webnovel

Kekacauan Dion

Cup. 

Dion langsung mengecup bibir Andhira yang hanya berjarak beberapa senti saja. Dion mengunci pergerakan Andhira dan melumat bibir Andhira yang dulu sering dia nikmati. 

Andhira melototkan matanya tajam dan menutup rapat bibirnya saat Dion melumatnya. Air mata di pelupuk matanya lolos begitu saja karena mendapat perlakuan seperti itu padanya. 

Dion yang merasakan basah di pipi Andhira langsung melepas tubuh Andhira dan menatapnya tajam. 

"Kenapa? Apa sudah ada yang menyentuh bibirmu setiap hari?" tanya Dion yang sinis dan membuat Andhira sakit hati. 

Tangan Andhira ingin menampar pipi Dion namun ditahan oleh Dion. 

"Kenapa jadi kasar? Kamu sudah lupa dengan pria yang ada di hadapanmu ini?" tanya Dion sambil mencengkram pipi Andhira dengan kuat. Hal yang dulu tidak pernah dilakukan oleh Dion. Hanya kelembutan dan kehangatan yang selalu Dion berikan pada Andhira. Matanya memandang dari atas sampai bawah tubuh wanita yang dulu selalu berada di bawah kungkungannya hampir setiap hari. Tubuh yang dulu menjadi candu bagi Dion. Kini sekarang berubah menjadi tubuh yang seksi dan juga sintal. Membuat Dion semakin merasa jika tubuh Andhira benar-benar berbeda dari yang dia lihat terakhir kali yang terlihat sedikit kurus. 

"Karena aku bukan Andhira yang dulu kamu kenal. Jadi jangan pernah bandingkan aku yang dulu dan sekarang," jawab Andhira telak. 

"Dan ya, apa yang harus membuat aku ingat dengan orang yang sudah ninggalin aku? Nggak ada yang perlu diingat lagi," jawab Andhira sarkas. Dadanya benar-benar terasa sesak bagai dihantam benda keras saat  menyadari jika mata Dion menatapnya dari atas sampai bawah. Membuat Andhira tidak nyaman dengan tatapan Dion barusan. Ia merasa ditelanjangi habis-habisan. 

"Ck. Benar-benar berubah kamu. Siapa suami kamu?" tanya Dion dengan posisi yang masih mengunci pergerakan Andhira. Membuat Andhira bergerak tidak bebas karena Dion mencengkram tangannya juga. 

"Bukan urusanmu, untuk apa kamu mau tahu suamiku? Kita udah nggak ada hubungan lagi. Anggap saja kita tidak kenal, lepaskan aku! Abel menungguku," jawab Andhira dengan ketus. Matanya menatap Dion seolah menantang dan tidak takut pada Dion. 

"Sudah berapa pria yang menikmati tubuhmu selain aku setelah kita berpisah?" tanya Dion dengan kata-kata yang menusuk hati Andhira. Andhira tak menyangka jika pria yang ada di hadapannya ini begitu mudah menuduhnya dengan ucapan yang begitu rendah. 

"Jaga batasanmu Dion. Kamu sudah beristri dan tidak sepantasnya kamu mencampuri urusanku, aku bilang lepaskan!" teriak Andhira. Ia tidak peduli jika ada yang datang melihat dirinya. Yang jelas untuk saat ini Andhira tidak ingin dekat-dekat dengan Dion. 

"Aku akan tetap mengetahui urusanmu. Abel umur 4 tahun, kita 5 tahun sudah tidak bertemu. Apa kamu langsung menikah setelah berpisah dariku?" tanya Dion yang merasa kecewa. 

"Istrimu ada di depan. Aku nggak mau dia curiga, jadi jangan dekati aku dan menyingkirlah! Abel sedang menungguku." Lagi-lagi Andhira mengabaikan pertanyaan Dion. Andhira tidak akan memberitahu pada Dion jika Abel adalah anaknya. 

Perlahan Dion mundur saat Andhira mengucapkan kata istri. Membuat Dion mengepalkan kedua tangannya. Setelah Dion mundur, kini Andhira buru-buru meninggalkan tempat itu. Dion hanya melihat kepergian Andhira yang sudah menjauh darinya. 

***

Andhira kini sudah berada di meja makan. Ia melihat jika Abel sudah mulai makan pesanannya tadi. Melihat itu membuat Andhira merasa bersalah. 

"Sayang! Maaf ya mama kelamaan, tadi tante Jeni nanyain kerjaan ke mama. Jadi mama harus jelaskan ke tante Jeni," ucap Andhira sambil mengelus rambut panjang Abel yang tampak hitam. 

Jessica melihat jika Andhira sangat sayang sekali pada Abel. 

"Nggak apa Ma, ada Kayla sama mamanya kok." Abel tersenyum sambil mengunyah makanan. 

"Iya Tan, nggak apa-apa. Habis ini apa boleh Kayla ajak main Abel?" pinta Kayla yang memohon pada Andhira. 

Bersamaan dengan itu Dion baru saja tiba dari toilet setelah menemui Andhira tadi. 

"Gini Kayla, kan Abel masih pakai seragam. Jadi Abel mau pulang dulu dan tidur istirahat siang, lain kali aja ya main sama Abelnya?" jawab Andhira yang terdengar begitu lembut saat berbicara pada anak kecil. Sejak dulu Andhira sangat suka sekali dengan anak-anak. Itulah yang membuat Dion luluh pada Andhira. Sosok wanita lembut yang membuat siapapun akan merasa nyaman. 

"Jadi Abel beneran pulang sekarang?" tanya Abel dengan mata yang tampak berkaca-kaca. Semua itu tak luput dari pandangan Dion. Entah kenapa melihat Abel dengan wajah yang tampak sendu begitu membuat Dion merasakan sesuatu yang Dion sendiri tidak tahu apa namanya. Yang jelas dadanya terasa berdebar dan tak karuan saat melihat sepasang mata cantik milik Abel. 

"Iya sayang. Tante Jeni butuh mama. Kita mampir ke tempat tante Jeni dulu ya? Abel masih mau makan? Kita bungkus ya makanannya?" tanya Andhira yang berusaha untuk membujuk putrinya yang sangat dia cintai itu. Perlakuan manis Andhira pada Abel membuat Dion merasa terharu dan juga menghangat. 

"Mbak Andhira pinter banget ya ngerayu anaknya. Aku sampai salut loh, ya kan Pa?" ucap Jessica pada Andhira dan juga Dion. Membuat Dion yang mengunyah makanan langsung tersedak makanannya. 

Uhuk. 

Jessica yang melihat itu langsung menyodorkan minuman untuk Dion. Sedangkan Andhira merasakan sesak melihat pemandangan yang ada di depannya saat ini. Ia merasa jika dirinya benar-benar wanita yang tidak berharga. Dihamili lalu ditinggal begitu saja tanpa ada kabar. Dan kini lelaki itu ada di hadapannya bersama dengan wanita lain dan sudah berkeluarga. 

"Mbak Jessica berlebihan, kalau dengan Abel harus begitu Mbak biar dia nggak rewel dan manja," sahut Andhira tersenyum pada Jessica. 

"Iya aku salut Mbak, kalau Kayla selalu merengek dan nangis sampai susah dirayu. Kadang dia sampai tantrum gitu," sahut Jessica. Sedangkan Dion kini hanya mendengarkan dua wanita itu berbicara sambil mengunyah makanan dan sesekali menyuapi Kayla yang terlihat sangat manja. Andhira yang melihat itu semakin merasa sedih. Harusnya Abel yang merasakan suapan dari Dion. 

"Iya beda-beda Mbak semua anak, oh ya saya pamit pulang dulu ya Mbak. Ayo sayang kita pulang dulu. Besok ketemu lagi sama Kayla di sekolah," ucap Andhira seraya bangkit dan merapikan tas Abel. 

"Iya Mbak, sampai ketemu lagi besok ya Abel." Jessica melambaikan tangan pada Abel. Begitu juga Kayla. Namun tidak pada Dion, ia hanya diam saja sambil memandangi Abel yang sudah berjalan menjauh meninggalkan mereka. 

Sepeninggalnya Andhira, Jessica melirik suaminya yang tampak diam saja sejak tadi. 

"Pa, kamu kok diam aja dari tadi. Ada apa?" tanya Jessica sambil menautkan kedua alisnya. 

"Nggak ada. Aku kepikiran sama kerjaan aku tadi belum selesai. Udah belum makannya Kayla? Papa balik lagi ke kantor ya sayang?" sahut Dion dengan berbohong. Ia tidak ingin jika Jessica tahu saat ini pikirannya sedang kacau. 

"Iya Pa. Kayla udah kenyang kok," jawab Kayla. 

Akhirnya mereka semua bangkit dari tempat duduknya setelah membayar pesanan mereka semua termasuk milik Abel dan Andhira tadi.

Jessica yang menggandeng tangan Abel merasa ada yang tidak beres pada Dion yang sejak tadi hanya diam saja. Tetapi Jessica urung menanyakan lagi pada Dion. Takut jika Dion akan marah lagi jika dia menanyakan hal yang sama. Dion selalu bersikap dingin padanya jika tidak sedang bersama Kayla. 

"Mas, kamu mau ke kantor sekarang? Terus aku dan Kayla gimana?" tanya Jessica saat mereka sudah ada di parkiran mobil. Dion berhenti melangkah dan berbalik. "Kamu naik taksi aja sama Kayla. Pekerjaanku masih banyak di kantor. Jadi aku nggak bisa antar sampai rumah, kelamaan," sahut Dion dengan wajah datar. 

"Jadi Papa langsung ke kantor nih?" tanya Kayla dengan wajah yang tampak sedih. 

Dion langsung berjongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya Kayla dan memegang kedua sisi bahu Kayla. 

"Iya sayang. Maaf ya, kan papa lagi kerja. Jadi nggak boleh keluyuran. Kayla naik taksi ya sama mama," ucap Dion yang berusaha memberi pengertian pada Kayla agar tidak marah. 

"Baik Pa. Sampai jumpa lagi Pa nanti di rumah." Kayla akhirnya merelakan jika Dion pergi ke kantor lagi. Sedangkan Jessica hanya diam saja tidak berani berkata apapun. Namun dalam hatinya sedang tidak baik. 

Akhirnya Dion masuk ke dalam mobil meninggalkan Kayla dan Jessica yang akan masuk ke dalam taksi. Setelah itu Dion melajukan mobilnya dengan kencang membelah padatnya jalanan kota. Siang itu banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang. Namun kali ini Dion bukannya kembali lagi ke kantor tetapi melajukan mobilnya menuju tempat lain. Dion ingin menenangkan pikirannya. Setelah bertemu dengan Andhira tadi perasaan Dion tidak baik-baik saja. 

Dion menelpon sekretaris nya di kantor untuk meneruskan pekerjaannya. Moodnya benar-benar berantakan setelah bertemu dengan Andhira. 

"Halo Pak! Ada yang bisa saya bantu?" sapa sekretaris Dion yang kini sedang berada di kantor. 

"Iya halo, tolong kamu kerjakan semua berkas yang ada di meja saya. Kamu ambil, tinggal sedikit kok. Jadi besok saya tinggal kasih tanda tangan saja." Dion memberi perintah pada sekretarisnya setelah itu langsung mematikan ponselnya sebelum sekretarisnya menjawab sesuatu.