webnovel

Coret Owen Dari Silsilah Grey

"Baik, kalau itu yang ayah inginkan, coret saja aku dari silsilah keluarga Grey!" Owen menarik tangan Sisi pergi dari hadapan ayahnya.

"Owen!" cegah Sisi tapi Owen sudah terlanjur marah pada ayahnya.

"Percumah!" teriak Owen lalu menarik tangan Sisi masuk ke dalam mobil Audi hitam miliknya.

Brak...

Tubuh Sisi terjatuh ke lantai mobil dan Owen bergegas masuk ke kursi kemudi. "Kita pergi saja, sejak dulu mereka memang tak pernah menganggapku!" geram Owen lalu menyalakan mesin mobil hitamnya itu dan bersiap menginjak pedal gas.

Saat Owen bergegas pergi, tetes air mata Tony mulai membasahi pipinya, dia tak menyangka situasi ini akan benar-benar membuatnya mengusir putra kebanggaannya itu.

Ting... tong...

Ryan Grey menekan bel pintu berkali-kali namun Tony tak juga beranjak dari tempatnya.

"Tony!" panggil Ryan sembari mengintip dari jendela kecil di samping pintu, "Tony!" panggilnya lagi dan sama seperti pertama memanggil, Tony tak juga bergeming.

Merasa panggilannya tak digubris, Ryan lalu memutar gagang pintu kemudian melangkah mendekati kakaknya itu.

"Tony, kau kenapa?" tanya Ryan lalu menyentuh bahu kakaknya yang langsung terperanjak kaget.

"Ryan? Sejak kapan kau ada di sini?"

Ryan nampak heran dengan respon kakaknya, dia lalu menatap mata Tony berharap kakaknya saat itu sedang dalam pengaruh alkohol.

"Kau yakin tak apa? Apa perlu aku panggilkan kau dokter?" tanya Ryan lalu membimbing langkah kakaknya yang masih sibuk menghapus air matanya.

"Tidak! Tidak usah!"

"Ada apa? Katakan padaku, Tony!"

Tony terdiam sesaat lalu menyandarkan punggungnya di sofa ruang tamu berwarna biru yang begitu empuk menyanggah tubuhnya.

"Aku telah mengusir putraku sendiri!" bisiknya pelan sembari menutupi wajahnya yang sedih campur marah.

"Apa gerangan hingga kau melakukan ini semua, Tony?"

"Dia lebih memilih wanita itu ketimbang aku, wanita yang sangat penting bagi Keluarga Purple, tapi malah direbut putraku!"

Ryan mendehem, dia mulai bisa membaca kesedihan di wajah kakaknya ini. "Jadi kau berharap putramu yang tampan itu mengembalikan wanita yang sudah dia nikahi kepada Alan Purple?"

"Iya, toh masih banyak wanita lain yang lebih cantik dan menawan ketimbang wanita yang berdandan seperti tante-tante itu!"

Hahahahhahahaha...

Ryan tertawa terbahak kemudian duduk di samping Tony yang masih sangat kesal atas ulah putranya. "Sabar, kau ini seperti tak pernah jatuh cinta pada wanita saja!"

"Tapi kenapa harus wanita itu, dia masih punya kesempatan yang luas untuk bisa jatuh cinta pada banyak wanita lain di luar sana. Bukan malah jatuh cinta pada wanita yang sudah punya perjanjian pernikahan dengan putra Purple!"

"Iya..., iya, aku tau. Tapi cinta telah membuat putramu buta! Apa penyesalanmu kini bisa terobati jika kau terus menjauhkannya?"

"Kau pasti bisa, Ryan!" pinta Tony lalu menatap mata adiknya dalam.

"Hey, apa yang kau harapkan dariku? Kau mau aku menjauhkan putramu dari wanita yang berhasil menguasai hatinya?"

"Iya, kau harus melakukan semua cara untuk bisa melakukan itu untuk aku, aku mohon! Apa aku harus mencium kakimu untuk bisa mendapatkan bantuan darimu!"

Ryan menggelengkan kepalanya, dia tau rencana yang ada di dalam kepala kakaknya ini pasti rencana konyol dan pasti sangat liar.

"Tidak. Aku tak mau, jangan buat aku dalam masalah, apa lagi yang aku tau Alan sudah menyiapkan belasan anak buahnya untuk melakukan hal buruk pada putramu. Aku tak mau mengambil resiko, Tony!"

"Apa kau bilang tadi?" Tony berlutut di depan adiknya yang terduduk di depannya lalu meraih tangannya, "Tolong aku, Ryan. Aku tak mau putraku mengalami masalah, aku tak mau dia sampai terluka karena wanita laknat itu. Aku mohon!"

"Cukup! Jangan bebani aku dengan tanggun jawabmu itu!"

Tony hanya bisa berlutut di depan Ryan dengan air mata yang tak bisa lagi dia bendung, tak terbayang baginya kelak dia harus membaca nama putranya terpampang di headline surat kabar dalam berita yang menyedihkan.

Namun sama seperti Tony, Ryanpun tak bisa lagi berbuat apa-apa selain berharap Owen bisa bertahan hidup diluar keluarganya.

**

Pelabuhan Liverpool

Owen Grey bergegas menuju pelabuhan untuk bisa pergi dari Inggris, hanya jalan ini yang bisa dia lalui karena pelabuhan mengijinkan siapapun pergi dari negara ini tanpa surat-surat yang jelas.

Tangan Sisi masih saja menggenggam tangan suaminya itu dan dengan setia terus menghiburnya agar sedihnya yang dia rasakan ini bisa sedikit terobati.

"Tuan! Kemana kalian akan pergi?" tanya seorang pria berbaju anak buah kapal yang mendekati Owen dan Sisi.

"Bawa kami pergi dari Inggris, kemana saja tak masalah!" pinta Owen lalu berdiri dan merogoh kantong bajunya untuk memperlihatkan uang di dompetnya.

"Maukah kau pergi ke Italia, aku punya dua tiket yang bisa membawamu ke sana!"

Pria itu lalu menunjukkan tiket di tangannya yang memang untuk keberangkatan hari ini. "Kami biasa menjual tiket murah di menit-menit akhir keberangkatan, jika kau bersedia kau bisa membayarnya, tenang aku akan mengantarkanmu!"

Owen menoleh ke arah Sisi, hatinya masih tak yakin apa dia bisa bertahan hidup di Italia mengingat mafia di negara itupun tak lebih ramah dari mafia Inggris.

"Apa kau siap hidup denganku di negara yang tak kuketahui keadaannya?" tanya Owen pada Sisi yang langsung mengangguk mendengar pertanyaan suaminya itu.

"Baiklah!" jawab Owen lalu melangkah ke arah loket untuk membayar tiket yang ditawarkan anak buah kapal itu.

"Dia akan membeli dua tiket ke Italia!" jelas anak buah kapal itu lalu loket memandang Owen yang nampak kacau.

"Boleh aku tau namamu, Tuan?" tanya petugas loket bersiap mencatata nama Owen di manifest penumpang.

"Namaku Owen..., Owen Del Monte!"

"Baiklah!" Petugas langsung mencatat nama Owen tanpa melihat lagi ke arahnya. "Lalu istrimu?"

"Dia Sisi..., Sisi Del Monte!" ucap Owen dengan yakin.

"Oh, kau juga keturunan mafia Italy?" tanya petugas loket membuat Owen yang tertunduk langsung menatapnya bingung.

"Iya, seingatku ada keluarga mafia bernama itu, mereka sempat kehilangan anak mereka yang pergi dari rumah dan kabarnya memang tinggal di Inggris!"

Owen tersenyum kecut, "Mafia?" tanyanya lalu pikiran nakalnya mulai muncul.

"Apa kau keturunan mafia itu?" tanya petugas loket itu lagi.

"Mmmm, sayangnya aku kehilangan ingatanku saat kecelakaan di London, semoga kepulanganku akan membuat ingatanku kembali!" bualan Owen terdengar begitu merdu hingga petugas loket langsung memanggil anak buah kapal itu dan memintanya mengantarkan Owen ke ruang VIP saja, bukan ke barak seperti apa yang tercantum di tiket.

"Kau bilang antar dia ke ruang VIP?"

"Benar, bisa jadi dia anak mafia Italy yang terkenal itu! Cepat!"

"Ba..., baiklah! Tuan mafia, ikutlah denganku, kapalmu sudah bersiap untuk pergi!"

Owen langsung tersenyum dan menyusul Sisi yang sejak tadi menunggunya di kursi tunggu.

"Kita pergi sekarang?" tanya Sisi memastikan keberangakatan mereka ke negara baru itu.

"Iya, kita akan pergi dengan identitas kita yang baru!" seru Owen lega.