webnovel

Istana Utama, Dimana?

"Apa tidak ada jubah yang lebih dari yang aku pakai sekarang?" tanya Jessie kepada Lyne.

Hampir satu jam berlalu lamanya, gadis manis yang bernama Lyne tersebut memakaikan berbagai bentuk dan warna kain pada tubuh Putri Azaela.

"Tunggulah sebentar lagi, Tuan Putri," ucap Lyne lirih tanpa memperdulikan wajah Putri Azaela yang sudah terlihat masam.

Jessie menggunakan pakaian yang terlihat seperti gaun panjang terbuat dari sutra halus. Memiliki perpaduan warna yang apik dan elegan antara warga emas dan warna putih yang bertabur kristal pada pada bagian dada yang sedikit terbuka.

Malam ini, Putri Azaela terlihat sangat cantik dengan rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai. Hanya disangga dengan sedikit anyaman dari rambut pada sisi kiri dan kanannya. Tidak lupa sebuah benda perak berbentuk bunga di sematkan pada rambutnya.

Rupanya tangan Lyne sudah sangat terampil di dalam menggunakan hiasan wajah, yang semuanya terbuat dari bahan alami. Dia memoles sedikit wajah Putri Azaela, yang memang sudah tidak perlu diragukan lagi kecantikannya. Namun, hal itu disembunyikan dari dari khalayak umum. Hanya beberapa orang yang tahu, bagaimana rupa asli dari Putri kedua Raja Emmerich tersebut.

"Anda sangat cantik, Tuan Putri." Lyne tersenyum puas dengan apa yang baru saja dia lakukan pada Putri Azaela.

Jessie tidak dapat membohongi dirinya sendiri, bahwa dia juga sangat terpaku pada kecantikan Putri Azaela. Beberapa kali, dia hanya berputar-putar, memantulkan bayangan indah itu pada sebuah cermin besar yang ada di hadapannya.

"Ini hanya sebuah makan malam biasa. Apa harus seperti ini? Apa semua ini tidak berlebihan?" tanya Jessie pada Lyne.

"Tentu saja tidak. Aku berharap jika ada kabar baik yang sedang menanti Anda, Putri Azaela," imbuh Lyne kembali.

'Aku juga berharap seperti itu. Tapi ... kenapa kaki ini begitu berat untuk melangkah menuju ke istana utama kerajaan?' keluh Jessie pada dirinya sendiri.

Untuk berjaga-jaga, sebelum berangkat ke tempat Sang Raja, Jessie telah lebih dahulu sudah meminta Lyne untuk menjelaskan siapa saja, orang-orang yang menjadi penghuni di istana utama dan bagaimana kondisi keadaan istana tersebut. Tidak hanya itu, Lyne juga mengajarkan dan menjelaskan secara detail, bagaimana Jessie harus bersikap di hadapan Sang Raja dan keluarga yang lain.

Walaupun waktu untuk mempelajari semua itu terbilang sangat singkat, namun Jessie yakin bisa mengingat dan mempraktekkan apa yang di arahkan oleh Lyne.

Tidak berapa lama, sebuah kereta kuda dan beberapa orang pengawal pun datang untuk menjemput Putri Azaela pada kediamannya, yakni istana timur.

Semua pengawal yang datang memberi hormat kepada Sang Putri Azaela, termasuk jiga Atremus ketika Sang Putri muncul dari balik pintu yang terbuat dari besi tebal tersebut.

Jessie terlihat takjub melihat semua ini, karena ini adalah pertama kalinya dia akan menaiki kereta kuda. Layaknya seperti cerita dongeng yang selalu diperdengarkan oleh Sang Ibu ketika dia masih kecil.

Dan semua itu, mengingatkan kembali pada Ibu dan keluarganya. Baru kali ini di merasa sangat khawatir kepada keluarganya sendiri. Bagaimana dan apa yang sedang terjadi pada kepada mereka karena kehilangan dirinya. Jessie yakin jika keluarganya sekarang sedang sangat menderita karena ulahnya yang selalu saja meresahkan semua.

"Tuan Putri Azaela, kita harus segera berangkat," ucap Artemus yang memimpin arak-arakan tersebut.

"Tentu." Melewati tempat Atremus berdiri dan langsung duduk di atas kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda yang gagah.

Walaupun masih di dalam lingkungan istana Kerajaan Adanrille, ternyata perjalanan dari tempat tinggal Putri Azaela menuju istana utama memakan waktu kurang lebih lima belas menit.

Tidak berselang lama, terdengar suara decitan berat dari pintu gerbang dibuka. Karena sedikit terkejut, Jessie pun menjulurkan penuh kepalanya keluar dari jendela yang ada pada kereta.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena Lyne yang berada di sampingnya, segera menarik tubuh Putri Azaela pada posisi semula.

"Apa? Aku hanya ingin melihat seperti apa istana utama itu," gerutu Jessie dengan wajah yang kesal.

Entah sudah berapa kali, Lyne menepuk jidatnya sendiri karena ulah Sang Tuan Putri yang sudah tidak bisa mengingat semuanya lagi. Bahkan, kali ini dia benar-benar khawatir akan keselamatan Putri Azaela, jika bertemu dengan keluarga inti dari kerajaan Adanrille.

"Tidak boleh Tuan Putri Azaela." Lyne melebarkan matanya menatap Sang Putri yang telah berubah menjadi keras kepala sekarang, meskipun selama ini dia tidak pernah melakukan hal tersebut sekalipun.

Setelah, melewati gerbang kereta kuda yang membawa Putri kedua Raja Emmerich itu pun berhenti, tepat dia depan istana utama. Selain sebagai istana utama yang berfungsi sebagai tempat tinggal Raja dan keluarganya, bangunan megah yang bertahta ukiran naga tersebut juga menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Adanrille. Sehingga tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalam wilayah tersebut.

Ketika Atremus ingin membuka pintu kereta untuk Tuan Putri, pintu tersebut telah terlebih dahulu dibuka dengan sangat cepat oleh Putri Azaela. Hal itu membuat Atremus sedikit terkejut.

"Kita sudah sampai? Jadi ini yang dinamakan Istana Utama Kerajaan Adanrille?" Putri Azaela bertanya.

Atremus kembali mengernyitkan keningnya karena merasa sangat heran, dengan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Tuan Putri. Bagaimana Putri Azaela tidak tahu istana utama Kerajaan Adanrille?

"Apa yang Tuan Putri maksud?" Atremus balik bertanya.

Lyne yang menyadari keheranan Atremus pun segera mengambil alih percakapan, untuk melunturkan kecurigaan Atremus tersebut.

"Maksud Tuan Putri Azaela, akhirnya kita sampai di istana utama ... seperti itu maksudnya. Benarkan, Tuan Putri?" Segera memberikan sikutan pelan kepada Putri Azaela.

"Iya, tentu saja. Apa yang ada di dalam pikiranmu? Aku hilang ingatan? Dasar," ketusnya lirih sambil mengambil langkah maju terlebih dahulu.

'Mungkin sebentar lagi hidupku akan berakhir,' batin Lyne sambil mengikuti langkah Putri Azaela dengan langkah yang gontai.

Karena Atremus hanya bertugas untuk mengawal kereta yang dinaiki oleh Tuan Putri, sehingga dia tidak ikut serta untuk masuk ke Istana Utama.

Putri Azaela dan Lyne pun berjalan, mengikuti salah satu pelayan istana yang sudah diperintahkan untuk menyambut kedatangan mereka.

Setelah melewati berbagai sudut ruangan dengan berbagai ornamen dan pahatan yang mengagumkan, mereka pun berhenti pada sebuah ruangan dengan dinding yang sangat berbeda dari yang lainnya.

Sang pelayan yang sejak tadi berada di depan mereka kini membalikkan tubuhnya menghadap Tuan Putri Azaela.

"Baginda Raja Emmerich sudah menunggu Tuan Putri di dalam. Silahkan masuk," lirih sambil membukakan pintu yang memiliki pahatan naga berwarna emas.

Untuk pertama kalinya, kali ini Jessie bertemu dengan Raja sungguhan. Bukan melalui sebuah dongeng atau cerita sejarah yang sering di pelajari di bangku sekolah, namun bertemu langsung dengan seorang Raja besar.

Sesuai instruksi yang diberikan oleh Lyne, Jessie pun membungkukkan tubuh untuk memberi hormat kepada Sang Raja.

"Jadi ini, Putrimu yang berasal dari seorang selir?" tiba-tiba saja perempuan berbicara dengan kalimat yang sangat menusuk hati Jessie.

Bersambung ....