webnovel

Bab 3 "Perjodohan"

Bab 3 "Perjodohan" 

Malik masih kesal dengan pembicaraannya bersama dengan sang papi. Saat ini setelah cukup lama berada di dalam kamar akhirnya Malik keluar dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Malik tidak peduli dengan panggilan Luna yang terlihat khawatir dengannya. 

Kebenciannya terhadap ibu sambungnya semakin besar, Malik selalu menyalahkan Luna atas kematian Maminya. Padahal Malik saat itu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, Luna dan Lukman sering kali ingin menyampaikan bahwa hal itu tidak benar. Namun, Malik yang memiliki sikap keras kepala selalu saja bersikap masa bodo. 

Hingga akhirnya kebencian tersebut berjalan hingga hampir lima belas tahun tahun. Mobil yang dikendarai oleh Malik sangat kencang dengan kecepatan yang begitu tinggi, orang orang yang melihat hal itu semuanya mengumpat. Malik tidak peduli dengan apa yang terjadi, saat ini pria itu ingin melupakan semua kekesalan yang terjadi. 

Setibanya sebuah tempat Malik segera turun dari dalam mobilnya, satpam yang menjaga tempat tersebut sudah sangat mengenal Malik. Dengan langkah cepat Malik segera menuju ke salah satu unit apartemen di tempat tersebut. 

Lift yang dinaiki oleh Malik berhenting di lantai ke-17, dengan segera Malik segera keluar dari dalam lift dan pergi menuju ke salah satu unit. 

Tring! 

Pintu terbuka dengan sangat lebar, Malik masuk ke dalam ruangan tersebut. Seseorang yang berada di dapur segera menoleh ke arah pintu. 

"Tumben ke sini Sayang?" tanya seorang wanita yang begitu terlihat cantik. Emosi yang ada di dalam diri Malik seketika lenyap begitu saja, ketika melihat wanita tersebut. Bahkan senyum diwajahnya terbit dengan begitu senyum. 

"Aku kangen kamu," ucap Malik sambil memeluk wanitanya dengan begitu erat. Wanita itu menerima pelukan yang diberikan oleh sang kekasih. "Berantem lagi dengan Om Lukman?" tanya sang wanita. 

Usapan yang sebelumnya dilakukan oleh Malik terhenti, lalu Malik melepaskan pelukan mereka, keduanya saling memandang satu dengan lainnya dengan tatapan penuh cinta. Wanita di depan Malik saat ini adalah Alice kekasih Malik, wanita yang mampu membuat Malik merasakan begitu banyak cinta sejak sang papi menikah lagi. Namun, entah apa yang membuat kedua orang tua Malik tidak pernah menyetujui hubungan keduanya. 

"Jangan sebut pria tua itu Sayang. Aku tidak suka dengannya," ucap Malik. Alice tersenyum jika Malik sudah seperti ini, maka dapat dipastikan bahwa kekasihnya itu memang sedang tidak baik-baik saja. "Ya sudah kamu duduk dulu, aku buatkan kopi untuk kamu," ujar Alice. Malik menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursi meja makan seperti apa yang diucapkan oleh Alice. 

Pria itu langsung menuruti apa yang diinginkan Alice, tidak pernah ada bantahan sedikitpun dari mulutnya jika sang kekasih yang meminta hal tersebut. Sembari menunggu kopi, tatapan mata Malik tidak pernah lepas menatap ke arah Alice wanita yang begitu dia cintai. 

Malik sampai detik ini, selalu berpikir apa yang menyebabkan kedua orang tuanya tidak menyukai gadis baik seperti Alice. Sungguh jika saja, sang papi menyetujui hubungannya dengan Alice maka Malik juga akan menyetujui pernikahan mereka. Namun, nyatanya sikap egois sang papi membuat Malik tidak suka. 

"Kopi buat kamu," ucap Alice. Malik lalu menoleh ke arah wanita yang begitu dicintainya itu, dengan senyuman yang begitu indah. "Terima kasih Sayang," jawab Malik. 

Alice tersenyum ke arah Malik, wanita yang berparas cantik itu mengerti saat ini pria yang ada di sampingnya sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari raut wajah Malik, Alice berusaha menjadi rumah terbaik untuk kekasihnya. 

"Nikah sama aku ya," ucap Malik. Mendengar hal itu, membuat Alice menghentikan tangannya yang saat ini mengusap kepala Malik. 

"Kamu ngomong apa sih?" tanya Alice. Wanita itu begitu kaget dengan ucapan yang dilontarkan oleh Malik. Bukan Alice tidak suka namun, hal ini begitu mendadak. 

Sesuatu hal yang mendadak pasti karena hal yang tidak baik. "Ada apa Sayang, kenapa bisa kamu bicara seperti ini? Kamu tahu aku nggak bisa," jawab Alice. Helaan napas berat terdengar dengan sangat jelas, lalu Malik menatap ke arah Alice dengan tatapan yang sulit diartikan. 

"Aku bercanda kok, jangan marah ya." 

Ada secercah rasa kecewa di wajah Malik ketika mendengar penolakan Alice berulang kali. Namun, rasa cinta Malik kepada wanita itu membuat dirinya tidak memperdulikan apapun. 

*** 

Sore harinya Dita baru saja pulang dari kantor, gadis itu terlihat sangat lelah. Sonya segera memberikan segelas air jeruk peras kesukaan sang anak. 

"Diminum dulu biar segar," ucap Sonya. Dita yang sedang duduk di sofa ruang tamu, sambil memejamkan matanya lalu membuka dan menatap ke arah sang Mama yang ada di depannya. 

Senyum manis milik Sonya terbit dengan begitu sempurna. "Terima kasih ya Ma," balas Dita. Sonya menganggukkan kepalanya lalu duduk di dekat sang anak. Senyum manis dari wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meskipun sudah berusia itu, membuat Dita selalu nyaman dengan hal tersebut. 

"Gimana kantor hari ini, Sayang?" tanya Sonya. 

"Seperti biasa Ma. Baik-baik saja, oh ya Papa mana Ma?" tanya Dita. Sejak tadi pria yang menjadi cinta pertama bagi Dita itu tidak terlihat, padahal biasanya jika sore seperti ini Surya selalu ada menyambut kepulangannya. 

"Papa lagi ada meeting sama temannya, nanti malam kita juga diminta makan malam bersama." 

Mendengar jawaban dari sang mama membuat Dita mengerutkan dahi, sungguh dirinya tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang Mama. Tidak biasanya mereka makan malam diluar, apalagi tidak ada acara yang dibahas sebelumnya. 

"Tumben Ma. Ada apa?" tanya Dita. 

"Nggak ada apa-apa. Hanya makan malam biasa saja," jawab Sonya namun, terlihat dari wajah mamanya tersebut bahwa Sonya menyembunyikan sesuatu. Dita yang tidak ingin membahasnya hanya menganggukkan kepalanya. 

Pukul 19.00 Dita bersama dengan sang mama pergi menuju ke sebuah restoran dimana mereka akan bertemu dengan Surya. Sepanjang perjalanan Sonya banyak bercerita mengenai semua hal yang sering dirinya lakukan sebelum bertemu dengan Surya, dan hal itu sangat disukai oleh Dita. 

Tidak membutuhkan waktu lama mobil yang dikendarai oleh Dita sudah sampai di sebuah restoran terkenal. 

"Ayo sayang," ajak Sonya. Dita menganggukkan kepalanya lalu keluar dari dalam mobil, setelah itu keduanya lalu berjalan menuju ke tempat tersebut. 

Keduanya lalu diantarkan ke sebuah ruangan yang ternyata sudah ada tiga orang lainnya selain Surya di sana, dan hal itu semakin membuat Dita terlihat tidak nyaman. 

"Nah itu dia calon menantu kalian," ucap Surya. 

Dita terdiam sesaat ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang papa saat ini, sungguh apa yang baru saja diucapkan oleh Surya benar-benar membuat Dita tidak nyaman.

*** 

Diam itulah yang dilakukan oleh Dita dan juga Malik, pria itu terlihat sangat kesal dengan pertemuan kali ini, bagaimana tidak Malik diancam dengan begitu banyak hal sehingga akhirnya pria itu menyetujui pertemuan ini, sedangkan kedua pasangan di depan mereka sangat asyik berdiskusi satu dengan lainnya. 

"Kalian kenapa diam aja, ayo dong ngobrol biar lebih kenal," ucap Luna dengan senyum yang mengembang. Melihat hal itu membuat Dita hanya membalas dengan senyuman juga. Sungguh saat ini, Dita tidak tahu haris bersikap seperti apa. 

"Atau kalau nggak kita langsung bicarakan mengenai perjodohan mereka saja," sahut Lukman. 

Mata Malik dan Dita melotot dengan sangat tajam ketika mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Lukman. 

"Perjodohan?" beo Malik dan juga Dita secara bersamaan. 

## 

Selamat membaca dan terima kasih.