webnovel

Nongkrong

"Hmm jadi begitu toh. Zanna, Lauren, kalian sudah tau kan bahwa Lucas mati rasa begini karena dia menerima kekuatan yang kuat dalam tubuh nya maka efek samping dari kekuatan itu adalah tubuhnya. Dia tak dapat merasakan emosional dan rasa sakit nya seperti anak-anak pada umum nya." Ujar Xander

"Tetapi Lucas, kau berusaha untuk tetap bersikap seperti pada umumnya, meskipun kau tak dapat merasakan rasa senang, sedih dan lainnya. Papa yakin lama-kelamaan kondisimu membaik!" Lanjutnya, sembari menepuk-nepuk bahu Lucas yang membuat sang anak lantas menjawab..

"Jadi maksud papa, aku ini sakit?" Tanya balik Lucas yang membuat Xander diam terpaku. Sedangkan Lauren dan Zanna langsung melirik nya.

"Ah hahahaha bukan begitu maksud papa. Kau sehat kok! Hmm maksud papa itu, kau jauh lebih sehat lagi jika kamu dapat merasakan emosional dan rasa sakit seperti orang-orang pada umum nya. Begitu loh," Jawab Xander agar anaknya tak tersinggung dengan perkataan yang dituturkan sebelumya.

"Pokoknya aku tidak mau main keluar. Aku hanya ingin belajar tentang ilmu sihir dan seni bela diri." Singkatnya dengan dingin yang membuat ketiga keluarganya lantas memasang raut datar.

~Flashback off~

Lucas pun menatap kearah Evan usai teringat dengan adik nya yang dulu amat perhatian pada nya. Namun dia selalu saja menjauhi bahkan seringkali mengabaikan nya. Tapi ketika sang adik telah tiada, dirinyalah sungguh menyesali perbuatannya di masa lalu. Jika waktu bisa terulang kembali, dia akan memperbaiki semua kesalahannya pada keluarganya.

"A.... aku tidak memiliki adik. Sejak kecil aku hidup sebatang kara." Singka Lucas dengan raut wajah sedih yang membuat Evan terdiam lalu menepuk-nepuk bahunya.

"Hmm pasti kau kesepian ya karena selama ini karena tak memiliki saudara ataupun keluarga? Tenang saja, kau bisa menganggap aku, Camila dan pak Leo sebagai saudara mu sendiri. Kau tidak perlu sedih begitu." Balas Evan namun sebenarnya Lucas sedih bukan karena hal itu, melainkan atas sikap nya pada sang adik dahulu.

"Aku menyesal dengan perbuatan ku saat adikku masih ada. Dia berusaha menghibur, menemaniku, tapi aku mengabaikan nya. Bahkan aku seringkali mengusir nya dari karena aku merasa bahwa dia selalu menjadi pengganggu. Padahal dia melakukan itu semua karena dialah yang peduli denganku, tidak dengan anak-anak yang lain! Yang umurnya sepantaran denganku." Batin Lucas. Achlys yang sedari diam, lantas menyaut.

"Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu begitu, yang terpenting sekarang kamu merubah pribadimu dan mengambil hikmah nya dari masa lalu, bahwa kau harus menjaga baik orang yang kamu sayangi, yang peduli dengan mu. Jangan sampai kejadian itu, terulang kembali. Memang nya kau siap kehilangan Camila, Evan, dan Leo? Atau orang-orang yang sayang dan peduli dengan mu yang lainnya?" Saut Achlys yang membuat Lucas terpaku.

Lucas menghela napas lalu menganggukkan kepala nya. Usai setelah nya, dia mendongak, menatap pemandangan jalanan melalui kaca jendela mobil.

"Hmm setidaknya otak mu lebih segar bukan? Kamu melihat pemandangan kota yang asri, damai! Tidak seperti di Medan perang yang hanya ada darah, suara teriakan, tangisan. Pokoknya tidak karuan deh," Tutur Evan. Lucas tak membalas, ia hanya menganggukkan kepala. Hingga selang beberapa menit kemudian..

"Kau benar. Memandangi jalanan begini saja sudah membuat pikiran lebih fresh. Setidaknya bayang-bayang di Medan perang menghilang meskipun Minggu depan aku akan kembali ke sana." Balasnya yang membuat Leo sekilas menatap nya lalu geleng-geleng kepala.

"Sudah! Sudah! Lupakan hal-hal berkaitan tugas, sekarang waktunya menikmati waktu luang mu." Kata Leo yang membuat Lucas menatap nya.

"Iya, Leo. Btw, kenapa Evan harus memanggil Leo dengan sebutan pak sedangkan aku disuruh memanggil mu hanya dengan nama? umurku setara dengan umur Evan lho." Tanyanya sembari menunjuk kearah Evan. Leo tersenyum tipis kemudian menggelengkan kepala nya.

"Tidak apa-apa. Hanya saja orang seperti mu, tidak cocok memanggil orang lain dengan panggilan pak, Bu. Kau lebih cocok memanggil orang hanya dengan nama," Jawab Leo yang membuat Lucas mengerutkan dahi nya.

"Apa maksudmu?" Ketus Lucas yang membuat kedua nya lantas diam terpaku melihat nya.

***

Di sisi lainnya....

Tampak Camila yang sedang berada di sebuah cafe kopi yang ada di dalam mall. Ia nongkrong di cafe tersebut, bersama teman-teman seangkatan nya juga teman-teman seangkatan Lucas. Namun Lucas tak pernah menghadiri acara-acara seperti ini, karena menurutnya hanya menghabiskan waktu yang berharga.

"Hmm lagi-lagi Lucas tidak ikut ya? Padahal aku berharap dia datang lho. Dia tak pernah menampakkan dirinya di kegiatan seperti ini, aku hanya dapat melihat nya di markas itupun hanya sebentar karena berpapasan saja." Ucap salah seorang gadis yang biasa dipanggil "Lylia". Camila menganggukkan kepala nya.

"Iya aku tau kok, memang Lucas sama sekali tidak mau bergaul. Dia hanya ingin sendirian. Hingga Medan perang pun, dia hanya mengandalkan dirinya. Walau begitu dia memiliki kemampuan hebat dan pengetahuan luas. Terkadang, seseorang yang menjadi timnya seperti bebannya saja." Ungkap Camila yang bete. Mendengarnya sang teman lantas membalas.

"Dia kelewat cuek itu. Aku saja sebagai cowok yang pendiam tidak sampai segitunya. Dia sungguh tak berperasaan." Balas Adam sembari menutup buku sejarah yang di bacanya.

"Aku juga setuju dengan pendapat Adam bahwa Lucas tak berperasaan. Bahkan beredar kabar Lucas menyatakan dirinya sebagai senjata yang diciptakan untuk melindungi ras manusia dan ras lainnya dari ras iblis terkutuk." Tutur Doni, teman dekat Camila.

"Ah iya aku tau itu. Aku pun juga heran, mengapa Lucas bisa seperti ini. Ini kali pertamanya aku melihat orang yang sama tidak berperasaan itu." Singkat Camila.

"Setahu ku sih orang-orang yang memiliki kekuatan sangat kuat memiliki kelemahan dimana dia tak memiliki rasa emosional maupun sakit. Tetap seperti yang kita tau, kekuatan sihir Lucas saja hanya berada di tingkatan C! Masih menjadi misteri, mengapa banyak keanehan di dalam tubuh Lucas." Ucap Adam yang membuat ketiga nya terdiam.

"Ah iya kau benar! Lucas berada di tingkatan C jadi mana mungkin hanya karena kekuatan di tingkatan rendah nya, dia tidak merasakan emosional dan sakit. Jika iya, itu sangat disayangkan sih." Ujar Lylia dengan polos.

"Ya aku setuju. Hmm padahal aku sudah berteman lama dengan Lucas tetapi aku tidak tau tentangnya. Yang aku tau, dia adalah anak yang diadopsi oleh keluarga jenderal. Kebetulan keluarga tidak memiliki anak sehingga mereka memilih mengadopsi Lucas. Hanya itu yang ku tau selama ini," Ungkap Camila sembari menundukkan kepala nya.