webnovel

Irene dan Arjuna

Kening Irene mengerut heran laju kuda milik sang raja tiba-tiba melambat. Lantas dirinya berteriak,"Apa ada masalah Yang Mulia?"

Arjuna menggeleng, tidak berniat membalas pertanyaan gadis itu dengan kata-kata. Dia memilih untuk mengedarkan pandangan ke sekitar dengan waspada

"HYA!" Kuda itu dia perintah agar lebih cepat melaju.

Irene pun segera mempercepat laju kudanya juga agar tidak ketinggalan atau bahkan terpisah. Begitupun Sam yang berada di paling belakang.

ROAR! Auman hewan buas terdengar di sana.

"AAA! YANG MULIA!" teriak seorang bersama ringkikan kuda yang khas.

Pasti itu adalah teriakan Sam. Baik Irene, maupun Arjuna sama-sama yakin dengan hal tersebut. Segera keduanya pun membalikkan kuda masing-masing ke arah yang berlawanan.

Benar saja, tubuh Sam sudah tergeletak di bawah, sementara kudanya tengah menjadi sasaran keberingasan harimau.

Tanpa berlama-lama Arjuna melompat dari kuda. Dia mencoba menghalau harimau itu yang ber ancang-ancang untuk menerkam kuda milik Sam menggunakan pedangnya.

PLASH!

ROAR!

Pedang milik Arjuna berhasil menancap di kening harimau itu, hingga membuat sang buruan bersimbah darah dan mulai menjauhkan diri, meskipun sementara.

Hewan itu seakan tidak rela di lukai, dia pun mengaum kembali.

ROAR!

Irene yang berada di atas kuda, tangannya menggenggam erat tali kendali, ditambah lututnya bergetar karena takut. Dia takut dengan harimau itu, raja, kasim, semuanya. Apalagi ketika suara auman hebat itu kembali terdengar.

ROAR!

Seketika, Irene langsung disambut dengan pemandangan seorang manusia yang tengah bergulat dengan hewan buas. Hal itu sangat mengerikan di matanya.

Irene mencengkram kuat pakaiannya. Dia bahkan tidak sanggup melihat itu, benar-benar mengerikan. Seumur hidup dirinya belum pernah menonton sirkus samasekali. Dan kini depannya bukan hanya sekedar sirkus.

Dia ingin berteriak, tapi terlalu takut. Beruntung setelah dirinya membuka mata, terlihat perkelahian antar makhluk berbeda jenis itu, sang raja lebih mendominasi serangan. Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari yang namanya teknik dan taktik.

ROAR!

Setelah auman yang entah ke berapa, harimau tersebut berhasil membalikkan kedudukan yang membuat Irene seketika menjerit,"RAJA!!!"

"JANGAN TURUN! TETAPLAH DI SANA!" balas Arjuna berteriak juga, dirinya tahu Irene itu gadis nekad.

ROAR!

Tidak hanya hembusan kuat dari nafas harimau yang diterima oleh Arjuna, dia juga mendapat beberapa ukiran abstrak tepat di bagian dada.

Secepat kilat laki-laki utumerogoh belati, dan 'Jleb'. Benda runcing miliknya berhasil tertancap di mata sang binatang buas.

"ROAR!" aum harimau itu karena kesakitan.

Arjuna langsung mengambil celah ketika tenaga harimau itu mulai melemah. Segera dirinya menusuk-nusuk area vital hewan itu agar cepat mati.

Tak lama, harimau itu pun terkulai tak berdaya. Namun, sang pemenang pun tidak kalah sama.

"Raja," batin gadis itu seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Sejenak Irene memalingkan wajah karena ngilu setelah melihat pakaian dipenuhi robekan bersama darah mengalir. Dia pun segera turun dan memapah Arjuna, kemudian mendudukkan pria itu dibawah pohon tak jauh dari sana.

Arjuna menarik sudut bibirnya melihat wajah cantik itu yang kini dipenuhi dengan air mata."Hari ini kita dapat dua harimau," ucapnya sangat puas.

"Yang Mulia belum merasakan rasa perihnya. Itu sebabnya anda berkata seperti itu," balas Irene seraya merobek pakaiannya, yang kemudian digunakannya untuk menghentikan pendarahan sang raja.

"Raja," panggil Kasim Fuu yang akhirnya keluar dari persembunyian.

***

Tadi malam, hujan pada akhirnya mereda di pertengahan malam. Arjuna terbangun di pagi hari dengan posisi memeluk erat tubuh Irene.

Semalam gadis itu ketiduran di pelukannya dengan kedua tangan yang masih setia menutup luka cakaran harimau di dada bidangnya. Pada saat itu, sebelum Sam hendak membalut luka ini dengan daun kedap air, dia meminta agar kasim itu membuat tenda kecil dengan kain kering yang masih tersisa terlebih dahulu.

Setelah tenda itu selesai, dia membopong tubuh Irene ke dalam agar bisa tidur dengan nyaman. Meskipun merasa perih karena pakaian kering gadis itu acap kali menggesek lukanya, dia tidak peduli.

Arjuna menatap setiap inci wajah Irene yang masih terlelap. Tiga kata untuk menggambarkannya, cantik, manis, dan menggemaskan.

Cup! Sebuah kecupan mendarat di kening gadis cantik itu.

Arjuna belum bisa melepaskan bibirnya, justru dia memperdalam ciuman itu sembari mempererat pelukan. Membiarkan perasaan sayangnya kepada istri kecilnya itu berubah menjadi rasa cinta.

Perlahan Arjuna menjauh kan bibirnya, dan beralih pada wajah polos gadis di pelukannya itu. Dia harap Irene cepat terbangun, agar dirinya menjadi orang yang pertamakali di lihat oleh gadis cantik itu di pagi hari.

Sayang, Irene malah mengeluarkan dengkuran halus setelah itu.

Arjuna dibuat tertawa kecil karenanya." Ternyata sulit dibangunkan."

Arjuna mengecup kening gadis itu sekilas karena gemas, kemudian beralih menatap lekat wajah yang sama. Perlahan tangannya bergerak untuk mengangkat paksa dagu gadis itu agar bersentuhan dengan bibirnya. Ketika hal tersebut nyaris terjadi, tiba-tiba Arjuna mendengar panggilan seseorang yang familiar, dan hal itu cukup mengganggu gendang telinga.

"Yang Mulia, Yang Mulia!"

Segera Arjuna bangkit karena takut ada hal yang penting, tidak biasanya Kasim Fuu berteriak-teriak seperti itu.

"Yang Mulia kuda anda_" ujar kasim itu ketika dia sampai ujung pintu tenda.

Sosok yang keluar dari tenda kecil itu sukses membuat Sam terkejut bukan main, hingga membuat ucapannya terpotong. Sebelumnya, dia pikir raja dan selirnya akan tidur di tenda berbeda. Maka dari itu dia rela tidur di bawah pohon beralaskan tikar.

Kebetulan Arjuna pun berpikir tenda yang satunya ditempati oleh Kasim itu.

Sam menatap sayu tenda lain yang tak terpakai semalaman. Dirinya begitu menyesal tidak mempergunakan tenda itu, mengingat malam tadi dia hampir mati kedinginan.

Bohong, Kasim itu hanya berlebihan saja dalam mengasihani diri.

"Ada apa kasim?!" Pertanyaan sang raja sukses membuat lamunan Sam buyar seketika.

"Kuda Yang Mulia_"

"Apa kuda ku di curi?" tanya Arjuna cepat hingga berhasil memotong ucapan Kasim Fuu.

Raut wajah Arjuna menggambarkan kecemasan karena dia takut kuda kesayangannya hilang.

Kuda itu adalah kuda pertama yang dihadiahkan oleh sang ayah, yang kini sudah tiada. Bahkan Arjuna sudah menganggap kuda itu lebih dari seekor hewan, yakni memberinya sebuah kepercayaan.

"Kuda Yang Mulia Selir hilang, sepertinya kuda itu kabur," lanjut kasim itu.

Bisakah Raja mengumpat di depan Sam? Oh tentu tidak. Sang raja hanya menatap pria itu dengan wajah datar dan sedingin es.

"Ada apa, ada apa?" tanya Irene kasak kusuk keluar dari tenda dengan kondisi pakaian cukup rapi. Ternyata gadis itu adalah korban lain dari teriakan Sam sedari tadi.

"Kuda anda dicuri Yang Mulia." Info kasim itu kembali.

Irene tadinya bermaksud terkejut dengan kabar buruk itu, namun gagal fokus akibat keberadaan Arjuna.

"Yang Mulia, bagaimana kondisi anda?" tanyanya seraya memeriksa tubuh atas sang raja yang setengahnya terbalut oleh kain.

Sam pun melihat nya langsung pergi, dia tidak ingin menganggu aktivitas romantis mereka. Ya, romantis, sekarang dia menyebutnya dengan kata itu.

"Maaf kan_"

"Tidak apa-apa, Sam yang mengobati ku tadi malam," tutur Arjuna lembut agar gadis itu tidak merasa bersalah.

"Baiklah, sekarang aku akan mengambil air dan mengganti perbannya," ucap Irene cepat, kemudian permisi dan pergi. Gadis itu benar-benar khawatir dengan kondisi sang raja sekarang.

Setelah makan pagi dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan, ketiga orang itu berkumpul di dekat kuda yang keberadaannya tidak berjauhan dengan meraka.

Irene menatap pilu kekosongan itu, akibat kudanya diisukan kabur oleh Kasim.

"Ayo!" Ajakan raja membuat Irene sedikit terkejut.

Tentu saja, karena kudanya hilang entah dicuri orang atau kabur, dirinya akan melanjutkan perjalanan ini bersama kuda milik Raja. Wow uwu sekali!

"Sudah jangan sedih, aku akan memberikan mu kuda yang baru nanti," ucap laki-laki itu seperti menenangkan anak usia dini.

Irene hanya tersenyum mengiyakan, meninggalkan embel-embel merajuk lah, nangis lah. Tolong lah dia bukan bocah ingusan.

Dia pun mulai menaiki kuda itu dibantu oleh Arjuna. "Sebentar Raja, apa aku di depan atau dibelakang?" tanyanya karena takut salah duduk nanti.

"Kau mau duduk dengan barang-barang?" Sindiran halus itu membuat dia sadar ada kantung di bagian belakang kuda berisi daging rusa.

Irene menggeleng cepat dan menerima uluran tangan Arjuna untuk membantunya naik.

"Jika kau mau sepertinya tubuh cukup muat di kantong itu."

Irene mendengus. "Yang Mulia saya bukan potongan daging yang harus dikantungi." Laki-laki hanya tersenyum kecil sebagai respon dan segera naik ke atas kuda yang sama.

Irene mengerutkan tubuhnya ketika Arjuna hendak menggapai kendali kuda tepat di depannya. Dia memejamkan mata sekuat tenaga untuk menurunkan kadar degup jantungnya. Bagaimana tidak?! Posisinya dengan sang raja begitu dekat.

Tiba-tiba kedua tangan milik Arjuna melepaskan tali kendali, dan perlahan melingkar di pinggang milik Irene setelah itu.

Irene refleks menciutkan tubuhnya, terkejut karena tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya.

Jantung mana jantung?! Sudah copot kah?!

Dia menoleh ke belakang memeriksa pemilik sepasang tangan yang melingkar di pinggang nya.

Matanya bertemu dengan mata sang raja. Untuk kesekian kalinya hidung kecilnya beradu dengan hidung runcing itu. Apalagi di saat yang sama pelukan itu semakin erat. Gila, dirinya bisa gila.

Sungguh hal tersebut membuat jantung nya berdegup kencang lagi dan lagi. Pipinya memerah juga lagi dan lagi. Namun dia tidak berbohong jika pelukan itu sangat hangat dan nyaman.

"Pegang tali kendali ya!" ucap laki-laki itu pelan dengan suara berat, bermaksud mengingatkan.

Irene sedikit kaget karena kebodohan kecilnya. Dengan segera dirinya mengalihkan pandangannya kembali ke depan dan meraih tali itu dengan gemetar yang kemudian dia pegang dengan erat. Bagaimana tidak, pelukan itu belum terlepas dari perutnya.

Cup!

Tiba-tiba dia merasakan benda kenyal menyentuh pundaknya yang untungnya terbalut pakaian. Tidak bisa menghindari reaksi Irene yang

menggerakkan kecil pundak akibat geli sekaligus merasa tidak nyaman.

Siapa lagi yang melakukan hal itu jika bukan Arjuna. Karena hal tersebut, tubuh Irene pun dibuat semakin panas, bahkan jantung nya pun seakan-akan hampir meledak.

Bukan alay atau lebay, sepertinya sekarang Arjuna benar-benar terang-terangan pada Irene.

Sebelumnya Arjuna berniat untuk mencium bibir Irene yang sempat tertahan, namun urung karena bukan tempat yang tepat untuk melakukannya.