Dylan terdiam sejenak lalu setelah nya ia menarik tangan nya. Julian masih terheran-heran dengan sikap Dylan.
"Kamu ini sebenarnya kenapa sih? gak hanya kamu, tepat nya kalian berdua! ada apa dengan kalian huh?" tanya Julian.
"Ada sesuatu yang harus diselesaikan di masa lalu dan itu bersangkutan denganmu! kita harus segera menyelesaikan nya jika ingin dunia ini baik-baik saja. Karena apa yang terjadi di masa lalu, berpengaruh juga dengan masa depan," jelas Evelyn.
"Sesuatu apa? lagipula, di masa lalu aku juga sudah mati. Kalau terjadi sesuatu dengan masa depan, aku yang akan menangani nya," cakap Julian yang membalikkan tubuh nya dan pergi. Tetapi ketika beberapa langkah berjalan....
"Memang nya kau tidak mau tau, kenapa adikmu membunuhmu pada hari itu?" singkat Dylan yang membuat langkah Julian terhenti. Julian menoleh kearah Dylan yang kini juga sedang menatapnya begitupun dengan Evelyn.
"Dia membunuhku karena ingin tahta ku," jawan Julian. Dylan yang semula duduk itu langsung menghampiri Julian dan menatap nya dengan serius.
"Hanya itu?" tanya Dylan.
"I-iya! dia menginginkan tahta dan kekayaan yang kumiliki supaya dia dikenal banyak orang," ucap Julian yang membuat Dylan kesal sendiri.
"Ah sudahlah, harusnya kau menggali itu semua! tidak meninggalkan nya begitu saja," ujar Dylan yang membuat Julian terdiam. Evelyn yang sejak tadi hanya berdiam diri saja, bertindak.
"Kami mau membantumu. Tetapi sebelum menggali informasi yang dalam, terlebih dahulu kau harus menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Seperti ibarat nya sebuah misi, jika kau menyelesaikan semua nya maka kau akan mendapatkan banyak sekali informasi," kata Evelyn yang membuat Julian terdiam.
"Hmm, aku bisa saja mengerjakan nya. Hanya saja.... bagaimana dengan Floryn jika aku tiba-tiba tidak ada?" tutur Julian yang membuat Dylan tak habis pikir pada nya.
"Astaga, Julian. Kau mengkhawatirkan wanita yang baru kau kenal? yang benar saja! kalau aku jadi dirimu, akan ku tinggalkan dia begitu saja," ucap Dylan sembari menendang kursi tempat nya duduk. Berbeda dengan Dylan yang ingin cepat-cepat menyelesaikan semua nya, Evelyn justru memberikan waktu kepada Julian untuk menyelesaikan semua kendala saat ini.
"Baiklah, Julian. Sebaiknya kau selesaikan kendala yang menghambat mu. Waktumu hanya sampai bulan depan! ku harap kau dapat menjelaskan yang terjadi pada Floryn agar dia tidak menjadi penghambat mu," ujar Evelyn yang membuat Dylan menatap nya.
"Aku diberi waktu satu bulan ya? baiklah. Aku akan menyelesaikan semua kendala yang ada disini kemudian kembali ke masa lalu bersama kalian bertiga untuk menyelesaikan semua nya," kata Julian sembari tersenyum tipis.
"Hmm manis nya. Baiklah, tuan Dylan! sebaiknya kau ikut saya saja sementara ini," tutur Evelyn yang menatap kearah Dylan.
"Hu, bagaimana aku mau ikut denganmu? diriku kan disegel di dalam tubuh nya sejak ia masih bayi! aku hanya bisa pergi yang jarak nya masih dekat dengan Julian," ketus Dylan.
"Ah iya saya lupa. Hmmm maaf tuan," singkat Evelyn lalu Dylan menghilang.
"Oh ya, apakah aku masih harus ke kantor untuk berbicara dengan kepala sekolah mengenai sikap ku di kelas tadi?" tanya Julian dengan polos yang membuat Evelyn tertawa tipis.
"Hahahaha tidak perlu, Julian. Lagipula kau bersikap kasar seperti tadi juga karena perbuatan tuan Dylan! dia sengaja melonjakkan amarah mu sebagai makanan nya. Jika kau sering marah, maka itu karena perbuatan tuan Dylan! ingat itu!" jelas Evelyn.
"Hmm baiklah kalau begitu. Berarti sekarang waktunya kembali ke kelas, bukan?" singkat Julian, Evelyn menganggukkan kepalanya lalu mereka berdua pergi kembali kelas.
Selang beberapa menit...
Julian bersama Evelyn masuk ke dalam kelas. Evelyn lanjut ke meja siswa yang tugas nya belum dikoreksi sedangkan Julian kembali duduk di tempat nya.
"Xavier, jadi gimana? apa yang telah terjadi?" tanya Floryn yang penasaran.
"Tidak apa-apa. Aku hanya diberi nasihat supaya tidak melakukan hal kasar! sekolah mengizinkan ku untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan seperti cerdas cermat. Tetapi jika mau ikut, juga tidak masalah! justru sangat-sangat boleh," jawab Julian dengan tenang yang membuat Floryn terdiam.
"Kau bersikap tenang? serius nih?" tanya Floryn yang membuat Julian terdiam sejenak.
"Hmm? kenapa kamu terlihat aneh dengan sikapku?" tanya balik Julian dengan wajah polos.
"Enggak, soalnya dari tadi kamu kan kaya beringas. Tak hanya itu saja, kau terlihat fakboy tadi! tetapi sekarang aura dalam diri mu berbeda gitu. Apa karena di nasihati tadi?" jawab Floryn.
"Tidak! bukan karena itu. Memang pada dasarnya saja aku sudah tenang sejak dulu," ketus Julian yang sedikit jengkel dengan jawaban Floryn.
"Tuh lihat! kau marah padaku saja, sangat tenang! tidak seperti sebelumnya kaya cacing kepanasan," ucap Floryn tetapi Julian memutuskan untuk tidak memperdulikan nya.
"Terserah kau sajalah," ujar Julian yang kesal.
Dari kejauhan, sekilas Evelyn memperhatikan Julian dan Floryn yang sempat berbincang-bincang. Ia tersenyum tipis sembari menggelengkan kepala nya.
"Hmm memang dia anak yang baik dan polos. Andai saja aku bisa menikah dengannya! kalau tidak karena ras ku, pasti kami sudah menikah sejak dulu," batin Evelyn.
***
Di sisi lainnya...
Terlihat Colton yang kini sedang membaca sebuah buku tua yang tebal dan keras. Sedangkan Briella asyik menonton televisi sembari mengayun-ayunkan tongkat baseball nya yang membawa Colton akhirnya menegur nya.
"Briella, sebaiknya kau simpan saja tongkat baseball mu itu. Kau kan tidak sedang membasmi iblis, untuk apa kau memegang nya sekarang?" tegur Colton yang membuat Briella menoleh.
"Ah papa, aku tuh sedang bete! gak ada kerjaan gara-gara para iblis bersembunyi. Mereka takut dengan keberadaan ku dan juga Julian! karena kami dapat memusnahkan semua iblis bahkan hingga ke pemimpin nya. Jadi akhirnya mereka bersembunyi entah dimana! dan itu membuat ku gak ada kerjaan sampai-sampai tongkat baseball ku mainin," jawab Briella yang membuat Colton geleng-geleng kepala.
"Astaga Briella, bisa-bisanya kau beralasan seperti itu. Kenapa kau tak coba cari saja daripada gabut begini kan?" ucap Colton.
"Males ah, mereka bersembunyi. Kalau aku dikeroyok, bagaimana?" singkat Briella.
"Ish kau ini benar-benar menyebalkan ya? bilang saja kau malas kan? kau hanya ingin nyantai di rumah. Begitu kan?" ujar Colton yang membuat Briella terdiam.
"Tidak kok! aku hanya tidak mau saja mencari iblis yang bersembunyi. Karena aku tidak mau dikeroyok! bisa saja sih aku sendirian melawan mereka sekaligus, tetapi tetap saja beresiko. Kecuali kalau dibantu dengan Julian, akan jauh lebih aman," kata Briella.
"Seperti nya kau benar-benar menyukai Julian ya?" tanya Colton yang membuat kedua pipi Briella memerah.
"Ti-tidak juga kok. Biasa aja cuma dia ganteng, cerdas dan baik," singkat Briella.