Anastasia untuk mengambil tawaran itu.
"Bi, tapi di bawah kan …."
"Baiklah, kami akan mencari buku itu di bawah." ucap Bianca memotong ucapan Anastasia.
"Bagus, aku suka anak-anak yang menurut." Madam Rigera lalu melemparkan kuncinya kepada Bianca. "Oh, kalian jangan lupa membawa ini." Dia lalu melemparkan senter kepada Bianca.
Kemudian setelah itu, madam Rigera lalu pergi meninggalkan Bianca dan Anastasia. Mereka berdua lalu berjalan menuruni lantai bawah. Suasana di lantai bawah sangat sepi dan tidak ada sama sekali penerangan. Bianca lalu menyalakan senter yang diberikan. Sebuah pintu cokelat tua terlihat beberapa meter di depannya. Mereka perlahan berjalan melewati papan kayu yang terlihat rapuh dan akhirnya sampai di depan pintu.
"Bi, tempat ini semakin menyeramkan saja rupanya." Mata Anastasia melihat sekeliling yang terlihat hampir dipenuhi dengan sarang laba-laba. "Madam Theresa saja tidak pernah menyuruh kita membersihkan tempat ini," ucapnya dengan menggerutu.
"Iya, Anas. Aku juga merasakan hal mengerikan di tempat ini." Bianca dengan cepat memeluk kedua kedua tangannya. "Ayo, kita cepat membuka pintu ini." Bianca lalu mengeluarkan kunci hitam dengan motif kembang bunga kelopak lima dan memutarnya.
Pintu perlahan terbuka. Suasana di dalam sangat gelap. Tangan Anastasia perlahan menyentuh permukaan dinding dan mencari saklar lampu. Beberapa detik kemudian, tangannya berhasil menemukan saklar itu dan langsung menekannya.
Cahaya lampu kuning seketika menerangi tempat itu. Akan tetapi, karena lampunya sudah lama tidak digunakan sehingga lampunya beberapa kali redup dengan sendirinya.
"Bi, kita sebaiknya mencari buku itu. Tempat ini sangat menyeramkan." Anastasia melihat ruangan itu telah dipenuhi dengan sarang laba-laba dan debu.
"Iya Anas, kita sebaiknya berpencar dan berkeliling mencari buku itu." Bianca berjalan ke arah lainnya. "Anas, ingat yah bukunya itu berwarna cokelat muda," ucapnya melanjutkan
Anastasia kemudian berjalan perlahan. Debu di dalam ruangan yang berterbangan bebas membuatnya sesekali bersin. Matanya terus melihat sekeliling dan melihat beberapa rayap mulai menggerogoti isi dalam dari lemari tua yang berada di dekatnya. Beberapa kolom bangunan juga terlihat telah dipenuhi dengan rumah semut yang membentuk sebuah pola yang mengerikan.
"Sial, bagaimana kita bisa menemukan buku itu di tempat ini," ucapnya dengan nada menggerutu. "Apa sih yang diinginkan madam Nigera dengan buku itu?"
Tiba-tiba di depannya telihat sesuatu yang bergerak. Anastasia menghentikan langkah kakinya. Denyut jantung Anastasia seketika berdetak kencang. Keringat dingin mengalir mengikuti lekuk wajahnya.
Astaga, itu apa?
***