webnovel

Chapter 4

Setelah selesai bertengkar dengan ketiga orang tadi, Sky baru mengetahui sesuatu. Ternyata mereka bertiga membentuk sebuah kelompok yang bernama Royal King dan untuk perempuan Royal Queen. Sky melangkahkan kakinya menuju ke ruangan seni yang terletak di lantai pertama, namun ketika ia melewati koridor lantai dua, Sky melihat sesuatu yang tak lumrah

Seorang gadis dengan wajah pucat datang dan melewati dirinya, sempat-sempatnya Sky memegang sebuah bayangan kematian bewarna hitam di belakang tubuhnya, sambil memegang bayangan itu Sky memejamkan kedua matanya kemudian lalu membulatkan matanya ketika melihat cara mati gadis itu

"Aku tidak boleh ikut campur urusannya..." gumam Sky pelan. Hati dan kepalanya tidak bisa diajak bekerja sama, Sky risau memikirkan keadaan gadis itu.

Dengan cepat ia berjalan menyusul gadis tadi kemudian memegang pundaknya, "Permisi, jika kau ingin pulang nanti aku sarankan lebih baik kau jangan melewati gang sempit, ya?"

Bukannya berterimakasih, gadis itu malah menatap Sky datar. "Apa masalahmu?"

Sky mengerutkan dahinya bingung, "Masalahku?" jedanya sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, aku hanya memberimu saran agar kematian tidak mendatangimu"

Gadis itu tersenyum kecut. "Apa kau ini semacam cenayang atau peramal? Siapa yang akan percaya dengan kata-kata bodohmu itu" ujarnya ketus lalu berjalan meninggalkan Sky yang menampakkan raut wajah kesal

"Ah, seharusnya aku tidak mengatakannya. Toh, siapa yang peduli dia akan mati atau tidak?" Sky mengedikkan bahunya dan berbalik badan, namun baru saja ia berbalik badan Sky dikejutkan dengan sosok wanita berambut panjang dengan wajah yang sebagian luka, mata yang hilang dan juga pipi yang teriris

Sky mundur tiga langkah, sosok itu melayang mendekatinya lalu memegang leher Sky, perlahan ia tersenyum dan senyuman nya melebar sehingga membuat kulitnya robek sampai ketelinga. Dari mulutnya, mengeluarkan belatung yang membuat Sky mati ketakutan

Gadis itu meraba kantong bajunya kemudian mengeluarkan sebuah kalung berbentuk ruby bewarna merah, ia menunjukkan kalung itu tepat di depan hantu itu sehingga membuat sang hantu merasakan panas, lalu menghilang dari hadapan Sky.

Arthur yang sedang melewati koridor lantai dua, tanpa sengaja melihat Sky yang sedang terduduk lemas bersandar pada dinding. Ia terkulai lemah di lantai, Arthur menghampirinya kemudian bertanya, "Apa kau baik-baik saja?"

Ekor mata Sky melirik Arthur yang menatapnya dengan raut wajah cemas. "Apa kau ingin kubawa ke ruangan kesehatan?"

Sky mengangguk kemudian Arthur membantu Sky berdiri dan membopongnya ke ruangan kesehatan ketika Sky tiba-tiba pingsan dengan sendirinya. Casey, Irene dan Grace yang melihat hal itu tanpa sengaja mulai menggosip, "Bukankah dia sepupunya Kirei?" tanya Grace

"Benar, apa yang dilakukan mereka disini?" ujar Irene

"Apa mereka telah melakukan sesuatu?" tambah Casey, ia menduga Sky mencoba merebut Arthur dari Kirei. Ucapan Casey membuat keduanya saling menoleh secara serempak, "Maksudmu?"

•••

Di ruangan kesehatan, bel pulang sekolah telah berbunyi sedangkan Sky baru saja sadar dari pingsannya. Gadis itu langsung beranjak dari kasurnya dan mengabaikan Arthur yang sedang tiduran di ranjang sebelahnya sambil bermain hp, Sky meraba-raba saku jas nya mencoba mencari kalung pelindung miliknya namun tidak ditemukan

"Arthur! Apa kau yang mencuri kalungku?" tuduh Sky sambil menatap Arthur tajam.

Arthur bersiul dan menatap Sky aneh. "Bukannya berterimakasih kau malah menuduhku yang tidak-tidak? Aku sudah membawamu ke sini lagipula untuk apa aku mencuri kalung murahan seperti itu"

Sky memejamkan kedua matanya menahan emosi mendengar Arthur mengatakan bahwa kalung miliknya itu adalah kalung murahan. "Hei! Kau tidak tau apa-apa mengenai kalung itu, lebih baik kau pergi daripada mengoceh!"

"Tentu saja" Arthur berdiri dari tidurnya kemudian melemparkan tas Sky tepat di ranjang gadis itu, lalu pergi sambil menenteng tas miliknya dengan pandangan terfokus pada ponsel yang ia pegang menggunakan tangan kiri

Sky menatap ke arah punggung Arthur dan juga tasnya secara bergantian kemudian mengobrak-abrik tasnya, mencoba mencari kalung pelindung yang diberikan oleh ayahnya namun hasilnya nihil. Tidak ada satupun tanda-tanda adanya keberadaan kalung itu

Sky mencoba mengingat-ingat kembali kejadian tadi, setaunya ia pingsan sembari memegang kalung tadi, "Kemudian... Jangan bilang jika kalungnya terjatuh?!" ujarnya panik sehingga membangunkan Yvonne yang berada di ranjang sebelah kirinya

Yvonne menarik tirai uks kemudian berkata, "Skylar, apa kau baik-baik saja?"

Sky menoleh kaget ke arah Yvonne yang sedang mengucek kedua matanya, tampaknya gadis itu baru saja bangun dari tidurnya. "Eh? Maaf, apakah aku membangunkanmu?"

Yvonne duduk di ranjangnya kemudian mengumpulkan nyawanya. "Iya, apa jam pulang sekolah masih lama?"

Sky menatap Yvonne, "Eum... Sebenarnya sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu"

Mendengar hal itu lantas Yvonne membulatkan kedua matanya, "Apa?! Jangan sampai aku ketinggalan bus"

Cepat-cepat Yvonne beranjak dari ranjangnya, tanpa mengatakan satu patah pun kalimat perpisahan, Yvonne berlari keluar dari uks, meninggalkan Sky dengan penuh tanda tanya. "Apa dia baik-baik saja?" ujarnya sambil menatap ke udara yang kosong

"Sudahlah. Lebih baik aku kembali ke koridor lantai dua sekarang" ujar Sky.Ia memasukan kembali isi tas yang sempat ia obrak-abrik tadi kemudian memakai tasnya dan berjalan menuju ke lantai dua.

Setibanya di lantai dua, koridor disini sangat sepi dan entah kenapa suasana disini seolah-olah memperingati bawah sebaiknya Sky kembali ke rumah saja daripada mencari benda berharga tersebut.

Bulu kuduk Sky meremang, gadis itu berjalan sambil memeluk kedua tangannya dan juga dipenuhi oleh rasa takut. Koridor sekolah yang tadinya tampak sangat mewah ketika lampu-lampu ala istana itu menyala, tiba-tiba menjadi seram begitu lampu-lampu disini dimatikan

Sky memantapkan hatinya kemudian berkata, "Tenanglah Sky, kau hanya perlu mencari satu benda itu saja"

Ia mengangguk dan mulai berjalan menuju ke tempat dimana ia pingsan tadi. Sepanjang jalan Sky bersenandung pelan, mencoba untuk mengusir rasa takutnya. Tibalah dirinya di tempat dimana ia pingsan tadi, cepat-cepat Sky berjongkok kemudian mencari sesuatu di sana

Ketika ia menemukan kalung yang dirinya maksud, Sky memegang kalung itu bersamaan dengan tangan dingin yang ikut juga memegang kalung itu. Sontak Sky menatap ke arah sebelahnya kemudian berteriak kencang menyadari keberadaan sosok tadi dengan wajah yang sepenuhnya hancur dan diselimuti oleh belitung

Sky berteriak kencang lalu mengambil kalung tersebut dan berlari menuju ke tangga sampai terjatuh karena tersandung kakinya. Kemudian ia melanjutkan teriakannya begitu mendengar suara tawaan yang kencang, ia berlari menuju ke luar sekolah dan mentralkan nafasnya begitu sudah berada di depan gerban

Untungnya masih ada beberapa murid disini. Sky bersandar pada pohon besar dengan nafas yang tak beraturan, ia hampir berteriak ketika melihat Arthur muncul dari atas pohon kemudian menatapnya aneh.

Sky menatap Arthur kesal sedangkan yang ditatap hanya menaikan alis sebelahnya kemudian pergi meninggalkan Sky sendirian. Sky menghela nafas lega, "Setidaknya aku tidak jadi gila tadinya" ujar gadis itu

Sky mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang berhenti tak jauh darinya, kemudian kaca mobil itu turun dan menampilkan rupa cantik dari Kirei, Kirei melambai-lambaikan tangannya pada Sky kemudian menyuruh gadis itu untuk kesana

Sky mengangguk dan berlari menuju ke tempat Kirei. "Jadi pulang bersamaku hari ini, ya? Aku dengar dari ayahmu katanya kau pergi dengan bus tadi? Maafkan aku tidak sempat menjemputmu tadi pagi"

Sky tersenyum manis. "Tidak apa-apa, aku akan pulang bersama Kakak"

"Bagus, masuklah ke dalam mobil sekarang" ujar Kirei. Sky membuka pintu mobil lalu masuk ke dalam mobil, namun baru saja ia terduduk di mobil matanya menangkap siluet yang ia kenal sedang duduk di tempat pengemudi

"Arthur?" tanya Sky mencoba memastikan bahwa laki-laki yang sedang berada satu mobil dengannya ini adalah Arthur

Arthur melirik Sky melalui kaca mobilnya kemudian berkata, "Hm, ini aku"

Kirei yang melihat itu segera bertanya, "Kenapa? Apa tadi kalian terlibat masalah lagi?"

"Eh, tidak kok. Hanya saja tadi ia membantuku ketika aku sedang pingsan" Kirei mengangguk kemudian membentuk mulut huruf O mendengar perkataan Sky.

Sedangkan Sky menatap Kirei takut-takut untuk menceritakan sesuatu, ia sudah berpikir keras untuk menceritakan tentang dirinya yang sempat kehilangan kalungnya tadi atau tidak dan otaknya sudah berpikir bahwa ia tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Namun kesialan malah menimpa nya ketika Arthur membuka mulutnya

"Apa kau sudah menemukan kalungmu itu"

Sial. Umpat Sky dalam hati. Ia memejamkan matanya sebelum menerima ocehan dari Kirei

Kirei menoleh ke arah belakang, lebih tepatnya ke arah Sky. "Kalung? Jangan bilang kalung ruby pelindungmu itu bukan?"

Sky menampilkan senyuman palsu kemudian berkata, "Jadi begini, aku tadi sempat kehilangan kalungku namun aku sudab mendapatkannya kembali kok, ini kalungku, aku sudah mendapatkannya bukan?" ujar Sky sambil menunjukkan kalung ruby nya

"Jadi tidak perlu di khawatirkan" Sky menghela nafas kasar setelah mengatakan hal itu

"Kenapa kau bisa seceroboh itu?" ujar Kirei. Sky menatap ke arah Kirei kemudian menatap ke arah Arthur yang sedang tertawa kecil karena berhasil membuat dirinya terjerumus kedalam ocehan Kirei

"Kau tau bukan bahwa kalung itu sangat penting dalam hidupmu? Bagaimana jika kalung itu tidak kau temukan? Jiwamu bisa ikut terseret Skylar! Kau seharusnya lebih berhati-hati lagi!" Sky hanya menunduk. Jika Kirei sudah memanggilnya dengan menggunakan nama, 'Skylar' dan bukannya 'Sky' itu artinya ia sedang dalam keadaan serius

"Katakan padaku, berapa kali kau diganggu oleh mereka tadi?" tanya Kirei. Arthur menyimak perkataan adik kakak sepupu tersebut, dengan berat hati Sky menjawab, "Dua kali"

"Intinya kau harus menjadi lebih disiplin! Jika dalam menjaga kalung saja kau tidak bisa, bagaimana kau bisa menjaga dirimu dengan benar nantinya?!"

"Iya, maaf"

"Sudahlah, rumahmu sudah sampai. Aku akan memberitahu pada ayahmu nanti" ujar Kirei dengan raut wajah kesal. Ia adalah kakak yang begitu menyayangi adik sepupunya, Sky. Itu karena dia tidak memiliki adik maka dari itu ia selalu menganggap Sky sebagai adik kandungnya

"Iya..."

Sky membuka pintu mobil kemudian melambaikan tangannya pada Kirei yang sedang berada di dalam mobil. "Jangan lupa makan siang, ya?"

Sky mengangguk kemudian menghela nafas begitu mobil Kirei keluar dari perkarangan halaman rumahnya yang luas itu.

To Be Continue...