webnovel

The Boss and I

Putri semata wayang meninggal dunia dan suami menceraikannya, karena berselingkuh dengan wanita lain. Kehidupannya berada di titik paling rendah. Beruntung ada seorang tetangga yang berprilaku layaknya seorang ibu dan selalu memberinya dukungan. Apa yang telah dialami, membuatnya tidak lagi percaya akan cinta. Namun, takdir berkata lain. Ia memiliki kesempatan bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan bergengsi dan bertemu dengan pria yang mampu menggetarkan hatinya. Apakah masih ada kebahagiaan baginya? Atau....

Mommy_EJ · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
15 Chs

Bab 11 . Berbelanja

Karyawan yang tadi mengecat rambut Leah menghampirinya dan memberitahu, bahwa sudah waktunya cat rambut dicuci. Leah mengikutinya ke belakang ke tempat shower. Kemudian karyawan tersebut mulai mencuci bersih rambutnya dan mereka kembali ke tempat duduk Leah.

Handuk dibuka, ya sekarang rambut hitam panjangnya telah berganti ke rambut coklat sebahu. Leah menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya masih dalam keadaan basah dengan rambut coklat, wajahnya terlihat lebih cerah. Leah tersenyum puas dan bersyukur, Emma memilih warna yang tidak mencolok.

Kemudian rambut Leah di blow dry dan dibentuk. Setelah selesai Leah terpukau akan perubahan dirinya. Wajahnya jauh lebih cerah dan tampak lebih muda, memang bayaran yang mahal sesuai dengan hasil yang sempurna. Leah melihat ke belakang, dilihatnya Emma datang menghampirinya. Pria itu sudah berganti pakaian dan ya Tuhan, Leah tidak tahan melihat lipstiknya yang merah terang. Rupanya Emma menghilang untuk berdandan.

"Ayo, Nona beruntung! Selesaikan tagihan dan kita pergi berburu!" ujar Emma dan mengantar Leah ke meja depan untuk melakukan pembayaran. Wow..., melihat tagihan itu membuat Leah menelan ludah. Memang benar-benar mahal, sebanding dengan separuh gajinya bulan depan.

Kartu digesek dan dikembalikan kepada Leah. Emma menggandeng tangan Leah. Leah tidak keberatan. Karena meskipun memiiki badan besar, tinggi dan berwajah maskulin tetapi jiwa kewanitaan Emma lebih besar dibanding jiwa prianya. Emma mengenakan kemeja putih dipadu dengan celana jeans pudar, sangat ketat. Leah khawatir pakaian itu dapat robek kapan saja. Tubuh Emma menunjukkan bagaimana pria itu sangat rajin berolah raga. Perutnya rata dan berotot, seandainya Emma lebih jangan maka itu sempurna, batin Leah.

Namun saat melihat wajah Emma, semua pikiran Emma itu pria menguap. Bagaimana tidak, Emma memakai foundation memang tidak terlalu putih tetapi terlihat jelas. Ditambah alis yang tertata rapi, blash on dan yang paling tidak tertahankan adalah lipstiknya. Leah tidak mau melihatnya lagi karena jika kelamaan, maka dirinya akan mengambil tisu dan menghapus lipstik itu.

Awalnya, Emma mengajak Leah ke salah satu toko branded. Leah tahu merek itu benar-benar mahal dan sebelum mereka masuk, Leah sudah menghentikan Emma.

"Jangan! Jangan toko ini! Kalau aku mengenakan pakaian mereka maka sewaktu hujan, pakaian ini yang akan kupayungi bukan kepalaku!" ujar Leah dan tertawa geli. Lalu, Leah menarik Emma menjauh dari toko itu dan lanjut berkata, "Tadi di depan mall aku melihat logo departemen store Metro! Kita ke sana saja. Jadi, aku bisa membeli semua kebutuhan di satu tempat!"

"Baiklah! Baiklah, Nona! Kualitas barang di sana juga sangat bagus. Banyak merek ternama juga memiliki stand di sana!" u?jawab Emma.

Kemudian, Emma menuntun Leah menuju departemen store yang dimaksud. Karena mall sangat luas, mereka membutuhkan waktu untuk sampai ke tujuan. Sambil berjalan, Emma melihat wanita di sebelahnya. Sungguh wanita yang berkepribadian baik dan bertanggung jawab. Biasanya, jika orang memiliki kesempatan seperti Leah, maka orang akan membeli barang yang paling mahal.

Leah dan Emma berjalan cepat. Sudah hampir tengah hari, tetapi karena belum lapar mereka memutuskan untuk berbelanja terlebih dahulu.

Sesampainya di departemen store tersebut, mereka disambut di lantai penjualan kosmetik. Ya, departemen store ini menjual barang-barang berbeda di setiap lantai. Sebelum Emma memilih merek yang paling mahal, Leah sudah mengatakan bahwa dirinya kan ke stand yang berasa diujung. Stand kosmetik merek Natural dan Leah tahu semua kosmetik mereka ramah lingkungan.

Emma mengangguk. Dirinya tahu merek tersebut memiliki kualitas bagus dan tidak terlalu mahal. Sesampainya di stand itu Emma yang berkata kepada pramuniaga.

"Cleanser, toner, pelembab, cream uv, foundation, make up cleanser, eye liner, pensil alis, blush on, eye shadow, apa lagi?" tanya Emma pada Leah.

Wow..., memang semua itu yang dibutuhkan.

"Ehm..., lipstik boleh! Untuk blash on dan eye shadow warna nude saja!" lanjut Leah.

Pramuniaga membantu mempersiapkan barang-barang yang dimaksud. Saat memilih warna lipstik, Leah suka warna natural jadi dirinya mengambil warna dust pink dan nude.

Tiba-tiba Emma menyerahkan satu lipstik kepada Leah dan berkata, "Warna ini yang tepat untukmu! Warna-warna yang kamu pilih terlalu pucat, karena warna rambutmu sekarang tidak lagi berwarna hitam! Jadi, kamu butuh lipstik dengan warna yang terang!"

Leah melihat lipstik itu yang ada digenggaman Emma dan dirinya yakin itu pasti warna merah. Benar itu merah.

"Terlalu terang, Emma! Aku rasa warna merah mudah saja!" ujar Leah sambil mengembalikan kepada Emma.

Emma menatapnya dan berkata, "Ini tidak sama dengan warna yang saya pakai! ini warna red blood sangat cocok dengan warna kulitmu. Coba saja dulu! Jika kamu tidak suka maka jangan beli!"

"Baiklah, baiklah! Jangan marah, nanti cepat tua," ujar Leah, sambil menepuk pundak Emma untuk menenangkannya.

Tujuannya mengajak Emma agar mendapat bantuan. Jika dirinya tidak menerima saran Emma, berarti penampilannya tidak akan berubah.

Setelah dicoba, wow.. benar-benar cocok. Dengan model rambut baru ini, penampilannya tampak lugu. Namun, setelah memoleskan lipstik ini, muncul aura seksi. Aura yang sebelumnya tidak pernah dimiliki.

"Nah! Apa aku bilang! Ambil 2 lipstik warna ini dan warna nude juga. Pink tidak cocok untukmu!" ujar Emma, sambil menginstruksikan kepada pramuniaga untuk membungkus belanjaan mereka.

"Jangan dihapus! Kamu sangat cantik seperti itu!" puji Emma, ketika melihat Leah akan menghapus lipstiknya.

Leah mengangguk. Mereka berjalan ke meja kasir dan melakukan pembayaran. Sesuai perkiraan Leah untuk semua barang yang diperoleh, harga yang dibayar tidak terlalu mahal. Meskipun ini semua gratis, tentu saja dia tidak boleh tamak dan harus tahu diri.

Mereka lanjut ke lantai berikutnya. Lantai ini khusus menjual pakaian wanita. Mereka berjalan ke arah stand-stand yang menjual pakaian kerja, dan berhenti di sana. Leah baru melihat-lihat gantungan pertama, tetapi Emma sudah berpindah-pindah ke beberapa gantungan. Sangat bersemangat dan Leah tersenyum melihat hal tersebut. Jujur dirinya akan bingung jika memilih sendiri.

Dari kejauhan Emma berteriak, "Leah ..  Leah..., kemarilah dan coba ini!"

Tidak peduli menjadi pusat perhatian, yang penting dia harus membuat Leah segera mencoba pakaian pakaian ini.

Emma tidak lagi mencari barang merek termahal. Dirinya hanya mencari barang-barang dengan harga sesuai untuk kalangan menengah ke atas. Emma tahu, Leah akan tetap tampak cantik mengenakan baju-baju ini.

Leah hampir pingsan, saat melihat tumpukan baju yang dipegang Emma dan berpikir mau dicoba sampai kapan. Leah paling malas mencoba pakaian, kemudian dirinya hanya mengambil 1 set pakaian ke kamar pas untuk memastikan ukuran pakaian cocok dengan tubuhnya.

Leah mencoba pakaian ini, sangat pas di tubuhnya tidak sempit. Namun, jahitan pakaian ini menonjolkan lekuk tubuhnya dan model pakaian yang dipilih Emma begitu elegan. Kemeja putih berbahan satin dengan model kerah yang agak lebar, lengan panjang dan di bagian pinggang ada sabuk. Sehingga saat memakai pakaian ini, tubuh terlihat semakin ramping. Kemeja itu dipadukan dengan rok pendek berbahan tweet campuran warna pink dan abu-abu. Rok juga tidak terlalu ketat dan nyaman dipakai, memang selera Emma sangat bagus.

Leah keluar dari ruang pas, Emma menatapnya dan berdecak kagum.

"Lihatlah bagaimana pakaian sangat mempengaruhi penampilan! Tentu saja, karena selera fashion saya juga sangat bagus!" ujar Emma sambil cekikikan.

"Ya, ya! Sangat bagus, ukuran juga sangat pas. Namun, jangan menyuruh diriku mencoba semuanya! Cukup satu ini dan ikuti ukurannya saja! Untuk modelnya, aku serahkan kepadamu Emma! Ambil sekitar 15 set pakaian seperti ini dan 5 set baju blazer! Aku bingung jika disuruh memilih. Jadi kamu lanjutkan di sini dan aku ke bagian tas serta sepatu!" ujar Leah dan kembali bersyukur ada Emma yang membantunya. Jika tidak, Leah tidak tahu berapa lama dirinya akan berada di mall ini, kebingungan memilih.

Emma bersorak kegirangan, "Beres, Nona beruntung! Akan aku carikan yang bagus dan tidak terlalu mahal!"

Leah kembali ke kamar pas dan Emma sudah berpindah-pindah stand lagi.