webnovel

Lava

"Aduh.... sakit. Maaf....maaf! tapi saya memang tidak mengenal anda," ucap Julian sembari tunduk hormat. Mendengar hal itu, Colton terdiam lalu setelah nya memegangi kepala Julian yang membuat Julian terheran melihat nya.

Lalu tak lama setelah nya, Colton menarik tangan nya lalu berkata...

"Hmm jadi begitu ya. Baiklah kalau begitu, mulai sekarang aku akan menjadi guru mu! kau harus mengikuti semua perkataan ku dan aku akan membantu mu hingga berada di tingkatan surgawi. Saat ini kau hanya berada di tingkatan alam surgawi empat. Masih jauh lagi tingkatan menuju surgawi tertinggi," jelas Colton yang membuat Julian terdiam.

"Walaupun aku masih berada di tingkatan alam surgawi empat, tetapi itu sudah sangat menakjubkan untuk seusia ku. Hanya aku yang dapat mencapai tingkatan tersebut di usia muda! tak hanya itu saja, aku juga menyimpan beberapa teknik rahasia dan teknik terlarang kuno," jawab Julian dengan polos yang lagi-lagi kepala nya kembali di pukul oleh Colton.

"Bisa-bisanya kau mengatakan hal seperti itu! meskipun menurut pendapat orang-orang, kau sudah cukup hebat tetapi bukan berarti kau bisa sombong. Kau harus berkultivasi sekarang! oh ya ini obat pil supaya mempercepat naik ke tingkatan," tegas Colton yang kemudian memasukkan pil tersebut ke mulut Julian dan mau tidak mau Julian menelan nya.

Kemudian Julian duduk di kursi panjang yang ada di dekat nya dan mulai berkultivasi di hadapan Colton. Disaat itu, perempuan muda yang bernama Briella datang dan berdiri tepat di samping Colton.

"Papa, apa yang terjadi? kenapa waktu tiba-tiba saja berhenti?! tadi aku sedang asyik menonton live idola ku tau," ucap Briella yang sedikit jengkel.

"Tidak penting itu! kita kedatangan orang langka. Kalau saja dia menyadari kekuatan dalam dirinya, mungkin dia sudah berada di tingkatan surgawi tertinggi sejak dini," ujar Colton yang membuat Briella menatap kearah Julian.

Melihat wajah Julian membuat Briella terpanah melihat nya.

"Astaga, dia tampan sekali. Lebih tampan dari idola ku! aku mau menjadi istri nya dan siap melayani nya kapanpun!" kata Briella yang langsung dipukul oleh Colton.

"Hmm kata-kata mu ini benar-benar tidak bisa dijaga. Sudah, kau duduk saja anteng di dekat nya! kita harus mengawasi nya dengan baik sekarang," tutur Colton.

"Kenapa harus mengawasi nya? dia sedang berkultivasi, biarkan saja," singkat Briella.

"Dia bukan orang-orang seperti umum nya. Maka dari itu kita harus mengawasinya dengan baik! jika dia salah mengambil langkah, maka itu akan berdampak besar pada dunia ini. Apalagi dia memiliki kekuatan mengendalikan waktu yang sangatlah langka," jelas Colton yang membuat Briella akhirnya mengerti maksud sang ayah.

"Baiklah kalau begitu, Briella akan menemani papa mengawasi anak tampan ini," singkat Briella. Colton menganggukkan kepala nya.

Di bawah alam sadar...

Tampak Julian kini sedang menatapi sebuah gerbang besi yang teramat besar. Di gerbang besi tersebut, dikelilingi kabut putih yang cukup kebal.

"Hmm apa mungkin jika aku masuk ke dalam sana, aku dapat langsung naik ke tingkatan selanjutnya?" batin Julian. Julian melangkahkan kaki nya lalu setelah nya ia menyentuh gerbang besi tersebut. Disaat baru menyentuh nya, gerbang tersebut langsung terbuka lebar yang membuat Julian sedikit terkejut.

Tetapi Julian pun memutuskan untuk melangkahkan kaki nya masuk ke dalam sana. Sesampainya di dalam, ia melihat sebuah batu-batu bertulisan kuno terbang di udara dan jumlah nya begitu banyak.

Lalu, munculah seorang perempuan berbaju ungu dengan payung di tangan nya. Perempuan tersebut berdiri tepat di hadapan Julian dan langsung menyentuh dagu Julian dengan jari-jari tangan nya yang lembut.

"Akhirnya kau kembali. Kau tumbuh menjadi pemuda yang tampan ya ternyata seperti perkataan mu dulu," ucap perempuan tersebut yang membuat Julian bertanya-tanya.

"Kau siapa? aku sama sekali tidak mengenal mu," singkat Julian yang membuat perempuan tersebut tertawa kecil mendengar nya.

"Ah begitu ya, jadi kau sama sekali tidak ingat dengan siapa aku? baiklah kalau begitu," ujar perempuan tersebut yang secara tiba-tiba saja suasana di sana berubah menjadi menyeramkan.

Secara tiba-tiba, mereka berada di atas tanah yang di kelilingi oleh lava yang amat panas. Di dekat mereka juga terdapat gunung lava yang membuat Julian sedikit cemas.

"Apa yang mau kau lakukan? kenapa tiba-tiba saja kita berpindah tempat begini?!" ucap Julian sembari melangkah mundur.

Wanita tersebut menatap kearah lautan lava di sekeliling nya lalu menatap kearah Julian yang terlihat begitu ketakutan.

"Kau harus masuk ke dalam lautan lava itu untuk menentukan jati dirimu," ujar wanita tersebut yang tentu saja membuat Julian terkejut mendengar nya.

"Kau gila? kalau aku masuk kesana, bisa-bisa aku hangus terbakar. Nanti kalau hangus, jiwaku hancur dan akhirnya aku mati," kata Julian yang membuat wanita tersebut memasang raut wajah datar. Sontak saja, wanita itu langsung mendorong Julian ke dalam lautan lava tersebut.

Ketika berada di dalam, Julian yang menutup mata nya itu kemudian membuka kedua mata nya. Ia pun menatap sekeliling nya dan begitu terkejut diri nya ketika ia baik-baik saja berada di dalam lautan lava.

"Wow keren sekali? ternyata aku tidak kenapa-kenapa di dalam sini. Hmm berarti perkataan perempuan cantik itu benar! kalau begitu aku harus berenang lebih dalam bukan? untuk menemukan sebuah petunjuk," batin Julian yang kemudian berenang semakin dalam.

Semakin lama, udara pun semakin panas. Tetapi hal tersebut tidak mematahkan rasa penasaran Julian. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah kristal besar di dalam lautan lava tersebut. Julian terdiam sejenak, menatapi kristal yang amat besar.

"Uwaaa hebat sekali. Apa mungkin tingkatan ku bisa semakin tinggi kalau mendapat kristal ini?" pikir Julian. Tanpa berlama-lama lagi, Julian langsung mendekati kristal tersebut dan menyentuh nya.

Namun baru saja menyentuh nya....

***

"Kakak tampan, akhirnya kau bangun juga," ucap Briella yang membuat Julian terkejut mendengar nya. Lalu tak lama setelah nya, Julian bangkit duduk dan menatapi Colton yang kini sedang menatap nya dengan tatapan serius.

"A-apa yang terjadi?" tanya Julian dengan raut wajah heran.

"Kamu pingsan secara tiba-tiba," saut Floryn yang membuat Julian terkejut mendengar nya.

"Lho Floryn? tunggu bukankah tadi," belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Briella langsung berbisik di telinga nya Julian dan menceritakan kejadian sebelum nya.

"Tadi saat kakak sedang berkultivasi, tiba-tiba saja kakak di kelilingi oleh aura hitam. Lalu setelah nya kakak pingsan dan waktu kembali berjalan," jelas Briella yang membuat Julian membatu.

"Ja-jadi begitu ya? hmm tapi aku berhasil naik tingkatan hanya dalam beberapa menit," ucap Julian yang membuat dirinya kena pukul oleh Colton.

"Beberapa menit dari mana?! kau sudah satu jam lebih berkultivasi. Ya meskipun itu sangat menakjubkan," ucap Colton yang membuat Floryn heran mendengar perkataan mereka semua.