webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
297 Chs

Misha Marah

Begitu Duo A dan E masuk, mereka mendengar Eva yang menangis tersedu-sedu. Tangis Eva menyayat hati, untuk pertama kali nya, Eva menangis dengan penuh rasa sakit.

Mereka hanya berdiam di tempat, membiarkan Misha, selaku kakak Eva menenangkan sang adik. Dari punggung saja mereka sudah tahu, kalau Pemimpin Gold Moonlight itu tengah menahan emosi.

"Sudah cukup menangisinya, Eva..." desis Misha.

Eva tidak bisa menghentikan tangisannya, ia mencengkram lengan kakaknya dan menangis semakin kencang. Mata Misha memerah, ia sangat marah sekarang. Bagaimana bisa seorang pria asing membuat adiknya yang tegar, menjadi seperti ini?!

Misha tidak bisa hanya berdiam diri, selama ini ia melindungi Eva, berusaha keras membuatnya tidak menangis. Dan apa yang di lakukan pria sok tampan itu?! Dia membuat adiknya hampir bunuh diri!

Sebenarnya Misha sangat ingin beranjak dan menghampiri pria Sial*n itu, namun adiknya belum berhenti menangis. Misha tidak tega meninggalkan adiknya itu, ia mengelus surai kusut adiknya dan menatap lapangan yang ada didepan mereka.

"Eva... Apa yang sudah baj*ngan itu lakukan padamu?" tanya Misha dingin. Tubuh Eva bergetar saat kakaknya bertanya seperti itu, kalau Misha tau kalau Eva di tampar, bagaimana? Apa yang terjadi pada Shakeel?

Merasa tubuh Eva bergetar, Misha jadi sangat yakin, Shakeel. Pria itu pasti melukai Eva, kalau tidak, adiknya itu tidak akan ketakutan seperti ini saat ia tanya.

Secara paksa ia melepas pelukan adiknya, menatap wajah yang sekarang di tundukkan oleh Eva, satu tangannya bergerak untuk mengangkat wajah adiknya, supaya ia bisa melihat kondisi Eva sekarang.

Pipi Eva merah, telapak tangan besar masih berbekas di pipi mulus Eva. Tentu saja melihat itu Misha menggeram marah, adiknya yang ia jaga dengan penuh hati-hati, malah di tampar dengan mudahnya?!

"Lue!" panggil Misha dingin.

Mendengar namanya dipanggil, Lue segera mendekat dan berjongkok di samping Misha. "Ada apa Mish?" tanya Lue. Misha melirik gadis cantik itu dan menyerahkan Eva pada Lue.

"Tolong jaga Eva sebentar," ujar Misha, paham apa yang akan di lakukan Misha, ia mengangguk saja. Misha melanjutkan, "Sera, belikan obat untuk alergi Eva. Bawa kan juga seragam ganti untuknya,"

Misha berdiri, membersihkan rok nya yang agak kotor, ia menatap Anes dan Aixa dalam. Tanpa di jelaskan, keduanya mengangguk paham.

"T-tidak! Kak! Berhenti!"

Melihat sang kakak beranjak turun Eva panik, tentu saja ia sudah menerka apa yang akan di lakukan oleh Misha. Saat hendak berlari untuk menyusul kakaknya, Eva ditahan Anes dan Aixa yang masih berdiri didepan pintu Rooftop.

"Eva, kau cukup menunggu di sini. Kita akan menonton pertunjukan dari sini," ujar Anes seadanya.

***

Dengan langkah Misha berjalan menuju kantin, tempat pria yang menyakiti adiknya berada. Murid yang berpapasan dengan Misha, bahkan merinding saat melihat wajah penuh amarah darinya.

Ia tidak peduli dengan tanggapan orang-orang, daripada mementingkan tanggapan orang, ia lebih memilih memikirkan pelajaran apa yang akan dirinya ajarkan pada pria breng*ek itu.

Begitu masuk ke area kantin, Misha tidak tahan saat melihat Shakeel tengah bercanda dengan bahagia nya bersama sang pacar, ia melangkah cepat dan melayangkan sebuah tonjokan.

Bugh..

Bruak..

"Kyaaa! Heh! Lo Kenapa sih?!" bentak Raya, ia menolong Shakeel yang menabrak meja di sampingnya setelah di tonjok Misha.

"Lo kenapa? Heh, GAK SALAH DENGER GUE?" bentak Misha balik, ia membalas Raya lebih kencang, membuat Raya ketakutan sendiri.

Shakeel berdiri di depan Raya, menghalangi pandangan tajam yang Misha menatap gadisnya, tentu saja Raya gemetaran dan menangis. "Kenapa lo nonjok gue? Salah gue apa njir?!" bentak Shakeel.

Misha hanya tertawa sinis mendengar bentakan pria yang lebih tinggi dari nya, matanya menatap Shakeel dingin. "Lo menampar pipi adik gue,"

Tubuh Shakeel menegang, ia berdecih, "Apa adik lo ngadu? Cepu amat,"

"CEPU LO KATA?! DIA HAMPIR LONCAT DARI ROOFTOP ANJ*NG!"

Misha tidak tahan lagi, pria itu di datangi baik-baik malah melunjak. Napasnya memburu dan matanya memerah, tanda emosi nya berada di ambang batas.

Shakeel dan seluruh kantin terdiam, secercah rasa sesal mengisi hati Shakeel, Ia tidak menyangka celetukannya nyaris saja membuat seseorang meninggal.

"Ya itu salah dia sendiri! Ngapain coba deketin cowo yang jelas-jelas sudah punya pacar!"

Entah keberanian dari mana, Raya berkata demikian. Tentu saja Misha tidak suka dengan hal itu, "Kalau begitu sebaiknya kalian abaikan saja dia!"

"Dia mengganggu kami! Apa kami harus berdiam saja?!" bentak Raya menangis, "Kami hanya ingin berduaan! Dia datang dan selalu mengganggu kami!"

Misha memutar bola matanya jengah, ia tentu tahu hal itu. Namun, Eva tidak bodoh, dia tidak akan mendekati pria yang sudah jelas menjalin hubungan dengan seorang gadis.

Eva sangat tau lebih dari apapun, ia bukan tipe gadis yang jika jatuh cinta, akan langsung mengejar pria itu tanpa memikirkan sekitar. Misha sangat tau kalau Eva telah melakukan riset mengenai Shakeel ataupun Raya, ia menyebut Raya monyet bukan tanpa alasan.

Raya, gadis yang sangat dicintai Shakeel itu mempunyai 6 pacar lainnya. Ya, Raya banyak melakukan perselingkuhan. Sebenarnya, Shakeel bukanlah pacar pertama Raya.

Shakeel hanya lah pacar ke tujuh Raya. Harusnya gadis itu bersyukur karena Eva mendekati Shakeel tanpa membeberkan permasalahan itu, tapi apa balasannya? Perkataan tajam Shakeel menghujam hati adiknya.

"Gue tidak bisa menerima hal ini, Eva. Dia Hanya memiliki satu hati, dan lo hancurin berkeping-keping! Lo harus menerima balasannya,"

Srekk..

Setelah mengatakan kalimat itu, Misha menyeret Shakeel ke luar kantin, melemparkan pria itu dengan mudahnya ke tengah lapangan.

"Sayang!" seru Raya berlari menolong Shakeel yang tersungkur.

Misha merogoh saku almamater dan mengambil ponsel dari sana, menghubungi seseorang tanpa mengalihkan pandangan dari dua insan di depannya.

"...?"

"Hm, bawa mereka ke sini sekarang."

"...!"

Selesai menyuruh orang di seberang, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku almamater.

Tak lama datang enam pria yang memakai seragam berbeda-beda, melihat enam pria itu, tubuh Raya menegang. "Kalian?!"

Shakeel heran kenapa Raya sangat ketakutan, begitu menoleh ke belakang, ia melihat enam pria yang sangat ia kenali.

"Lho? Kalian kok di sini?" heran Shakeel.

Kening mereka berkerut heran, "Kok lu ada di sini Shak?" balas mereka. Shakeel berdecak, "Ya iyalah, ini kan sekolah gue. Lu pada ngapain di sini?"

"Ada yang nelfon gue, katanya pacar gue selingkuh" jawab mereka bersamaan. Mata mereka memicing curiga, "Lha, kok sama?"

"Stop ngikutin gue ngomong!"

Bukannya mencari tujuan awal. mereka di sana, ke enam nya malah berantem karena persamaan waktu mereka bertanya. Misha menatap jengah kelakuan bodoh pria di depannya, ia mengambil ponsel dan menelfon ulang.

Dering ponsel enam pria itu terdengar, mereka mengangkatnya dan menatap Misha heran. "Pacar kalian itu kan? Dia berselingkuh dari kalian semua,"

Misha berkata sambil menunjuk Raya, sontak mereka tersadar. Mereka baru menyadari keberadaan Raya karena tadi asik bertengkar, di tambah, gadis itu bersembunyi di punggung Shakeel.

"Lo selingkuh?!" tanya mereka murka, mereka melirik satu sama lain dan menatap Raya marah.

"Bagaimana bisa lo se rendah ini Ray! Lu macarin satu geng? Mau lu apa sih?!" bentak mereka.

"T-tunggu, aku bisa jelaskan!" ucap Raya panik.

"Ah, Masa bodo! Ayo kita--"

***