webnovel

Walas Gua, ya Suami Gua

—Tamat° Perjodohan antara murid dengan guru memang sudah biasa. Tapi bagaimana kalau muridnya yang memaksa kedua orang tuanya untuk menikahinya dengan laki laki yang menjabat sebagai guru disekolahnya. Kamelia Putri, siswi cantik tapi receh menyukai walasnya sendiri. Sahabatnya yang bernama Aliana Zeline ternyata juga tertarik dengan walas mereka. Hal itu membuat Amel melakukan cara yang cukup bar bar untuk mendapatkan cinta walasnya dengan seutuhnya. Gavin Al-Agam adalah seorang mahasiswa yang memiliki kadar ketampanannya di atas rata rata. Suatu hari dia mengalami suatu masalah dan membuat papanya marah. Gavin pikir, papanya akan memberikan hukuman untuk mencabut semua fasilitas yang selama ini Gavin pakai. Ternyata Gavin salah, Gavin dipaksa papanya untuk mengajar dan menggantikan walas yang akan segera keluar karena usianya yang sudah tidak muda lagi. Seorang mahasiswa nakal seperti Gavin menjadi guru dan wali kelas? Apa jadinya?

ndafrh · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
134 Chs

--Chapter 14--

Amel meremas celana yang dia pakai dengan gemas, bibirnya digigit dengan wajah cemas. Gavin dan Amel sudah berada di taman dekat hotel yang Amel tempati.

"Maaf." Amel menoleh ke arah Gavin dengan terkejut.

"Lo-" Gavin buru buru menggeleng ketika Amel mulai membuka suara.

"Engga, gua ga ada niat jahat kok sama lo." Amel menatap Gavin dengan kecewa. Amel pikir, Gavin sudah mulai mengingatnya, namum ternyata Amel salah, Gavin masih melupakannya.

"Terus?" Balas Amel dengan suara datar miliknya.

"Gua ngikutin lo karena ada hal yang pengen gua omongin." Amel mulai memiliki rasa berharap. Amel harap pertanyaannya sekitar masa lalu dirinya, dan dengan senang hati Amel membuka itu semua.

'Lo ga boleh munafik lagi Mel, buktinya lo butuh Gavin buat ngebahagiain lo.' Ucap batin Amel.

"Amel lagi ngandung anak gua, dan gua minta saran lo kalau seandainya Amel ngambek." Amel melunturkan senyum rekahnya di balik rambut yang dia urai.

"O-oh.. kenapa tanya gua?" Tanya Amel.

"Karena lo kan sahabatnya Amel." Amel menoleh ke arah Gavin lalu tersenyum. "Amel biasa kalau ngambek selalu dikasih permen Yupi," ucap Amel. Gavin yang mendengar kata Yupi sedikit tersentak.

"Kalau ngambek, dibujuknga pake Yupi gitu?" Tanya Gavin. Amel mengangguk.

"Terus... Biasanya kalau sabtu atau minggu kalau diajak jogging mampir dulu ke tukang bubur," Lanjut Amel. Gavin mengangguk anggukan kepalanya paham.

Amel dan Gavin benar benar mengobrol banyak hari ini. Amel berharap, Gavin sedikit saja mengingat bentuk mukanya. Gavin berharap cara yang diberitahu sahabat istrinya ini ampuh untuk istrinya.

Dan malam ini, adalah malam harapan serta doa dari dua orang manusia yang saling bertabrakan. Amel berharap bisa kembali pada Gavin, dan Gavin bisa melewati fase mood istrinya dengan saran Amel.

***

Amel memasuki kamarnya dengan lesu. Setelah dia berjumpa demgan Gavin, moodnya semakin jelek. Dia seharusnya tidak perlu menutupi apa yang dia inginkan.

"Penyesalan datengnya di akhir bund, kalo di awal namanya pendaftaran." Amel menoleh ke arah pintu masuk kamarnya. Akbar berdiri dengan wajah tanpa dosa.

"Ko lo bisa masuk?" Tanya Amel. Akbar menghampiri Amel setelah menutup pintu kamar hotel Amel.

"Pintu lo ga ketutup rapet, otomatis belum ngekunci." Amel mengangguk anggukan kepalanya.

"Ngapa lo? Setres kan?" Ledek Akbar. Amel melempar bantalnya ke arah Akbar.

"Dih lempar lempar, mending peluk gua aja." Akbar membuka tangannya dengan lebar.

"Ishh nyebelin!" Dengan wajah kesal, Amel memeluk Akbar dengan erat sambil menyembunyikan wajah cantiknya di dada bidang Akbar.

Akbar terkekeh kecil. "Manja," ledek Akbar. Amel memanyunkan bibirnya sambil mencubit pinggang Akbar dengan gemas. "AW!" Pekik Akbar dengan spontan. Amel mendengus kecil "Lebay lo!".

Akbar tertawa dan semakin menarik Amel untuk masuk semakin dalam kedalalam pelukan hangat miliknya. Akbar mencium kepala Amel dengan sayang. "Semangat cantik! Siapa sih yang ga mau sama janda rasa perawan kek lo? Gua kalo ga ada status darah sama lo udah gua nikahin lo!" Ucap Akbar. Amel hanya bergumam kecil.

Akbar terkekeh mendengar suara gumaman dari Amel. Akbar menidurkan dirinya dan menarik Amel untuk tidur di sebelahnya. Amel sudah seperti adik kandungnya, meski hanya sepupu, tapi rasa sayangnya seperti rasa sayang kaka ke adik kandungnya.

"Selamat bobo Amel," ucap Akbar sambil mengecup kening Amel. Amel hanya mengangguk kecil dan memilih tidur di dalam pelukan Akbar.

Akbar tertidur sambil memeluk Amel.

***

"Lo sebenernya siapa?" Ana yang sedang mengaca di kaca besarnya yang terletak di kamarnya terkejut ketika dengan tiba tiba Gavin masuk ke kamar mereka.

"Sayang..." Ana belum sadar dengan ucapan Gavin saat masuk kekamar mereka. Ana tersenyum dan menghampiri Gavin dengan semangat.

"Lo siapa?" Ana berhenti tepat di depan Gavin. Gavin menatap Ana dengan tajam dan rahang yang mengeras. Ana mematung ketika dengan tajam Gavin menanyakan 'Siapa dia sebenarnya'.

"A-ak-aku Amel. Aku Amel, istri kamu," jawab Ana. Gavin tersenyum sinis.

"Terus ini apa?" Gavin melempar album yang berisi foto pernikahan Gavin dengan Amel. Ana terdiam melihat itu, Ana sudah membuang album itu sejak lama, kenapa tiba tiba ada ditangan Gavin?

'Seharusnya album itu ada di rumah Amel dan Gavin.' Batin Ana.

"Kamu dapet dari mana?" Ana mengambil Album itu seolah olah tidak tau.

"Akbar."

Ana menoleh ke arah Gavin. Gavin merampas album itu dan membantingnya. "LO ITU SEBENARNYA SIAPA? KENAPA DISITU GUA NIKAHIN ANA!!!" Teriak Gavin. Ana mengepalkan tangannya geram.

"GUA ANA!" Balas Ana. Gavin mengkerutkan keningnya dengan heran.

"AMEL ISTRI GUA MANA?!!" Kali ini teriakan Gavin mengundang Ando dan Mora yang akan segera tidur.

"Gavin? Ada apa?" Tanya Ando. Gavin melirik Album yang sudah tergeletak di lantai kamarnya. Gavin duduk di kasurnya dan menutup wajahnya.

—FLASHBLACK ON—

"Ya Allah!" Gavin terkejut ketika Akbar ada di depannya. Gavin ingin berjalan pulang, namun ada Akbar yang menunggunya di pintu masuk mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Gavin. Akbar memberikan sebuah Album uang membuat Gavin mengkerutkan keningnya heran.

"Lo liat Amel noh." Gavin melihat Amel yang masih duduk di kursi taman dekat hotel yang Amel tempati.

"Terus?" Gavin menaikan alisnya heran.

Bugh

Dengan gemas, Akbar meninju bahu Gavin. "Gausah songong, eneg gua liatnya!" Sarkas Akbar. Gavin mengusap usap bahunya sambil memutar bola matanya.

"Lo buka tuh Album, ini dia sendiri yang buat Albumnya, kali aja otak konslet lu balik lagi, inget inget clue yang ada disana, memori memori lo sama dia banyak banget disini." Akbar meninggalkan Gavin sendirian. Akbar langsung mengikuti Amel, ketika Amel sudah beranjak jalan ke arah hotel yang mereka tempati.

Gavin masuk kedalam mobil dan membuka Album itu. Gavin membaca setiap kertas yang terselip di setiap foto. Bingung, terkejut, dan heran menjadi campur aduk, sampai akhirnya foto dimana foto pernikahan Gavin dengan seorang perempuan yang Gavin kenal sebagai Ana—yang nyatanya Amel.

"Gua nikah sama Ana?" Gumam Gavin.

"Istri gua namanya Amel, bukan Ana." Gavin teringat dengan istrinya yang dirumah. Gavin segera pulang untuk mendapat penjelasan langsung dari istrinya.

—FLASHBLACK OFF—

"Udah sekarang jelasin aja." Gavin sedari tadi melamunkan pertemuannya dengan Akbar sambil mendengar perdebatan ibunya dengan istrinya.

"Sayang, dia ini Ana, yang dateng tadi itu Amel!" Gavin menatap ibunya dengan mata berkaca kaca.

"Gavin tau nama istri Gavin Amel, tapi kenapa Gavin ga bisa inget wajah istri Gavin sendiri?" Mora menatap sendu Gavin.

"Selama ini, selama ini berarti Gavin selingkuh dong sama Amel..." Gavin mulai mengeluarkan asumsi asumsi yang membuag kepalanya sakit.

"Udah malem, tidur. Hah... Besok kita bahas lagi," ucap Ando. Ando menarik Mora untuk ikut tidur bersamanya. Gavin menatap Ana dengan tajam.

"Lo tidur di ruang tamu." Ana hanya menunduk dan menuruti apa perkataan Gavin.

***