webnovel

Tales of The Philosopher

Alex, seorang remaja laki-laki dengan latar belakang yang misterius. Remaja laki-laki yang bisa melihat sisi lain kehidupan melalui mata tajamnya. Dia adalah seorang yang berani untuk berdiri teguh melawan dunia yang menindasnya.

NagaPerak · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
8 Chs

Act 03, Pembimbing yang selalu mengawasi

Aku telah hidup cukup lama sampai aku tidak bisa mengingat banyak hal- yang telah kulalui selama hidupku ini. Semua itu datang dan pergi bagaikan angin malam. Tak bisa dilihat namun bisa dirasakan. Dihidupku yang singkat ini, telah banyak penyasalan yang terjadi.

Karenanya, aku tidak mau mengalami lebih banyak penyesalan lagi. Aku akan melakukan apa yang kuanggap benar dan menjalani hidup tanpa sebuah penyesalan. Sebagaimana aku telah melakukan hal terhadap anak laki-laki itu. Aku tidak menyesal karena telah membantunya selama ini.

Dikota Rine ini ada seorang anak laki-laki yang spesial bagiku. Sekarang dia telah menjadi seorang pemuda yang tumbuh dewasa. Dia spesial karena dia tidak seperti kebanyakan orang atau pemuda lainnya.

Dimataku dia seperti sebuah permata emas yang langka. Aku tidak akan pernah menyesal karena telah membantunya selama ini. Karena dia adalah emas yang suatu waktu akan disadari dan dihormati orang lainnya. Bukan tidak mungkin jika dia juga membawa sebuah hal besar bagi kerajaan ini.

Setiap kali aku mendengar perkembangannya membuatku gugup. Apa dia akan menjadi permata emas yang akan bersinar atau menjadi sebuah permata emas yang akan terbuang?

"Yang Mulia, Uskup. Apa anda tetap ingin menemui bocah itu?" Ungkap Mark, seorang pelayan yang membantuku.

"Aku tidak merubah pemikiranku Mark. Aku tetap ingin bertemu dengannya." Balasku dengan tegas memberinya perintah.

"Dia sudah pernah meremehkan nama anda! Bagaimana mungkin kita bisa menerimanya masuk ke dalam gereja?" Tanya Mark dengan nada tinggi kepadaku.

Mark adalah pelayan pembantuku. Namun aku khawatir dia tidak lain hanyalah bawahan Quentius, pemimpin gereja Parmos saat ini.

"Bukan hak mu untuk melarang orang lain, Mark. Kau hanya ditugaskan membantuku saja. Bukan memberikanku perintah." Balasku dengan tegas.

"Tapi-"

"Aku yakin anak itu tidak bermaksud untuk merendahkanku."

"Lalu apakah dia memang akan datang kesini? Anda sepertinya sangat yakin."

"Dia pasti datang. Karna hari ini adalah hari dimana ibunya meninggal."

Setelah memberikan perintah kepada Mark. Aku bergegas untuk masuk kedalam gereja. Karna sepertinya anak itu sudah datang beberapa waktu lalu dan saat ini dia pasti masih berada di area makam belakang gereja.

Perasaanku sedikit tegang karena kali ini aku menemuinya lagi setelah beberapa tahun kami tidak bertemu. Aku tetap mengawasinya dari jauh namun aku tidak bisa berbuat banyak untuknya lagi, karena posisiku saat ini yang telah menjadi uskup agung gereja parmos. Setidaknya dia masih memiliki orang yang baik dan peduli padanya. Kurasa dengan begitu dia tidak akan hidup sendirian lagi, kecuali dia memang ingin hidup seperti itu.

Pikirannya yang selalu sulit untuk dipahami itu selalu membuat orang tua sepertiku ini sedikit lelah jika berusan dengannya. Dia seperti berasal dari dunia yang berbeda dengan cara pikir yang berbeda pula. Benar-benar layaknya sebuah permata emas yang langka.

Tujuanku kesini tidak lain adalah untuk memastikan tentang rumor yang telah beredar dalam dua minggu terakhir ini. Sebelum rumor ini terdengar oleh atasan gereja parmos lain, aku harus memastikannya terlebih dahulu. Tergantung dari jawabannya aku akan mengambil sebuah keputusan, apakah akan membantunya atau tidak.

Aku bisa melihat ada dua anak muda itu berjalan ke arahku dari tempatku beridiri. Tidak laama kemudian, setelah salah satu dari mereka mengetahui keberadaanku. Anak itu bernama Jefferson Cohen, seorang anak dari petugas kepolisian setempat.

"Us-uskup agung Johannes?." Ungkap Jefferson dengan sedikit terbata-bata. Dia terlihap gugup saat melihatku.

"Cohen muda, bisakah aku berbicara dengan temanmu itu hanya berdua saja?" Ucapku berusaha untuk terlihat seramah mungkin.

Jefferson awalnya terlihat ragu dan gugup, akhirnya bisa meninggalkan kami berdua. Suasana yang sedikit tegang sempat terjadi, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Apa kabarmu Alex? Kau terlihat berbeda hari ini." Ungkapku memulai pembicaraan.

"Apa anda punya masalah denganku?" Ucap Alex dengan tatapan tajamnya. Dia tidak terlihat seperti

orang yang bersalah. Tatapan itu justru sepertinya menintimidasi diriku ini.

"Apa kau memiliki sebuah kebencian terhadapku?" Balasku dengan maksud untuk mengulur pembicaraan sesaat.

"Aku tidak membenci anda. Hanya saja aku merasa terganggu dengan kehadiran anda saja." Ungkap Alex dengan santainya.

Dia dengan mudahnya berkata seperti itu kepadaku. Jika ada orang lain yang mendengarnya maka ini akan menjadi sebuah masalah. Sikap Alex yang tidak pernah menahan ucapannya itu sangat sulit untuk diubah.

"Aku menganggap tidak pernah mendengarkan ucapanmu itu barusan." Balasku dengan harap Alex sadar akan apa yang baru saja di ucapkannya.

"Seharusnya anda tidak mengangap semua pembicaraan kita ini nantinya. Karena aku tidak pernah menahan diriku dan anda tahu betul hal itu bukan?" Balas Alex, langsung menusuk jauh kedalam.

"Kau bisa mendapatkan masalah jika terus seperti itu. Tidak setiap saat aku bisa menolongmu." Balasku sambil menghela nafas.

Anak ini tidak pernah berubah, dia sepertinya tidak ingin hidup dalam penyesalan. Aku paham itu tapi terkadang tidak semua hal bisa dilakukan dengan sembarangan.

"Anda tidak perlu khawatir. Aku tidak ingin kembali terjerat masalah." Balasnya sambil tersenyum tipis kearahku. Sebuah senyuman yang sudah menjadi cirikhasnya selama ini.

Setelahnya aku berbicara singkat dengan Alex mengenai rumor yang beredar. Dia tidak mengelak sama sekali namun disisi lain dia tidak merasa melakukan kesalahan sama sekali.

"Aku hanya memberikan perlindungan untuk seorang anak kecil yang tidak mempunyai tempat tinggal. Terlepas apakah dia budak atau bukan itu bukan masalahku. Namun jika itu adalah tindakan melanggar hukum maka hukum itu lah yang salah. Hukum macam apa yang melarang kita untuk membantu orang tidak berdaya? Terlebih hanya sekedar anak kecil yang malang itu." Tegas Alex dengan cukup banyak penekanan dalam ucapannya.

Apa yang diucapkannya tidaklah salah. Gereja parmos sudah menjadi agama resmi kerjaan kurang lebih sejak lima belas tahun yang lalu. Ajaran dalam gereja parmos itu sendiri sangat menentang perbudakan dan penindasan orang lemah.

Sudah seharusnya, gereja parmos bisa membawa perubahan bagi kerajaan ini. Namun faktanya, perbudakan masih tetap ada dan penindasan akan orang lemah masih hal yang lumrah terjadi. Gereja parmos telah gagal sejak awal, dan sekarang telah menjadi alat politik dan perebutan kekuasaan.

"Aku sebenarnya setuju dengan apa yang kau katakan. Tapia pa kau yakin akan melwan hukum hanya untuk menolong budak itu?" Tanyaku untuk memastikan.

"Aku memilih untuk menjadi manusia meskipun berlawanan dengan hukum yang seperti itu. Itu lebih baik dari pada aku harus mengikuti hukum yang menhalangiku untuk menjadis seorang manusia yang seharusnya." Ungkapnya dengan penuh keyakinan terpampang jelas disorot matanya.

Alex mengucapkan itu dengan penuh keyakinan dan tanpa ada keraguan sama sekali. Aku kagum dengan anak ini, dia lebih bisa melihat situasi dan mengambil sikap yang seharusnya dibanding orang tua sepertiku.

"Baiklah, aku melihat keyakinan didalam dirimu." Balasku.

"Apa yang akan anda lakukan setelah aku mengatakan ini? Apa anda akan menangkap anak kecil itu?" Tanya Alex yang sepertinya mencurigaiku.

"Bodoh. Aku ingin membantumu." Balasku dengan jengkel.

"Baiklah, aku mohon agar anda bisa membantuku dalam masalah ini. Aku akan sangat berhutang pada anda nantinya!" Ungkap Alex dengan nada yang berbeda dari biasanya.

Aku menyadari saat ini adalah pertama kalinya dia memohon padaku. Selama ini dia selalu melakukan segalanya sendiri. Dia pasti sudah mulai berubah atau mungkin dia sudah menyadari sesuatu yang baru? Aku hanya bisa menduga-duga saja.

"Aku akan membantumu. Lalu kau harus berjanji untuk merawat anak kecil itu. Aku tidak bisa membantu lebih dari ini." Ungkapku.

Alex tidak keberatan dengan persyaratan yang kuberikan dan kami berdua langsung saling menyepakatinya. Setelahnya, Alex pergi begitu saja tanpa banyak berkata-kata. Aku yakin suatu hari dia akan melakukan berubahan besar di negara ini.

Helloo... Ini EYA

Dalam Act 03 ini, kita melihat sudut pandang karakter baru! Namanya adalah Johanes Cyrimac. Seorang petinggi dalam gereja parmos.

Cerita kita sudah mulai kompleks saat ini. Dan dijamin akan semakin seru untuk dibaca kelanjutannya!

Untuk Act 03 akan ada Extras. Namun dikarenakan kesibukan, mulai saat act 03 ini dipublish. Selanjutkannya, ada kemungkinan EYA hanya bisa membuat cerita paling banyak seminggu 1 act (Kalo lagi lenggang bisa sama Extrasnya sekalian)

Meski begitu, cerita tetap berjalan! Jangan khawatir, EYA tetep usahain untuk terus bisa publish tiap 2/3 hari sekali kok.

Jdi terus ikuti kelanjutnnya. \('u')/

NagaPerakcreators' thoughts