webnovel

The Sage Witch Number One

Seorang gadis penyihir miskin berusia 16 tahun yang sudah kehilangan kedua orang tua sejak ia dilahirkan, dan dibesarkan oleh neneknya. Ia telah menunjukkan kehebatannya sejak ia berada di dunia ini dengan beberapa elemen yang menyatu keluar dari atas telapak tangannya, padahal dia masih belum bisa bicara selain menangis layaknya bayi loh. Awalnya ia tinggal bersama neneknya tapi saat ia menginjak 14 tahun, dengan amat terpaksa ia pindah ke kota di mana pengguna sihir hebat tinggal di sana. Mari kita kesampingkan itu. Nami penyihir luar biasa, bisa dianggap sebagai penyihir terbaik di dunia ini dengan umur yang masih belia, namun sayang ia terlalu miskin. Apa gunanya ia menjadi penyihir hebat, kalau ia saja tak mampu menghidupi dirinya sendiri. Terlebih lagi sangat susah mencari pekerjaan di kota. Suatu ketika ia mendengar para ibu-ibu bergosip mengenai anak mereka yang menjadi ksatria sihir, dan upah mereka sangat besar. Ayolah di dunia ini tidak ada yang bakal menolak. Jadi dia memutuskan menjadi ksatria sihir tidak panglima perang sihir yang jauh lebih tinggi gajinya di banding ksatria sihir uang, uang, uang, di kantongku! Tapi sayangnya sebelum ia masuk ke depan istana ia sudah ditolak. Karena penampilannya yang tidak sesuai menjadi ksatria sihir, ujung-ujungnya kemiskinan menjadi penghalang, s*alan! Awalnya ia putus asa, tapi tiba-tiba... aha! Ia harus masuk ke academy sihir. Karena persyaratan utama menjadi ksatria sihir dia harus masuk ke sana. Setelah lulus ia bisa mendaftarkan namanya tanpa harus ditolak! Berhasilkan dia? Apakah ia mampu masuk ke academy itu? Apakah ia akan menjadi orang kaya? Apakah ia bisa tenar? Apakah ia bisa menjadi ksatria sihir seperti diinginkannya? Mari kita menjelajah masuk dan melihat keajaiban terjadi!

Celia_Amanda · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
12 Chs

Bab 7 - Kesalapahaman Ibu Suri Dan Eiren

"Ke mana Yang Mulia pergi?" Tanya Nami yang diapit dan diseret oleh dua orang ksatria sihir elit bayangan.

Tak ada respon sedikit pun dari mereka. "Kalian mau membawaku ke mana?"

"Apakah kalian bisa bicara?" Tanya Nami tak mendapatkan respon sama sekali. Malahan kedua orang itu menyeretnya jauh lebih cepat ke tempat tujuan.

"Bisakah kalian lembut sedikit?"Protes Nami lengannya di apik tapi ketiaknya yang kesakitan, nenek tua di mana kau?

Nami ingin menangis. "Salah apa aku kepada kalian? Hingga kalian memperlakukan seorang wanita seperti ini!" Marah Nami memperjelas gendernya.

Kedua orang itu sontak mengernyitkan kening mereka bingung dengan kata wanita dari Nami. Dan mereka berhenti menoleh melihat dada Nami. "Kenapa mata kalian menjuru ke dadaku?"

Setelah puas melihat. Mereka membuang napas panjang seolah mereka telah sangat buruk dalam menilai penampilan orang.

"Kenapa kalian menghembuskan napas?" Emosi Nami sampai diubun-ubun.

"Apakah aku terlihat seperti laki-laki?" Lanjut Nami meminta respon.

Dan kali ini mereka sepenuhnya merespon pertanyaan dengan menganggukkan kepala, apa-apaan dengan lelucon tak berdarah ini?

"Mengapa kalian menganggukkan kepala, saat aku bertanya soal itu?" Frustasi Nami emosi. Dan mereka segera mengapit Nami lagi, dan berjalan menuju tujuan.

Mendengar ocehan Nami yang tiada hentinya mereka membuang napas kasar. Mengapa gadis ini berisik sekali?

"Apa-apaan kalian membuang napas lagi seperti itu!" Protes Nami.

"Berbicaralah kepadaku?!" Jerit Nami tidak menyerah.

"Apakah kalian bisu?" Lanjut Nami emosi ingin mengigit armor mereka, dan membelanya menjadi dua.

"Argh!" Jerit Nami tanpa aba-aba apa pun ia segera di lempar sontak saja ia berteriak.

Buk!

Dia terjatuh di atas karpet merah. Dan tanpa Nami sadari, dia sudah berada di dalam sebuah kamar yang tak kalah megahnya dengan sebelumnya.

"Awas kalian!" Jerit Nami sambil menunjuk dan memberi tatapan membunuh kepada mereka.

Kedua orang itu merasakan panas di balik punggung mereka, apa-apaan dengan aura menindas ini. Padahal mereka memakai sebuah armor. Atau jangan-jangan penyebabnya adalah armornya.

Mereka segera pergi dari tempat ini, dan sebaiknya mengganti dengan pakaian yang tidak ada lapisan armornya. "Kami undur diri, Yang Mulia!" Tunduk mereka,

Kaisar sihir menganggukkan kepala menyetujui dua orang ksatria sihir elit bayangannya itu.

"Oi! Ternyata kalian bisa bicara! Kenapa tidak menjawab pertanyaanku." Protes Nami kala mendengar suara dua pemuda tak berjiwa tersebut.

Mereka berpaling melihat ke arah Nami. Lalu menggelengkan kepala, Gadis ini sudah berisik, datar, dan tidak sopan pula.

"Kenapa kalian geleng-geleng kepala? Apakah kalian sedang mengejekku? Hei jangan kabur!"

Mereka tidak akan bertanggung jawab atas hukuman apa Yang Mulia Kaisar Sihir akan lakukan nanti padanya. Mereka segera meninggalkan tempat. Namun tanpa mereka sadari setelah mereka berjalan cukup jauh dari tempat itu.

Mereka memuntahkan seteguk darah, dan merasa bingung mengapa mereka bisa bersamaan, terlebih lagi mereka tidak menyadari bahwa itu berasal dari aura penindasan  Nami.

Nami hanya mengeluarkan sebesar 5 persen dari aura kekuatan yang dimilikinya, kalau tidak bisa saja mereka sudah takkan mampu berjalan sampai di sini lagi, dan mereka akan mati secara mengganaskan tanpa tahu apa penyebabnya.

Kembali lagi pada Nami dan kaisar sihir...

"Awas kali---", "Uhuk" Batuk Yang Mulia Kaisar Sihir menghentikan teriakan Nami yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali, seperti preman pasar saja.

"Yang Mulia Kaisar Sihir ampuni rakyat jelatamu ini!" Sujud Nami spontan meminta pengampunan.

Kaisar Sihir melirik Nami yang bersujud di bawah kakinya sambil memeluk betisnya, anak ini. Sepertinya suasan kali ini terasa canggung. Dan apa-apaan jeritan mengerikan itu, apakah itu sebuah permintaan pengampunan?

"Bangunlah!" Titah kaisar sihir.

Mendengar perintah kaisar sihir Nami mendongak melihat ke arah kaisar sihir dengan ingus dan airmata menyatu keluar dari mata dan hidungnya. Kaisar Sihir menggeleng-geleng tidak percaya, ke mana kepercayaan gadis ini sebelumnya?

"Apakah Yang Mulia memaafkan rakyat jelatamu ini?" Tangis Nami ketakutan, karena dia cukup sadar dia sudah diberi hal yang ia inginkan sebelum kematiannya.

Tapi mungkin ada jalan dengan dia memohon sepenuh hati, hukuman matinya bisa ditunda, atau kalau bisa dibatalkan, dia sangat bersyukur akan hal itu, jika itu terjadi padanya.

"Bangunlah!" Jawab kaisar sihir menganggukan kepalanya.

Segera Nami berdiri menegakkan tubuhnya setelah mendapat tanggapan kaisar sihir. "Terima kasih Yang Mulia atas kebaikanmu! Semoga anda diberi umur panjang!" Kata Nami menjilat sambil ingin mengelap ingusnya.

"Hentikan!" Dingin kaisar sihir.

"Huh?" Apakah dia berubah pikiran? Apakah ini akhir baginya. Apakah serangan rakyat jelata dalam bertindak menyedihkan gagal?

Kalau dia tahu, dia akan menggunakan arang di dalam tasnya untuk mendukung penampilan wajahnya, agar terlihat lebih menyedihkan, dan perlu dikasihani, aiya! Harusnya dia melakukannya!

Nami menatap kaisar sihir dengan wajah yang sangat menyedihkan. Jika ini adalah akhir dunianya, mungkin dia harus lebih memeras kaisar sihir. Agar lebih memberinya makanan yang banyak, dan waktu kematiannya bisa tertunda sebelum neneknya menemukannya.

Kaisar sihir merogoh sesuatu di balik jubahnya. Saat dia berhasil mendapatkannya, segera memberikannya pada Nami. "Gunakan sapu tanganku."

Nami membeku, apa maksudnya ini? Sapu tangan? Dia tak menginginkan sapu tangan! Tapi dia ingin makanan enak lebih banyak. Untuk pesan terakhir tambahannya.

Kaisar sihir mengerutkan kening tidak suka, kala Nami belum bergerak menerima uluran sapu tangannya. Setelah melihat perubahan ekspresi itu. Nami segera menanggapi, "Bukankah sapu tangan Yang Mulia ada satu padaku?" Tanya Nami bertindak sopan dan hormat.

"Gunakan saja. Aku punya banyak!" Jawabnya datar. Ke mana sisi pahlawannya. Yang diberitahu oleh para pendongeng?

"Terima kasih Yang Mulia! A-apa yang anda lihat?" Tanya Nami melihat lirikan kaisar sihir yang menelitinya dari atas sampai bawah. Tapi sebelum sampai ke bawah, dia membuang napas.

"Kenapa Yang Mulia membuang napas saat melihat bagian ituku?"

"Terlalu datar!"

"Bisakah Yang Mulia tidak terlalu blak-blakan!"

Jtik!

Pakaian lusuh Nami bertranformasi menjadi gaun ala bangsawan sihir; indah, dan elegan. Setelah jentikan jari kaisar sihir.

Nami tercengang dengan apa yang dipakainya. Jangan berpikir Nami tercengang karena penampilannya sangat indah, tapi ia tercengang dengan kalung dan gelang permata melingkar di leher dan tangannya.

"A-apa maksudnya ini Yang Mulia?" Tanya Nami terbata-bata, padahal dia dirundung kebahagiaan.

Jika dia menjual gaun, kalung, gelang, cincin, dan anting-anting yang dipakainya. Berapa uang yang bakal didapatkannya, betapa mata duitannya dia.

Kaisar Sihir terdiam sebentar terpesona dengan kecantikan tak tertandingi ini. Dan betul dugaannya awalnya ia mengira gadis di hadapannya adalah seorang bidadari.

Jadi dia tidak salah memilih rupanya, terlebih lagi penampilan kumuhnya tak memiliki niat sama sekali menutupi daya tariknya. Selain berbakat dia juga sangat cantik.

Deg!

Ada yang bisa jelaskan? Mengapa jantungnya berdebar begitu cepat seperti lomba lari pacuan kuda. Saat ia tersadar bahwa situasi kali ini tidak benar, dia segera berusaha menormalkannya. "Itu kompensasi awal tidak tapi hadiah awal untukmu dariku." Ujarnya dengan senyum manis dan menawan, siapa pun yang melihatnya bakal jatuh pingsan.

Sedangkan Nami nampak tak terganggu dengan senyuman orang itu, Namun pikirannya melayang ke tempat lain, misalkan toko tempat penjualan permata.

Nami kemudian teringat hadiah terakhir sebelum ia akan dibunuh kaisar sihir sebelumnya, menuruti permintaannya memakan banyak daging dan gulali. "Daging, dan gulalinya tidak dihitung sebagai hadiahku sebelumnya?"

"Itu juga." Balas kaisar sihir tersenyum kaku, gadis ini masih mengingat makanannya.

"Oh saya mengerti!" Jawab Nami tersenyum bodoh sambil tangan kanan atasnya membentuk batu, dan tangan kirinya membentuk kertas. Lalu kedua tangannya saling menumbuk satu sama lain.

Kaisar sihir menggelengkan kepala sambil berguman, "Dasar bodoh..."

Perkataan yang menjelekkan Nami malah mempertajam pendengarannya, ia sangat berterima kasih dengan semua pemberian kaisar, tapi apa salahnya agak kesal ketika kamu dihina bodoh? "Apa yang mulia katakan sebelumnya?"

"Tidak ada! Lupakan saja! Aku ingin menawarkan sesuatu untukmu..." Kali ini Yang Mulia kaisar sihir melajukan ke depan berdiri tepat di hadapan Nami.

Saat ia sudah berdiri di depan Nami. Gadis itu nampak gelisah, apa yang terjadi padanya. "Kau kenapa?" Tanya kaisar sihir informal dan santai.

"Begini Yang Mulia punggungku terasa gatal!" Sedih Nami berusaha ingin menggaruk bagian belakangnya.

"Kenapa bisa gatal?"

"Mana tahu aku!" Jerit Nami.

Sedangkan kaisar sihir nampak shock dibentak padahal selama ini tidak yang berani membentaknya. Nami yang menyadari jeritannya. "Eh maksudku, aku tidak tahu mengapa ini bisa terjadi, Yang Mulia." Lembut Nami canggung tapi air matanya sudah mau keluar.

Apa gunanya gaun mahal kalau rasanya gatal.

"Ya-Yang Mulia jika anda tidak keberatan bisakah menggaruk punggungku?" Tanya Nami takut tetapi berusaha memohon.

Kaisar shir kembali pada alam bawah sadarnya. Ia mengernyitkan keningnya. Gadis ini meminta padanya menggaruk punggungnya.

Tunggu...kapan terakhir kali dia berkontak fisik kepada perempuan, selain ibunya? Dan juga selama seharian ini dia juga sudah bersentuhan dengan gadis ini dalam keadaan wajar saja.

Ntah kenapa dia ingin menuruti  permintaan gadis ini. Dia berjalan di balik punggungnya. "Di mana yang terasa gatal?" Tanya kaisar sihir dengan ekspresi datarnya, tapi sambil menggaruk Nami.

"Di sana Yang Mulia!"

"Di sini?

"Iya!"

"Aduh kenapa tidak terasa sama sekali?!" Bingung Nami rasa gatalnya semakin jadi-jadi, segera ia, "Yang Mulia sebaiknya anda membuka resleting gaunnya, lalu anda bisa menggarukku! Ini benar-benar terasa gatal." Kata Nami melupakan gendernya dan gender kaisar sihir yang saling bertolak belakang.

Kaisar sihr sontak shock. Apa maksud gadis ini, bukankah secara tidak langsung ia ingin menggodanya dengan punggungya, dengan gaya seperti ini dia sudah gelisah.

"Yang Mulia!" Pinta Nami sedih.

Segera Yang Mulia melakukan perintah Nami. Kaisar sihir nampak ingin menangis dia adalah penguasa negeri, dan tunduk oleh perintah seorang gadis. Tangannya gemetaran membuka resleting gaunnya.

***

PESAN MORAL:

Jika kalian membaca bagian ini. Jangan kaget atau melakukan tindakan tidak perlu. Misalkan mimisan bahkan sampai kejang-kejang penulis bersangkutan meminta kalian yang tidak kuat untuk segera melakukan skip pada cerita selanjutnya. Mengingat kesalapahaman akan merajalela di sini. Dan jangan geli ini hanya lelucon receh dari penulis. Bila ada yang tidak berkenan mohon untuk baca apa yang penulis katakan di atas.

Terima kasih...

Pertanda

Secret Roman >.^

Seorang wanita paruh baya berjalan bersama cucunya dengan terburu-buru menuju ke kamar anaknya, yang katanya sekarang berada di sana. Hari ini ia mendapat berita terburuk di antara yang terburuk.

Anaknya yang tidak pernah bersikap manis, berdarah dingin, tingkat kelucuan di bawah nol, datar, dan jarang berkontak fisik dengan yang lainnya. Terdengar kabar dari cucunya, bahwa anaknya itu membawah seorang bocah lelaki, dan memperlakukannya dengan sangat perhatian.

Apa maksudnya ini? Apakah karena dia menjadi stress gara-gara paksaanya selama ini untuk segera menikahi seorang gadis baik-baik, dan keluarga yang berada. Jadi dia melenceng dari batas ke normalan menjadi orang yang memiliki orientasi s*ks yang bertolak belakang.

Mereka berdua sekarang sedang berada di depan pintu.

"Nenek kekaisaran ku harap anda bisa menenangkan diri anda. Tarik napas lalu buang." Instruktur bocah 16 tahun itu memastikan agar neneknya baik-baik saja, dan berharap setelah melihat kejadian ini neneknya tidak akan kehilangan kesadaran, dan membuatnya khawatir terlalu banyak.

"Kau benar Eiran!" Ibu suri kerajaan mendengarkan ajaran cucunya dan melakukan olahraga pernapasan. Lalu...

Ceklek!

Pintu terbuka lebar, pemandangan menarik penglihatan tersemat di penglihatan dua manusia itu. Adegan 21++ terlihat jelas di penglihatan mereka, dan ya tuhan.

"Hmm...enak sekali yang mulia. Bisakah turun lebih ke bawah." Desah gadis yang ntah darimana muncul di kamar anaknya, dan memperintahkan putra kesayangannya.

Kaisar sihir menuruti perintah Nami, dan fokus kepada garukannya. Mungkin dia memiliki keahlian menggaruk, dan entah kenapa ia ingin memamerkan keahliannya ini. Padahal ini pertama kalinya ia sudah melakukan, dan ia sudah jago.

"Apakah di sini terasa enakan?" Tanya kaisar sihir dengan suara berat.

"Anda yang terbaik Yang Mulia! Ke kanan sedikit! Aaa..." Puji Nami menikmati garukan itu.

"Wow! Paman kekaisaran kau luar biasa!" Jerit Eiran melihat adegan dewasa itu, ternyata pamannya sangat lihai, mungkin ia bisa belajar padanya cara memuaskan seorang wanita nantinya

Secret Roman : Apakah kau ingin belajar cara menggaruk? Sini author membutuhkan garukan XD

"Zen putraku apa yang kau lakukan? Eiran tutup matamu!" Tanya ibu suri shock dengan kelakuan putranya. 

Di satu sisi ia bahagia dan bersyukur putranya normal. Tapi di satu sisi putra melakukan adegan tak senonoh di hadapannya. Bukankah kalian langsung masuk, dan melarang para penjaga untuk memberi laporan atas kedatangan kalian? Menarik.

Zen yang mendengar suara lembut Yang Mulia Ibu Suri, yang tak lain adalah ibu kandungnya memergokinya sedang melakukan hal aneh. Dia mematung apakah ia tak salah dengar.

"Yang Mulia kenapa anda berhenti?" Tanya Nami bingung.

Kaisar sihir, Zen, menoleh ke belakang. Dan benar dugaannya ibundanya berada di sana bersama dengan Eiren, anak nakal itu. "Ibunda?"