Dahi Martin menyeryit bingung saat merasa tak ada orang yang mengikutinya. Orang terkeras dan paling ingin menang sendiri yang pernah Martin temui jatuh ke Lyra.
"Kenapa gak ikut?"
"Aku ngantuk, jam segini biasanya udah tidur," ujar orang tersebut setelahnya menguap.
Selangkangan sakit namun hal itu tak membuat rasa kantuk Lyra hilang. Justru oleh sebab sakitlah ia ingin segera tidur. Lyra sangat bersyukur sebab tak canggung ataupun tak nyaman ke Martin yang sudah mengambil keperawanannya.
Mungkin Lyra harus mandi tujuh kembang biar urat malunya kembali seperti awal.
Entahlah, Lyra letih. Tak tahu harus melakukan apapun, tapi ingin tidur.
Sret.
Martin mengamit tangan Lyra.
Dipaksa terus. Dasar gila!
Mau melawan gak berselera, tahu, orang ngantuk ingin tidur, bukan berkelahi.
"Aku mau ikut kalau kamu kasih makan. Brownies cokelat, susu rasa cokelat mint sama wafer coklat. Kalau gak dikasih, jangan harap aku anggap keberadaanmu. Siap-siap dikacangin," gerutu Lyra yang masih terus ditarik Martin.
Sekarang Martin Jinan tak habis pikir, ia jelas salah sasaran. Lyra tak bisa diharapkan sama sekali. Namun mau bagaimana, sudah terlanjur masuk jauh.
Langkah yang Martin ambil lepas dari yang awal. Bagaimana sebegitu mudah ia berhubungan intim tanpa pengaman?
Terlebih tadi ia tak bisa mengontrol diri!
Oleh sebab Lyra perempuan berbeda dari orang kebanyakan, makanya gak langsung tepar. Yah walaupun cara berjalan agak aneh sih.
Martin serang Lyra habis-habisan lho. Ah sudahlah, lupain.
Lihat yang terjadi antara mereka.
"Iya aku kasih. Tinggal tunggu pelayan antar nanti."
"Beneran, wah... terima kasih. Aku suka makan, kalau diturutin pasti bakal jadi anak baik kok."
Martin mendengus, tak lama setelah itu pun ngomong.
"Kamu sudah besar, umur 21 tahun kalau lupa."
Wajah Lyra langsung cemberut. Kenapa, umur 21 tahun masih termasuk 'kecil' kok. Banyak orang yang bertingkah imut plus menggemaskan di umur segitu.
Martin saja yang sok dewasa.
Eh tunggu, orang tersebut umurnya berapa?
Jangan-jangan 30 keatas. Lyra gak mau jadi korban om mesum pedofil. Ya... walau dari segi wajah Martin terlihat masih muda sih.
Tapi tak menutup kemungkinan lho.
"Ngomong-ngomong, umur kamu berapa?"
Martin melirik Lyra sebenar. Kalau dilihat-lihat, orang ini penampilannya bikin enek. Lalu sekarang ia memegang tangan orang yang sok introvert padahal bisa berubah jadi apapun. Anak ini binal.
Martin bersmirk yang setelah itu pun menjawab pertanyaan si 'batu' Lyra.
"24 tahun, aku lulusan cumlaude di kampus luar negeri, ketika perusahaan aku yang urus jadi semakin berkembang pesat. Aku ambil program loncat kelas, padahal umurku masuk sekolah pun termasuk muda. Orang cerdas memang beda, kamu harus bersyukur dapat orang sepertiku."
Ha?
Ini orang tingkat kepercayaan dirinya kelewat batas. Tak pernah Lyra pikir kalau orang dihadapannya ini suka umbar-umbar kelebihan. But, orang sok besar kebanyakan begitu sih.
Padahal Lyra pun lulusan S1, meski bukan cumlaude sih, tapi yang penting ia cepat masuk sekolah dasar dan selalu naik kelas.
Saat sampai di ruangan, Lyra kembali dibuat tercengang. Ini perpustakaan antik!
Sesuatu yang Lyra suka selain makan. Anak literasi memang begitu. Memangnya kepintaran Lyra berasal dari mana kalau bukan rajin?
"Woh, buku novel, boleh aku baca?"
Mohon maaf, sejak lulus Lyra fokus ke novel. Ia ingin menjadi seorang novelis. Sejak dulu tertarik ke bidang tersebut. Tahun ini baru lulus kuliah.
Sret.
Tangan Lyra kembali di seret.
"Kita kesini untuk bicara hal penting bukan membaca buku. Kamu mau aku kasih makan gak?"
Dasar orang jahat, kalau begini lebih baik Lyra bobo manis di kamar. Masih bisa kok teriak agar orang-orang rumah menendang keluar si pemaksa Martin.
Tak mungkin sang ibu kasih izin anaknya diculik orang asing!
Oh lupa, ibu Lyra kan mengenal Martin Jinan. Apa yang Lyra harap dari kenyataan tersebut?
"Ini jam 22.00 malam. Aku ingin tidur, biasanya gak pernah tidur jam segini. Aku..."
Belum sempat Lyra menyelesaikan kalimat, Martin sudah lebih dulu memotong. Ia tahu maksud perkataan Lyra. Pasti tak jauh-jauh dari pukul 20.00 atau paling lambat 21.00.
"Stop. Kita hanya ngomong sebentar. Mulai sekarang kamu tinggal bersamaku."
What the fuck!?
Siapa orang ini bilang begitu mudah ia harus tinggal?
Keluarga Lyra pasti tak mengizinkan. Mungkinkah Lyra dijual?
Ada hutang dengan si pemaksa Martin?
"Kamu siapa ngatur-ngatur aku. Aku gak mau. Aku toh jelek, keras kepala, gak kaya dan kamu orang asing. Kita sama-sama tidak dekat. Kalau sekedar ingin kepuasan kamu sudah dapat, kenapa masih paksa aku?"
Lyra tanpa ekspresi. Mata melotot ke Mr Jinan.
Huh dasar sok!
Martin memijat pangkal hidung, berhadapan dengan Lyra harus memiliki kesabaran penuh. Kalau tidak, bisa terkena darah tinggi, yang paling parah adalah stroke, serangan jantung dan ngamuk.
Baru ingin membalas perkataan Lyra suara ketukan sudah lebih dulu terdengar. Seorang asisten rumah datang sambil membawa makanan yang Lyra mau.
Wah cepat, sejak kapan asisten rumah tersebut tahu makanan yang ia ingin?
Si pemaksa Martinkah yang nyuruh?
Berbinar lihat makanan, tanpa ba-bi-bu Lyra pun langsung memakan kue tersebut. Minumannya langsung tandas dalam sekejap.
Sedangkan Martin natap aneh, ini anak lagi lapar atau gak pernah makan?
Tak pikir soal image sedikitpun. Wajar ditipu nikah, semua hal jelek melekat ke orang tersebut.
"Makanlah yang banyak. Kamu bilang sulit hidup diluar, nah, aku pun tak akan membiarkan kamu pergi. Biar ku tanya, kamu sedang masa subur?"
Lyra sontak berhenti makan. Susah payah ia menelan gumpalan makanan yang terasa menyangkut. Bodoh, harusnya susu rasa cokelat mint jangan dihabisin!
Keselek kan.
Martin menyodorkan teko berisi penuh air dan gelas.
Untung, ternyata masih ada air putih di ruangan tersebut. Kalau gak, tamat sudah riwayat Lyra. Masuk koran dan TV–yang paling lumrah. Dengan topik, 'seorang perempuan jelek meninggal akibat makanan tersangkut di tenggorokan.'
Mana habis ditipu nikah lagi.
"Kita akan serang Denes secara halus. Untuk permainan inti adalah perang saham. Nah tugasmu adalah buat dia kesal. Tak usah sulit-sulit, kamu ngomong pedas pun juga sudah cukup buat tensi darah naik. Untuk sekarang kamu harus bersikap buruk padanya."
"Uhuk."
Baru bebas dari keselek, nah sekarang malah tersedak minum. Lengkap sudah, Lyra tak mampu berproses benar.
Siapa orang ini yang mengatur hidup Lyra!?
"Kalau aku tidak mau, apa yang akan kamu lakukan?" Lyra menatap lurus sang dominan.
Ia tak mungkin berakhir begitu buruk dalam keadaan tersebut. Lyra bisa melakukan apapun, walau sedikit.
"Ku hancurkan hidupmu seperti remahan roti kering. Setelahnya ku singkirkan seperti membuang makanan yang tak layak dimakan."
Seumur hidup Lyra, perkataan Martin adalah hal terburuk yang pernah ia dengar.
Ingin mengamuk!!!
Brengsek, jahat dan kejam!
*****