webnovel

Jangan menangis

"Gak apa-apa dong, kan kau sedang berada di sekolah. Jadi aku berhak mengatur mu karena aku termasuk anggota OSIS dan wakil ketua kelas disini," ucap Arziki.

"Kalau begitu, aku sebagai seorang siswa di sekolah ini juga memiliki hak kebebasan di sekolah. Lagipula ini bukan sedang jam pelajaran, oke?" ujar Julian yang kemudian kembali memijat-mijat kaki nya Floryn. Floryn mulai merasa tidak enak karena ditegur oleh Arziki. Tak hanya itu saja, ia juga malu karena jadi sorotan satu kelas karena Xavier alias Julian kini berani melawan.

"Meskipun kau memiliki hak sebagai seorang siswa tetapi kau harus tetap mematuhi peraturan sekolah! kalau begitu kau akan diberi hukuman dengan...." belum sempat menyelesaikan kata-katanya....

"Kau mau mati sekarang, mati di masa lalu atau mati di masa depan?" ketus Julian yang membuat Arziki diam terpaku mendengar nya. Floryn juga langsung menatap Julian dengan tatapan serius ketika mendengar nya.

"Kau...apa maksudmu hah? kau mengancam ku?!" ucap Arziki sembari menggebrak meja.

"Ya. Tetapi itu tak hanya sekedar ancaman melainkan pilihan! aku dapat mengabulkan apa yang kau pilih. Kau bisa mati di masa lalu, di masa sekarang dan juga di masa depan. Kalau kau mati di masa lalu, maka kau akan menghilang saat ini juga! tepatnya saat kecelakaan mobil yang kau alami saat kecil, kau akan mati saat itu!" ujar Julian yang membuat Arziki diam terpaku.

Floryn yang mendengar hal itu, memegangi kedua tangan Julian. Sekilas, Julian sempat melirik kearah Floryn tetapi setelah nya ia kembali berfokus pada Arziki.

"Jadi, apa pilihan mu?" tanya Julian. Arziki terdiam sejenak lalu setelah nya ia menghela nafas dan menundukkan kepala nya.

"Baiklah, aku mengerti. Aku takkan mengganggu mu," singkat Arziki yang kemudian pergi. Ketika Arziki pergi, Floryn langsung menegur Julian yang bicara seperti itu.

"Xavier, apa maksudmu tadi? kenapa kau mengancam Arziki dengan ancaman tidak masuk diakal seperti itu?" ucap Floryn yang keheranan sekaligus kesal.

"Tidak apa-apa, sebaiknya kau tidak perlu memikirkan nya. Bagaimana kondisi kaki mu sekarang, apakah jauh lebih baikan?" ujar Julian. Mendengar hal itu membuat Floryn kesal. Sontak saja Floryn langsung mencubit tangan Julian yang membuat Julian sedikit kesakitan.

"Astaga, Floryn. Kenapa kau mencubit tanganku begini? memang nya kau pikir, tidak sakit apa? pedes banget," kata Julian yang membuat Floryn terdiam.

"Salah sendiri kau pakai mengalihkan pembicaraan!" ketus Floryn yang membuat Julian terdiam.

"Karena bagiku, pembicaraan itu tidak penting untuk dibicarakan bersama mu," singkat Julian yang membuat Floryn semakin kesal.

"Ahhh Xavier! kau ini kenapa sih? biasanya selalu nyambung dengan ku sekarang kau sama sekali berbeda," ucap Floryn yang membuat Julian tertawa kecil mendengar nya.

"Kau ini apa-apaan sih. Lucu banget deh! memang nya kau pikir, semua topik pembicaraan kita selalu nyambung gitu? gak kali. Udah deh jangan dipikirin lagi," ujar Julian.

"Hmm kau benar-benar berbeda, Xavier. Terkadang aku merindukan Xavier ku yang dulu," kata Floryn yang membuat Julian membatu. Julian menghela nafas lalu membelai rambut Floryn yang membuat Floryn melirik nya.

"Jangan membanding-bandingkan diriku yang dulu dengan yang sekarang. Memang banyak perubahan yang terjadi tetapi aku akan berusaha untuk membuat diriku lebih baik," tutur Julian. Floryn diam terpaku ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Julian.

"Hmm sebaiknya kita tidak perlu membicarakan ini lebih panjang," singkat Floryn yang membuat Julian tersenyum tipis.

"Baguslah kalau begitu," ketus Julian. Floryn menghela nafas lalu setelah nya ia memeluk Julian dengan erat yang membuat Julian heran.

"Hei...Hei...hei....kau kenapa?" ucap nya. Tanpa sadar, Julian menghentikan waktu tetapi Floryn sama sekali tak mengetahui nya.

"Entah kenapa, aku merasa bersalah padamu hiks," ujar Floryn yang membuat Julian terdiam.

"Sudah...sudah... tidak perlu menangis ya! nanti aku ikutan sedih nih," kata Julian yang membuat Floryn terdiam.

"Aku serius, Xavier. Aku merasa bersalah padamu," tutur Floryn. Julian menghela nafas panjang lalu membelai rambut Floryn dengan halus.

"Sudah ya, jangan pikirkan hal yang enggak-enggak. Kau tidak salah apapun padaku, oke?" cakap Julian tetapi tetap saja Floryn meneteskan air mata nya. Selang beberapa menit, Floryn melepaskan pelukannya. Dan disaat itu juga, Julian kembali menjalankan waktu yang ia hentikan.

"Sudah ya, jangan menangis lagi. Nanti cantik nya hilang," ucap Julian dengan tenang. Floryn terdiam dan menundukkan kepala nya dengan raut wajah sedih.

"Apakah kau akan tetap menerima ku meskipun aku ini selalu menyusahkan mu dan tak pernah membantu mu sama sekali?" tanya Floryn.

"Tentu saja, aku berjanji akan melindungimu hingga akhir. Kau jangan melontarkan kata-kata seperti tadi ya, oke?" jawab Julian. Floryn yang sempat menundukkan kepala nya lalu menatap kearah Julian yang kini sedang menatap nya sambil tersenyum tipis.

"Hmm kau selalu menjadi pelipur lara ku di kala kesedihan. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat terbaik seperti mu dunia ini," ucap Floryn. Julian yang mendengar hal itu tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala nya.

"Sudah ya jangan sedih-sedih lagi. Lupakan hal-hal yang mengganggu pikiran mu, oke? jangan merasa bersalah. Kau tidak salah dalam apapun! justru aku heran denganmu yang tiba-tiba saja begini," ujar Julian. Mendengar pertanyaan Julian, membuat Floryn sempat diam terpaku.

Dirinya kembali teringat dengan kejadian dimana Xavier mengalami kecelakaan dulu.

~Flashback ~

"Xavier! Xavier!" teriak Floryn sembari memasuki kelas. Xavier yang awalnya sedang asyik menggambar di buku pun langsung tertuju kearah Floryn yang tiba-tiba berteriak memanggil nya.

"Ada apa, Floryn?" tanya Xavier dengan tenang. Ketika Xavier bertanya, tiba-tiba saja Floryn melempar sebuah foto ke meja yang membuat Xavier cukup terkejut dengan apa yang ia lakukan.

"Coba kamu lihat. Apa maksudnya ini? kau terlihat seperti anjing peliharaan ketua OSIS lho! lihat! kau membuatku malu!" jawab Floryn yang membuat Xavier terdiam.

"Maaf jika aku membuat mu malu. Hanya itu yang bisa ku lakukan supaya mereka tidak dapat mengganggu kita lagi," ucap Xavier dengan wajah bersalah.

"Cukup! kau tak pernah membuatku senang. Kau selalu membuatku malu! setidaknya kau belajar cara bertahan, membela diri supaya kau tak dijadikan anjing seperti ini! mau-mau nya punggung mu dijadikan tempat duduk ketua OSIS dan wakil OSIS begini. Sungguh memalukan!" teriak Floryn.

"M-maaf, Floryn," Xavier menundukkan kepala nya.

"Maaf...maaf. Tetapi kau selalu melakukan nya! kau tidak malu apa? seorang Xavier yang cerdas dan selalu dibanggakan sekolah sebenarnya adalah hanya seorang anjing peliharaan di mata anak-anak kaya di sekolah. Kalau aku jadi mu, mungkin aku memutuskan untuk mati saja sekalian," ucap Floryn yang membuat Xavier amatlah terkejut mendengar nya.