Bab 4 "Pernikahan"
Terdiam di dalam kamar dengan wajah menatap ke arah cermin, hanya itulah yang bisa dilakukan oleh Dita. Semua terasa begitu cepat, dan sungguh Dita bahkan sulit mencerna setiap kejadian yang sedang terjadi.
Pertemuan malam itu, membuat Dita hanya bisa pasrah. Bagaimana bisa dari pertemuan tersebut, sebuah pernikahan terjadi. Hari ini, hari dimana Dita rasanya ingin teriak dengan semua hal yang terjadi, hari dimana dirinya harus menikah dengan orang yang tidak dikenalnya.
Semua dilakukan tanpa Dita ikut berkomentar, Sonya dan Luna melakukan semuanya bersama sama, hingga hanya butuh dua hari dari pertemuan tersebut keduanya menikah.
Helaan napas berat terdengar berulang kali ditarik dengan kasar oleh Dita, rasanya saat ini Dita ingin berteriak sekencang mungkin dirinya tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi, mimpi buruk batalnya pernikahan ternyata tidak seseram mimpi buruk dipaksa menikah. Di dalam kamar ini, hanya Dita seorang diri hingga pintu kamar terbuka dengan begitu lebar.
"Gue boleh masuk?" tanya seorang wanita cantik dengan senyum yang begitu lebar. Dita begitu bahagia melihat orang yang baru masuk ke dalam kamarnya. Keduanya lalu saling berpelukan satu dengan lainnya. "Gue kangen banget sama lo," ucap wanita itu lagi.
"Gue lebih kangen lo Cha! Lo kemana aja, kenapa baru datang sekarang," ucap Dita. Wanita itu adalah Carissa sahabat dan teman terbaik DIta dari kecil hingga saat ini, karena Carissa sudah menikah lebih dulu sehingga jarak yang jauh memisahkan mereka.
"Sorry Ta, lo tahu jarak kita cukup jauh mana Mas Bian juga lagi sibuk banget, jadi sulit buat antar gue ketemuan sama lo. Kan lo tahu gimana suami gue, yang hingga detik ini nggak pernah ngasih izin buat pergi sendiri," ucap Carissa. Dita tersenyum, sahabatnya ini sungguh beruntung, memiliki suami yang luar biasa seperti Bian, suami yang baik dan mau menerima semua hal yang ada pada Carissa.
Sedikit kesedihan Dita berkurang ketika Carissa datang, hingga Sonya datang dan masuk ke dalam kamarnya dengan senyum yang begitu mengembang dengan begitu lebar.
"Selamat ya Sayang, sekarang kamu sudah sah jadi seorang istri," ucap Sonya.
Deg!!
Jantung Dita berdetak dengan sangat hebat, dirinya melupakan sesuatu, rasanya begitu tidak yakin dengan ucapan yang baru saja dilemparkan oleh sang mama mengenai ucapan tersebut. Namun, melihat senyum yang begitu bahagia di wajah Sonya membuat Dita hanya bisa menghela napas panjang.
***
Senyum yang dipaksakan membuat Dita begitu lelah menjalani sandiwara seperti saat ini, rasanya DIta ingin segera pergi dari tempat yang sudah membuatnya tertekan. Sedangkan pria yang ada di sampingnya seolah bersikap biasa saja, raut wajah Malik sangat santai dan hal itu semakin membuat DIta tertekan.
"Capek?" tanya Malik dengan begitu lembut, sejenak Dita terdiam menatap ke arah pria yang sudah menjadi suaminya itu, senyum tipis di wajah Malik terlihat dengan sangat jelas dan entah kenapa hal itu membuat jantung Dita berdetak dengan sangat kencang.
"Iya," jawab Dita.
"Sepertinya sebentar lagi selesai. Kamu masih bisa menunggu?" tanya Malik. DIta hanya membalas dengan anggukkan kepalanya, setelah akad pernikahan tadi saat ini acara dengan beberapa orang saja acara resepsinya akan dilaksanakan nanti malam di salah satu hotel milik keluarga suaminya. Acara siang ini, saja sudah membuat Dita lelah apalagi untuk nanti malam, rasanya Dita sudah tidak sanggup bersandiwara.
"Selamat bro, gue gak nyangka akhirnya lo nikah juga." Dita yang awalnya menundukkan kepalanya sambil mencoba memijat kakinya yang sudah sangat pegal, lalu mengangkat kepala dan menatap ke arah depan, ada dua orang pria yang begitu tinggi dengan pasangan mereka masing masing.
Dita hanya diam melihat interaksi yang terjadi sesekali Dita ikut menyahuti pertanyaan yang dilemparkan oleh kedua teman suaminya itu.
"Nama aku Ruby," ucap Ruby. Dita tersenyum ke arah wanita yang bernama Ruby tersebut, wanita yang terlihat manis meskipun sedang hamil besar.
"Hai Ta, nama gue Oceana. Tapi lo bisa panggil gue Ana."
Dita yang awalnya hanya diam akhirnya menemukan teman ngobrol juga, setidaknya saat ini dirinya tidak terlalu bosan. Kedua orang yang ada di dekatnya saat ini sama seperti Carissa, keduanya juga ramai membuat Dita jadi lebih nyaman berbicara dengan mereka.
"Gue tadi ketemu sama Bian," ucap Bara.
"Dia datang, cuman pergi dulu ada urusan, lo seperti nggak tahu dia aja," balas Malik.
"Tapi entar malam dia datang, kan?" tanya Shaka.
"Katanya sih datang, cuman lihat aja nanti."
Baik Bara dan Shaka keduanya saling menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Malik. Kedua pria itu bersama dengan istri mereka masing masing lalu segera pamit dari tempat mereka, semua teman teman Malik sudah menikah dan hanya Malik seorang diri yang belum. Itulah ketika mereka mendengar bahwa Malik akan menikah, semuanya sengaja mengosongkan waktu untuk bisa hadir di hari bahagia sahabat mereka.
"Kalian istirahat saja dulu, nanti malam bakalan lanjut acara resepsinya. Ayo Malik ajak Dita masuk ke dalam kamar kalian," ucap Luna. Malik hanya memasang wajahnya datar ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh ibu sambungnya tersebut. Meskipun Malik tidak meresponnya Luna tetap, tersenyum begitu bahagia karena anak kesayangannya itu menikah dengan orang yang baik.
***
Rasanya seluruh tubuh Dita sudah hancur akibat lelah dengan acara yng tidak ada hentinya. Malam ini tepat pukul 23.00 semua acara selesai dan Dita serta Malik baru bisa masuk ke dalam kamar mereka beberapa menit yang lalu. Dita sekarang berada di dalam kamar mandi, sedang berendam dengan air hangat supaya bisa merilekskan tubuh mereka.
Jangan harap, akan ada adegan seperti di cerita pada umumnya bahwa pengantin wanita akan kesusahan dalam membuka baju pernikahan dan sang suami yang akan membantu, hal itu tidak akan terjadi karena Dita bukan tipe wanita yang lemah.
Setelah hampir dua puluh menit berada di dalam kamar mandi, Dita segera keluar dari dalam sana. Tepat ketika kakinya melangkah keluar, pandangan Malik dan Dita bertemu.
"Kamu sudah mandi?" tanya Malik.
"Sudah." Malik menganggukkan kepalanya, setelah itu Malik beranjak dari tempat duduk dan mulai masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Dita duduk di depan meja rias.
Sebelum tidur Dita akan mulai memoleskan beberapa krim untuk wajahnya, di dalam kamar mandi Malik terlihat sangat gelisah. Pria itu mondar mandir sejak tadi, tidak ada hal yang dilakukan olehnya selain diam dan berpikir.
"Gue harus bicara dengan dia," gumam Malik.
Sepuluh menit berlalu, Malik keluar dari dalam kamar mandi. Saat keluar dirinya melihat sang istri masih berada di depan cermin. Tanpa menunda banyak waktu, Malik segera berjalan ke arah meja yang memberikan sebuah map kepada Dita.
"Kamu baca dan segera tanda tangani. Jika ada yang kurang jelas, silakan bicarakan," ucap Malik dengan nada datar. Mendengar hal itu membuat Dita terdiam, pria yang sebelumnya hangat bahkan selama acara selalu memberikan senyuman berubah menjadi pria yang sulit ditebak. "Ini apa?" tanya Dita.
"Kamu buka dan baca."
Jantung Dita berdetak dengan sangat kencang, wanita itu sangat takut mengenai isi di dalam map tersebut. Dan ketika membuka mata Dita melotot dengan begitu tajam ketika membawa bagian atas surat tersebut.
"Ini?" tanya Dita. Tanpa banyak bantahan Malik membalas dengan anggukkan kepalanya.
###
Selamat membaca dan terima kasih.