webnovel

The Boss and I

Putri semata wayang meninggal dunia dan suami menceraikannya, karena berselingkuh dengan wanita lain. Kehidupannya berada di titik paling rendah. Beruntung ada seorang tetangga yang berprilaku layaknya seorang ibu dan selalu memberinya dukungan. Apa yang telah dialami, membuatnya tidak lagi percaya akan cinta. Namun, takdir berkata lain. Ia memiliki kesempatan bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan bergengsi dan bertemu dengan pria yang mampu menggetarkan hatinya. Apakah masih ada kebahagiaan baginya? Atau....

Mommy_EJ · Urban
Not enough ratings
15 Chs

Bab 12 . Tidak Semahal Sepatu Boss

Leah memilih 5 pasang sepatu, dengan tinggi tumit sekitar 7cm. Dirinya tidak sanggup mengenakan sepatu dengan tumit belasan centimeter. Model sepatu yang dipilih semua sama, dengan warna berbeda. Merek sepatu ini, terkenal nyaman dipakai dan tahan lama. Leah memilih warna hitam, nude, putih, biru tua dan merah. Untuk tas tangan, Leah memilih 3 tas semuanya model formal dan berwarna gelap yaitu warna hitam, biru tua dan coklat.

Tidak sampai 15 menit, Leah sudah kembali ke tempat penjualan baju. Dari kejauhan, Leah melihat Emma sedang berbicara dengan pramuniaga toko. Leah menghampirinya dan bertanya, "Apakah sudah selesai?"

"Sudah!Ayo kita bayar! Setelah itu kita harus makan siang, aku sudah lapar!" ujar Emma.

Baiklah! Waktu yang diperlukan untuk berbelanja tidak terlalu lama, seharusnya apa yang dipilih Emma tidak terlalu banyak, batin Leah.

Ternyata perkiraannya salah besar. Saat berdiri di depan meja kasir dan melihat barang-barang mulai discan untuk pembayaran, Leah baru sadar ternyata pilihan Emma begitu banyak. Bahkan Emma juga memilihkan pakaian dalam. Ada juga pakaian tidur dan tank top bertali tipis bahan sutra.

"Sepertinya aku tidak membutuhkan semua itu!" ujar Leah.

"Untuk tank top, kamu butuh karena ada beberapa bahan kemeja yang terlalu tipis! Untuk pakaian dalam, aku pilih yang sesuai dengan bahan kemeja agar saat dikenakan tidak tercetak! Sedangkan untuk baju tidur, kamu akan membutuhkannya saat dinas. Aku juga, memilih beberapa terusan yang modelnya sangat cocok untukmu" ujar  Emma begitu santai, tanpa rasa malu.

Tidak lama pihak kasir menyebutkan totalan harga barang belanjaan mereka. Wow..., total uang yang dihabiskan sama dengan total 3 bulan gaji Leah di perusahaan Y.

"Jangan terlalu dipikirkan! Harga itu bahkan tidak cukup membeli sepasang sepatu bosmu! Jadi, itu tidak terlalu mahal untuk Tuan Robert Wayne!" jelas Emma, yang mencoba menenangkan Leah.

"Bagaimana kamu bahkan tahu harga sepatu Tuan Robert?" tanya Leah sambil menyerahkan kartu hitam kepada kasir.

Leah berpikir bahwa Emma hanya mencoba menenangkan dirinya.

"Kamu lupa bahwa salon milikku adalah awal mula semua rumor di perusahaan Y! Jadi, pakaian apa dan sepatu apa yang dikenakan Tuan Robert akan selalu menjadi perbincangan hangat, bagi para karyawan wanita! Aku cukup mendengar untuk mengetahui kabar terbaru!" jelas Emma, sambil tersenyum lebar.

Pihak kasir yang menerima kartu hitam itu, tidak langsung menggesek kartu. Melainkan meminta izin ke belakang sebentar.

Apakah aku kembali dianggap sebagai pencuri? batin Leah. Tidak lama, kasir tersebut keluar bersama seorang wanita tampak seperti atasannya.

"Maaf, Nona! Karena di kartu ini tertera nama pemilik store ini, apakah Nona keberatan menunggu sebentar agar aku bisa mengkonfirmasinya terlebih dahulu?" tanya wanita itu dengan sopan.

Departemen store ini juga milik Tuan Robert, berarti pilihannya tepat untuk berbelanja disini.

"Silahkan! Pergunakan waktu yang diperlukan. Aku akan menunggu!" ujar Leah sopan. Tentu itu harus, karena uang yang digunakannya cukup banyak. Leah mengerti akan prosedur, jadi dirinya akan sabar menunggu.

Leah melihat wajah Emma sudah memerah seperti amarahnya akan meledak. Leah menenangkannya dan berkata, "Bukankah, awalnya kamu juga mencurigaiku seperti itu? Jadi, biarkan saja mereka melakukan pekerjaannya. Tentu saja mereka juga memiliki sistem prosedur yang harus dipatuhi!"

Di ruang kerja Tuan Robert, telepon berdering. Lalu, Tuan Robert mengangkat dan mendengar Rosy berkata, "Tuan! Ada panggilan dari departemen store Metro. Mereka ingin mengkonfirmasi transaksi kartu hitam milik Tuan! Sepertinya Leah berbelanja di sana. Apakah yang perlu aku sampaikan kepada mereka?"

"Sambungkan!" ujar Tuan Robert singkat.

Bibi Rosy sedikit terkejut, karena tidak biasanya Tuan Robert mau menerima telepon konfirmasi ini secara langsung. Namun, Bibi Rosy patuh dan langsung menyambungkan panggilan itu.

"Halo!" sapa Tuan Robert.

Setelah terdiam sejenak untuk mendengar penjelasan dari pihak departemen store, Tuan Robert kemudian bertanya, "Berapa total harganya?"

Setelah nominal disebutkan, Tuan Robert kembali berkata, "Tambahkan 10 set pakaian model terbaru merek tersebut!"

Kemudian, tanpa basa-basi sambungan telepon langsung diputus.

Sungguh wanita yang unik, biasanya para wanita akan membeli barang-barang merek ternama dengan harga selangit. Namun, Leah hanya memilih barang merek menengah. Bahkan merek yang tidak pernah didengar olehnya. Karena itulah, Tuan Robert menambahkan pakaian untuk Leah, sebab uang yang dibelanjakan wanita itu tidak mencapai harga sepasang sepatunya.

Kembali ke departemen store.

Leah melihat wanita tadi begitu sibuk. Dirinya tidak tahu apakah sudah berhasil terkonfirmasi atau tidak. Jadi, Leah masih menunggu. Tidak lama pramuniaga pakaian tadi berjalan menuju kasir dan di tangannya tampak setumpuk pakaian model terbaru, yang tidak dipilih Emma karena menurut Leah itu mahal.

Kemudian tidak berapa lama, wanita tersebut memanggil mereka. Leah dan Emma berjalan menuju meja kasir. Kemudian, kartu hitam dikembalikan berserta berbungkus-bungkus kantong belanja. Wanita itu kemudian berkata, "Tuan Robert meminta kami untuk menambahkan 10 set pakaian model terbaru dengan merek yang sama!"

Emma berdecak puas dan berkata, "Bukankah sudah aku katakan, harga belanjaan itu tidak seberapa! Dan pakaian yang di tambahkan adalah model terbaru, semua sangat bagus!  Mendadak, selera makanku sepertinya bertambah!"

Sambil mengambil semua bungkusan belanjaan, Emma mengajak Leah untuk makan siang. Mereka memilih restoran yang pertama terlihat, karena memang mereka sudah sangat lapar. Begitu pesanan datang mereka langsung makan tanpa banyak berbicara. Setelah selesai makan, Leah meminta tagihan dan hendak membayar. Namun, ditolak oleh si pelayan dengan alasan sudah dibayar.

Leah menatap Emma dan berkata, "Bagaiman bisa kamu yang membayarnya? Seharusnya, aku yang mentraktir dirimu! Karena hari ini kamu sudah banyak membantu diriku!"

"Apakah kamu akan membayar makan siang ini menggunakan kartu Tuan Robert?" tanya Emma sambil menyeruput kopi.

"Tentu saja tidak! Aku akan membayar dengan uangku sendiri!" jawab Leah sambil menatap Emma.

"Karena itulah, biar aku yang mentraktir kali ini! Nanti setelah menerima gaji pertama, kamu harus mentraktir diriku kembali di restoran yang lebih ternama!" ujar Emma santai.

Hati Leah tersentuh. Apakah terlihat begitu jelas, bahwa dirinya kekurangan uang? Memang kenyataannya seperti itu.

"Baik! Setelah gajian pertama, aku akan mentraktir dirimu makan enak!" janji Leah sedikit malu.

"Ayo, sudah hampir sore! Jangan berterima kasih. Aku melakukannya dengan senang hati. Mari aku menemanimu memanggil taksi!" ujar Emma yang membantu Leah mengangkat belanjaannya.

Kantong belanja memenuhi bagasi taksi. Kemudian, Emma menyerahkan kartu namanya dan meminta Leah menambahkan dirinya dalam kontak teleponnya.

Taksi melaju. Leah merasa lelah, tetapi dirinya bahagia, mendapat seorang teman baru.

Emma, ya teman batunya adalah Emma. Leah merasa sikap Emma hanya dibuat-buat. Karena ada saatnya Emma terlihat sebagai seorang pria. Namun, mana ada pria normal yang ingin terlihat seperti itu. Entahlah, dirinya mungkin salah.

Ponsel Leah berdering dan melihat itu adalah panggilan dari Bibi Rosy.

Leah lalu buru-buru mengangkatnya, "Halo, Bi! Aku dalam perjalanan pulang."

"Oh, Leah! Bibi tidak pulang hari ini. Bibi harus menginap di rumah keponakan Bibi! Keponakan Bibi memiliki sedikit masalah dengan suaminya! Makanya Bibi harus ke sana untuk membantu menjaga anak-anak mereka. Kamu tidak apa-apa sendirian di rumah?" tanya Bibi Rosy cemas.

"Tentu tidak masalah, Bi! Tenanglah dan selesaikan permasalahan keponakan Bibi terlebih dahulu. Lagipula aku bukan anak kecil dan pasti bisa jaga diri!" balas Leah. Dirinya sadar yang dimaksud Bibi Rosy bukan hal tersebut, melainkan Bibi khawatir dirinya akan kembali mengingat hal-hal yang telah berlalu.

Kemudian, Leah memutuskan sambungan ponsel dan berpikir berapa uang tunai yang dimilikinya sekarang. Itu tidak banyak. Jika dihitung, maka cukup untuk menutupi kebutuhannya dalam sebulan. Tentunya, Leah harus berhemat. Malam ini, karena Bibi tidak pulang maka Leah hanya akan memasak mie instan untuk makan malam.

Selama ini di rumah Bibi Rosy, Leah makan dari bahan-bahan yang tersedia di kulkas Bibi Rosy. Leah berencana akan membeli bahan makanan untuk memenuhi kulkas Bibi Rosy, bulan depan setelah dia gajian. Hal tesebut membuat hatinya merasa tenang.

Tabungan Leah sudah habis untuk melunasi biaya rumah sakit putrinya. Leah tidak mau putrinya yang telah berada di surga, masih memiliki hutang biaya rumah sakit. Leah juga meminta bantuan mantan suaminya dulu. Mantan suaminya itu berjanji, tetapi uang pria itu tidak pernah sampai di rekeningnya. Sudah dua bulan mantan suaminya tidak mengirim tunjangan bulanan. Mungkin mantan suaminya merasa karena putri mereka sudah meninggal, maka tidak ada lagi kewajiban kepada Leah.

Leah tidak butuh uang pria bajingan itu. Selama badannya masih sehat, dirinya akan bekerja keras mencari nafkahnya sendiri, tekad Leah dalam hati.