webnovel

THIS IS MY LIFE !

Hanya perjuangan seorang lelaki gay, yang penuh rintangan dan halangan ...

pangeran_Biru · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
44 Chs

Perjodohan

Tiba-tiba Diaz mendorong tubuh gue dan langsung pergi, gue diam saja dan mendekati 2 cewek yang masih berdiri. Gue yakin mereka kelas dua juga.

"Maaf kalau boleh tahu nama kalian siapa ya ?" tanya gue kepada keduanya.

"Eh ... anu kak ! saya Mira dan aku Sita !" jawab mereka gugup dan sedikit takut.

"Jangan takut, gue engga gigit kok !" ujar gue sambil tersenyum. Muka mereka langsung memerah.

"Anu .. boleh nanya kak ? tapi jangan marah ya ?" tanya mereka, gue hanya mengangguk.

"Apa ... kakak Bima gay ?" tanya Mira termasuk cantik berambut panjang. Sedang Sita agak pendekan rambutnya, Gue tertegun mendengar pertanyaan mereka.

"Kalian pasti sudah dengar kan gosipnya ?" tanya gue sambil menatap keduanya.

"Iya kak, tapi rasanya kami tak percaya sebelum mendengar langsung dari kak Bima !" jawab mereka.

"Betul ... gue memang seorang gay !" jawab gue, keduanya melotot. Dan kemudian mereka tiba-tiba berteriak kegirangan.

"Tuh apa gue bilang Mir ! elu sih engga percaya !" cewek bernama Sita menyengol Mira.

"Iya deh, insting elu hebat juga ! kyaaa ... kita engga nyangka !" keduanya tak sadar berteriak.

"Kalian fujoshi ya ?" tanya gue menebak keduanya.

"Kok kak Bima tahu ?" keduanya balik. Gue malah tertawa . "Tentu saja, kalian melihat dan tahu gue gay senang banget !" jawab gue.

"Maaf kak !" mereka meminta maaf.

"Engga apa-apa kok ! ya udah gue pergi !" gue melambai tangan dan pergi dari hadapan mereka, dan keduanya mengangguk dan setelah itu bergembira seperti mendapat harta karun !

--------------

Sejak itu 'fans' gue bertambah dengan dua cewek fujoshi itu, kemana-kemana gue pergi, diikuti oleh mereka. Apapun yang gue lakukan bersama teman cowok selalu membuat mereka heboh, padahal gue cuman pelukan dan bercanda bersama mereka. Aneh sih ! tapi ya sudah tidak apa-apa.

Gue memutuskan menjodohkan Mia dengan Diaz, mereka berdua cocok banget manja dan culun. Keduanya pun mempunyai tampang yang lumayan cantik dan ganteng.

"Mi, boleh kakak tahu engga tipe cowok idaman kamu seperti apa ?" tanya gue kepada Mia, ketika nongkrong di kedai kopi di sebuah mall terbesar di Surabaya.

"Aku engga tahu kak ?" jawabnya sambil meminum minuman kopi latte kesukaannya.

"Kok engga tahu ?" tanya gue heran. Mia terdiam. "Kamu pernah pacaran kan ? kakak dengar kamu tidak suka dipeluk, dicium sama di pegang sama cowok ?" gue menatap Mia dan sekarang menunduk.

"Iya pernah dulu waktu SMP !" jawabnya pelan. Gue terdiam dan memutuskan tidak bertanya lebih lanjut kalau dia tidak mau berterus terang.

"Oh !" hanya itu.

"Kakak marah ?" dia menatap gue. Gue tersenyum dan menggeleng kepala.

"Ngapain marah, sayang ! tapi kalau kamu tidak mau cerita juga tidak apa-apa kok !". Mia kembali terdiam. Gue pun meminum minuman gue yang sama kaya Mia.

Sekarang gue, dalam mobil bersama Mia untuk mengantar dia pulang. Gue melirik ke arah Mia dan menghela nafas.

"Kak ..." ujar dia pelan.

"Ada apa ?" tanya gue.

"Aku ... udah ... engga perawan lagi ...!" gue terkejut, karena Mia menangis gue pun menepikan mobil. Ku peluk Mia dan dia menangis.

"Aku ... di perkosa ... kak !" teriaknya dalam tangisnya.

"Siapa yang melakukannya Mia ?" tanyaku.

"Kak Robi ... !" jawabnya pelan, gue merenggangkan tubuhnya dan menatap Mia.

"Robi yang pemain futsal itu ? tanya gue tak percaya. Mia mengangguk. Gue tahu dia, selain pemain basket, ada juga cowok idola lain dari bidang olah raga Futsal dan Robi ini di sebut kaptennya dia sama kelas 3 dengan gue.

Harus gue akui dia ganteng, sayang agak sombong dan juga playboy. Tapi melakukan itu sama anak SMP seperti Mia, tak bisa di maafkan apalagi memaksakan kehendak seperti pemerkosaan. Gue jadi teringat kejadian waktu lalu, gue ... harus akui hanya diam melihat semua terjadi tanpa bisa di cegah tapi ada alasan khusus, gue masih baru, kedua gue masih tim junior sedang yang melakukannya senior gue, mengetahui itu saja sudah mau membuat nyawa gue melayang ! apa lagi membantu perempuan di perkosa, mungkinkah gue langsung di bunuh ?

Tapi tidak kali ini, kalau dia masih mengganggu Mia, biar gue hajar ! Mia pun menceritakan kejadian pemerkosaan itu di sebuah rumah entah siapa, saat itu dia kelas 2 SMP di ajak temannya kepesta ulang tahun katanya, Mia tak menolak dia mau saja, di sana sudah banyak anak sekolahannya terutama anak futsal. Mia didekati Robi yang waktu itu habis bertengkar dengan ceweknya, Mia tidak ingat karena ia diberi minuman dan tak sadarkan diri, ketika sadar dia sedang di perkosa bukan hanya oleh Robi tapi ada dua cowok lain ! Mia tidak bisa berbuat apa-apa hanya menangis dan takut karena di acam Robi.

Gue marah dengan mendengar cerita Mia, menurutnya Robi masih mengungkit hak itu membuat dia menjadi takut.

"Sudah, biar kakak urus si Robi !" Mia mengangguk.

------------

Gue melihat Diaz dan mendatanginya, dan meminta berbicara berdua dengannya akhirnya dia mau.

"Elu masih suka Mia kan ?" tanya gue, Diaz mengangguk kita bicara agak berjarak mungkin dia takut gue,.

"Iiya kak !" jawabnya.

"Walau apapun itu elu masih mau tetap menerima sebagai pacar elu ?" gue bertanya sambil menepuk pundaknya, Dia menatap heran kepadaku.

"Maksud kakak ?" tanyanya.

"Iya, lo cinta dia kan ? jadi lo harus menerima kekurangan dan kelebihan pasangan terutama Mia !" jawab gue. Dia mengangguk.

"Ngomong-ngomong lo lihat Mia engga ?" tanya gue, dari tadi gue mencari Mia engga kelihatan.

"Anu kak ... tadi pergi !" jawab Diaz, gue menatap dia, oh ya dia kan selalu mengikuti Mia seperti seorang secret admirer, emang dia seperti itu kali.

"Sama siapa ?" tanya gue. Diaz seperti takut atau enggan memberitahu.

"Sama Robi !" gue menatap tajam Diaz, dia terkejut dan seperti takut.

"Kurang ajar !" gue marah.

"Kenapa lo engga cegah dia ?" gue mendiorong Diaz, dia gemetaran dan takut.

"Lo kan suka sama dia ! jadilah seorang cowok untuk melindungi dia ! mengerti !" ujar gue marah.

"Gue pernah, dan tahu enggak lo ! gue dihajar habis-habisan sama gengnya !" tiba-tiba dia teriak marah ke gua.

"Kalau begitu, kita susul ! lo tahu kan dibawa ke mana ?" Diaz mengangguk.

Gue dibawa Diaz ke halaman belakang sekolah yang belum gue ketahui, ternyata ada gudang di pojokan yang terbilang cukup sepi. Ketika di sana ada dua orang seperti mengawasi gudang, perasaan gue tidak enak. Diaz berhenti.

"Kenapa lo takut ?" tanya gue, dia terdiam.

"Kalau begitu cari guru yang lo anggap bisa di percaya bawa ke sini ! biar gue urus mereka !" kata gue, Diaz mengangguk dan pergi. Sudah lama juga gue tidak berkelahi, gue menggerakan tubuh. Kalian pikir gue enggak pernah berkelahi karena gue gay ? jangan salah sangka gue bukan bad boy, tapi gue berkelahi untuk harga diri yang di lecehkan atau penghinaan terhada gue yang sudah gue anggap keterlaluan.

"Hei, mana Mia !" teriak gue kepada dua orang yang seperti menjaga sesuatu.

"Tolong, jangan lakukan itu ... !" teriak Mia sambil menangis, kurang ajar ! Tanpa pikir lagi kulayangkan pukulan gue ke arah mereka berdua ... !

Bersambung ....