webnovel

Perasaan Yang Terselubung

Malam ini suara hutan diramaikan oleh suara baru, yakni suara Jessie yang terdengar sedang melontarkan beberapa kalimat kutukan pada Atremus.

Bagaimana tidak? Tanpa diduga, Atremus kembali menggagalkan rencana yang sudah dia pikirkan dengan sangat matang, yakni acara mengulang kembali peristiwa jatuhnya Putri Azaela pada sebuah tebing di hutan.

Jessie sudah sangat berharap bahwa dia akan kembali pada raganya yang dulu. Namun, hal itu kembali tertunda karena ulah Atremus yang meraih tubuhnya sebelum terjun bebas.

Atremus menggunakan tangan kiri untuk meraih tubuh Putri Azaela, sedangkan tangan kanannya berpegangan kuat di akar menjalar yang ada pada pohon besar yang ada di pinggiran tebing. Jadi, kedua berat tubuh itu, ditopang oleh akar tersebut untuk tidak jatuh pada tebing yang cukup landai.

Jessie mendongakkan wajahnya pada pria yang sekarang tengah memeluk erat tubuhnya. Matanya yang melotot, memperlihatkan iris mata yang berwarna biru yang tampak sangat indah.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Jessie dengan nada yang tinggi.

"Aku tidak akan membiarkan Anda melakukan hal bodoh seperti ini," ucap Atremus tanpa menatap balik ke arah Putri Azaela.

"Kamu! Lepaskan aku! Biarkan aku jatuh ke sana!" Menunjuk yang menjadi dasar tebing tersebut, seraya merengek bak seorang anak kecil.

Melihat Atremus yang tidak memperdulikan apa yang dia katakan, Jessie malah kembali berbuat nekat. Dia meronta sambil memukul-mukul tangan Atremus yang sedang melingkar di pinggangnya. Semua itu membuat Atremus menjadi hilang kendali pada keseimbangannya, karena Jessie terus bergerak.

"Tuan Putri! Apa yang Anda lakukan? Kita akan benar-benar jatuh jika Anda tetap keras kepala seperti ini!" seru Atremus sedikit cemas.

Atremus bukan mencemaskan dirinya, melainkan khawatir jika Putri Azaela kembali jatuh ke semak belukar yang ada di dasar tempat tersebut.

"Benarkah? Aku tidak peduli! Jadi lepaskan saja aku!" teriak Jessie sekali lagi.

Akhirnya apa yang di takutkan pun terjadi, akar yang menjadi penyangga tubuh mereka putus. Kini bukan hanya Jessie yang jatuh dari tebing, bahkan dia membawa Atremus juga ke dasar sana sebagai bonus.

Jessie berteriak sambil memeluk erat tubuh Atremus,. begitu.juga Atremus memeluk erat untuk melindungi tubuh Tuan Putrinya tersebut.

Bruukk!

Suara tubuh terjatuh dengan keras menghantam tanah keras dan semak belukar yang ada di sana. Hewan malam pun ikut terkejut dengan suara yang cukup keras tersebut, sehingga banyak mengeluarkan bunyi-bunyian khas mereka. Putri Azaela terbaring tepat di atas tubuh Atremus.

"Aagh, sakit," rintih Putri Azaela perlahan. "Akhirnya aku kembali!" teriaknya dengan keras sambil membuka matanya. Namun, mimik wajahnya seketika berubah kembali, setelah mengetahui bahwa tidak ada yang berubah sedikitpun.

Iya tidak ada yang berubah, Jessie tetap terjebak pada tubuh Putri Azaela walaupun sudah melompat ke dasar tebing tersebut. Tubuhnya kembali ambruk ke atas tanah karena merasa sangat kecewa akan hal tersebut.

Beberapa saat kemudian, Jessie baru ingat jika dia tidak terjun seorang diri, melainkan ada Atremus yang masih terbaring di sampingnya.

"Hei bangun!" seru Jessie dengan nada yang tinggi.

Namun, hal itu itu membuat pria itu membuka matanya. Jessie pun menjadi cemas, apalagi pelipisnya mengeluarkan cairan berwarna merah.

"Atremus! Hei, bangun! Atremus bangun!" teriak Jessie menjadi panik.

Jessie pun mendekatkan daun telinganya pada dada Atremus. Dia ingin memastikan bahwa masih ada detak jantung pada pria tersebut.

"Apa Anda masih mendengar suara detak jantung?"

"Iya, sepertinya begitu. Aku masih ...." Jessie tidak melanjutkan perkataannya setelah sadar bahwa mengajukan pertanyaan tersebut adalah Atremus sendiri.

Matanya kembali melotot ke arah Atremus. Namun, kali ini bukan karena kesal tapi karena merasa lega melihat Atremus baik-baik saja. Hanya sedikit terluka pada pelipisnya akibat goresan dari ranting pohon.

****

Malam semakin larut, disertai oleh hawa dingin yang terasa menusuk langsung ke dalam tulang-belulang. Beruntung, Atremus menyalakan api unggun untuk mengusir rasa dingin yang terasa semakin membekukan.

Jessie duduk sambil menopang dagunya di atas lutut. Memeluk erat kedua kaki yang terlipat, sambil menatap kosong pada kobaran api unggun yang baru saja di nyalakan oleh Atremus.

Otaknya sedang berpikir mencari jalan keluar agar bisa kembali pada kehidupannya yang semula. Baginya, mengulang peristiwa kecelakaan adalah satu-satunya jalan untuk pulang, namun sepertinya tebakan itu sedikit keliru.

Atremus yang sibuk menambah kayu, agar api tidak padam, juga tidak melewatkan tatapan matanya pada Putri Azaela. Dalam benaknya dipenuhi oleh banyak pertanyaan yang menggunung tentang perubahan Sang Putri yang tiba-tiba menjadi beringas.

"Bukankah Tuan Putri sudah melompat pada tebing itu? Kenapa tidak merasa senang?" tanya Atremus yang melihat wajah Putri Azaela tampak sangat kecewa.

"Aku pikir itu adalah jalan yang benar. Ternyata tidak," ucap Jessie lunglai sambil menghembuskan nafasnya yang sejak tadi tertahan.

"Sebenarnya apa yang Anda inginkan, Tuan Putri Azaela? Mungkin aku bisa menemukannya untukmu," lirih Atremus kembali bersungguh-sungguh.

Dia tidak ingin melihat wajah cantik gadis yang ada dihadapannya menjadi cemberut seperti sekarang. Namun, Jessie tidak menjawab pertanyaan Atremus tersebut. Karena dia tahu bahwa Atremus tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan selama ini.

"Sepertinya Tuan Putri sangat kecewa. Apa kita harus mengulangnya sekali lagi?" tanya Atremus kepada Putri Azaela.

Jessie menggelengkan kepalanya perlahan, sambil terus menatap kosong ke arah api unggun. Tampaknya dia enggan untuk membuka suara saat ini. Rasa kantuk pun mulai menyelimuti tubuh yang lelah. Entah berapa kali, Jessie hampir terjatuh karena rasa kantuk yang amat sangat menyerang.

Beruntung, saat kepala Jessie ingin terjatuh kembali, ada Atremus yang sudah terlebih dahulu menyambut kepala Jessie dengan bahunya sendiri. Sedangkan, Jessie sepertinya sudah terbuai di dalam mimpi, sehingga tidak keberatan hal itu terjadi.

"Aku ingin pulang," ucap Jessie lirih.

Atremus yang mendengar hal itu, mengira bahwa Jessie ingin pulang ke istana. Dia tidak tahu bahwa kata pulang yang baru saja di ucapkan oleh Jessie adalah untuk kembali pada kehidupannya yang dulu.

"Baik, Tuan Putri Azaela. Kita akan segera pulang," lirih Atremus.

Setelah beberapa saat terlelap, malam yang gelap semakin dekat melakukan pergantian dengan siang yang terang. Hal itu membuat Atremus harus membangunkan Putri Azaela untuk kembali pulang ke istana.

"Jangan ganggu aku! Aku akan tidur lima menit lagi, Ibu!" teriak Jessie yang menjadi kebiasaannya sehari-hari.

"Ibu? Apa aku mirip dengan Ibunya?" tanya Atremus sedikit cemberut sambil meraih wajahnya sendiri.

Baru kali ini melihat Putri Azaela yang terkenal sangat sopan ternyata begitu bobrok. Namun, di sisi lain Atremus sedikit merasa iba pada Sang Putri, yang merindukan seorang ibu yang tidak pernah dia temui sama sekali seumur hidupnya.

"Putri Azaela ... apa kamu sangat kesepian? Tenanglah, aku akan selalu ada di sampingmu apapun yang terjadi. Menemani kapanpun Tuan Putri membutuhkanku," lirih Atremus tersenyum, sambil mengelus pelan rambut Putri Azaela yang kembali tertidur.

Bersambung ....