Chanyeol, Pria itu kembali ke apartement mewahnya dengan langkah gontai, dia terlalu lelah meladeni pasien gawat darurat yang membutuhkan bantuan secepat kilat, jika tidak, nyawa mereka mungkin akan melayang.
Pria itu merebahkan tubuhnya di ranjang besar di tengah kamarnya, pikiraanya masih tertuju pada gadis korban kecelakaan yang meneriakan namanya seperti orang yang sudah saling mengenal dengan dekat "Chanyeol-ie?" Pria itu tersenyum "...Bahkan Eomma ku saja tidak pernah memanggilku seperti itu, dan...bagaimana dia mengetahui namaku?, bahkan ID card ku saja terbalik" dia tertawa kecil kemudian memejamkan matanya, bagaimanapun tubuhnya butuh istirahat, setelah jam kerjanya melebihi batasnya, 12 jam yang berakhir menjadi 15 jam.
"Gwenchana Chanyeol-ah, lagipula dia gadis yang cantik, pftt" dia bergumam sendiri dan menahan tawanya saat wajah gadis itu semakin terbayang ketika dia memejamkan matanya, seperti ada sebuah fragmen dari ingatanya yang berfokus pada gadis itu, ada perasaan aneh yang membuatnya merasa bersalah pada gadis itu.
Chanyeol mencoba memejamkan matanya, tapi kali ini fokus nya teralihkan karena peristaltik lambungnya yang terdengar nyaring.
"Aah... Aku tidak bisa tidur jika aku kelaparan seperti ini, huft" Pria itu bangkit, dan keluar dari kamarnya demi mencari sesuatu yang bisa di cerna oleh lambungnya.
Malangnya dia hanya menemukan Kimchi dan air mineral saja di lemari pendingin.
"Haah..." dia menyesali kejadian siang tadi yang dengan mudahnya meng'iya'kan permintaan Sehun untuk menggantikanya berjaga yang berakhir dengan 15jam-nya berjaga dan melupakan rencananya untuk belanja bahan makanan untuk 1minggu ke depan.
"Oh Sehun sialan!!" Pria itu mengumpat, sambil meneguk air mineral yg dia ambil dari lemari pendingin nya.
Pasalnya dengan tiba-tiba teman sejawatnya itu mengatakan jika dirinya harus segera pulang karena celana yang dia kenakan robek tersangkut brankar saat melakukan resusitasi, dan meminta nya untuk menggantikan Sehun sementara sampai dia kembali untuk mengganti celana yang baru, alasan macam apa itu?
Chanyeol tahu itu hanya omong kosong agar Sehun bisa berkencan dengan kekasihnya, karena faktanya sampai jam kerja berakhir Sehun tidak juga kembali dan menampakkan batang hidungnya.
"Sialan!!, aku harap jika kelak aku mempunyai kekasih, aku tidak akan seperti si vampir itu"
Tapi, Kesialan tidak sepenuhnya berpihak pada Chanyeol saat matanya menangkap adanya sebuah bungkusan di atas meja yang dia letakkan begitu saja sepulang kerja sekitar 1 jam yang lalu.
"Haah... Ny. Choi, kau adalah penyelamatku" matanya berbinar saat mengingat jika bungkusan itu berisi Kimbab yang di berikan oleh seorang keluarga pasien sesaat sebelum dirinya pulang, wanita itu sedikit memaksa saat memberikanya karena Chanyeol merasa sungkan jika harus menerima sesuatu, tapi wanita itu kembali menghampiri saat dirinya sudah meninggalkan ruang jaganya, dan kembali memberikan bungkusan itu.
"Tidak buruk" Chanyeol bisa menikmati makan malamnya dan bisa tidur dengan nyaman malam ini.
.
.
.
Pagi hari Chanyeol terbangun setelah semalam dia tertidur di sofa, tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.
"Dingin sekali" tubuhnya memutar dan melihat jam yang terpajang di dinding yang sudah menunjukan pukul 7 pagi, matanya membelalak, spontan dia bangkit dari tidurnya.
"Ah.. Aku kesiangan di hari pernikahanku!!" Tanganya meremas rambutnya, kemudian terdiam "Pernikahan?" dia berfikir sejenak.
"Yakk!! Park Chanyeol, cepatlah!!"
Chanyeol memutar mencari seseorang yang meneriakinya dan dia menemukan sosok Sehun yang sudah mengenakan stelan jas dan tatanan rambut hair up nya.
"Sehun-ah, kau tampan sekali" Chanyeol hendak memegang pipi Sehun, tapi laki-laki berkulit pucat itu segera menampik tangan Chanyeol.
"Yak!!, ingat kesepakatan kita Yeol"
"Ani, maksudku bukan itu, tapi--" Chanyeol tergagap.
"Mwohae?, cepat rapihkan bajumu Park, kita hampir terlambat"
Sehun menepuk kedua pundak Chanyeol yg sedikit lebih tinggi darinya, yang juga sudah mengenakan stelan tuxedo untuk acara pemberkatan pernikahan nya hari ini.
"sejak kapan aku mengenakan--" Chanyeol menggantung kalimatnya, karena dengan cepat Sehun menarik tanganya untuk segera pergi menuju tempat tujuan mereka, yaitu sebuah gereja kecil yang letaknya agak jauh dari tempat tinggal Chanyeol.
Saat ini Keduanya sudah berada di sebuah gereja kecil di pinggiran kota, keduanya melangkahkan kaki memasuki gereja kecil itu, yang pintunya mulai terbuka dengan perlahan.
Jantung Chanyeol berdebar kencang, dia sedikit gugup "Ini hari pernikahanku, aku tidak boleh melakukan kesalahan" gumamnya pelan. Chanyeol berjalan menuju altar untuk menunggu mempelai wanita yang sudah mulai berjalan menghampirinya.
Dia begitu cantik dengan gaun pengantinya dan sebuket bunga baby breath di tanganya, rambutnya tergerai cantik dengan flower crown di kepalanya, sesekali gadis itu tersipu saat melihat pria yang sebentar lagi menjadi suaminya itu.
"Yeppeune"
Gumam Chanyeol setelah gadis itu sudah berada di hadapanya, tanpa ragu tanganya mengandeng tangan gadis itu.
Keduanya sesekali mencuri pandang, kemudian keduanya kembali tersipu, mereka berdua tampak manis.
Chanyeol merasakan perasaan menyenangkan yang masih asing baginya, perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya yaitu 'Bahagia', karena hanya kata itu yang dapat dia pikirkan untuk menggambarkan perasaanya saat ini.
Tidak banyak tamu yang datang di tempat itu, selain mereka berdua hanya ada seorang pendeta serta Sehun dan kekasihnya Xiao Lu yang merupakan gadis keturunan China-korea, dan dua orang lain yang entah siapa mereka, Chanyeol tidak terlalu jelas melihatnya.
"Ini sungguh bukan mimpi?" Chanyeol menatap lekat wajah cantik Baekhyun, "... jika iya aku memilih tidak terbangun demi bisa terus bersamamu Byun Baekhyun"
Tanganya mengusap lembut pipi Baekhyun yang kini bersemu merah, gadis itu sedang tersipu.
Setelah mengucapkan janji pernikahan mereka, Chanyeol menyematkan cincin di jari manis gadis yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya, begitupun Baekhyun.
"Gomawo Baekhyun-ah, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu" Chanyeol mengecup dahi gadis cantik itu.
"Ne, gomawo Chanyeol-ie, terimakasih sudah memperlakukan gadis sepertiku dengan baik"
Chanyeol mengecup kening Baekhyun sekali lagi, keduanya terpejam menikmati saat-saat bahagia mereka.
Usai acara, Chanyeol membawa istrinya pulang ke Apartement mewahnya, dia tidak mengerti kenapa waktu cepat sekali berlalu, dan mereka sampai di tempat Chanyeol saat malam hari.
"Baekhyun-ah, istirahatlah kau pasti sudah lelah" Chanyeol mengusap pipi Baekhyun lembut.
Saat ini Keduanya sudah merebahkan tubuh mereka di sebuah tempat tidur besar di kamar Chanyeol.
"Ne Nampyeonie"
"Jaljayo Buin"
Tak lama, keduanya sudah memejamkan mata dan jatuh tertidur lebih dalam untuk mengistirahatkan tubuh mereka yang lelah.
.
.
.
'kriiinggg'
Alarm di ponsel Chanyeol berbunyi dengan kerasnya, membuat tubuh laki-laki bertubuh besar itu hampir jatuh terguling karena terkejut dengan suaranya.
"Aigoo" Matanya mengerjap, dan menelisik keseluruh ruangan seperti mencari keberadaan sesuatu.
"Baekhyun-ah~ kau dimana?" Chanyeol turun dari tempat-nya tidur dan mencari sosok Baekhyun di sekeliling Apartement-nya.
Tiba-tiba saja Chanyeol menghentikan langkahnya dan terdiam, dia baru menyadari jika dirinya tertidur di atas sofa, setelah semalam dia kelaparan kemudian memakan kimbab pemberian salah satu keluarga pasien.
"Byun Baekhyun?, Baekhyun... Byun--" setelah mengingat nama itu, kepalanya terasa berdenyut hebat, membuatnya terdiam sesaat.
Dan tak lama dia bergegas mengambil kunci mobilnya yang semalam dia letakan di meja pantry, kemudian mengambil coat yang tergantung di dekat pintu keluar apartement, tanpa membersihkan diri atau sekedar mencuci muka. Chanyeol melajukan mobilnya menuju Rumah sakit tempatnya bekerja dengan kecepatan di atas rata-rata agar dirinya bisa sampai di tempat itu dengan cepat.
Sesampainya di Rumah Sakit, Chanyeol berlari menuju lift dengan tergesa, yang akan mengantarnya ke lantai 3 tempat gadis yang dia ingat dengan nama Byun Baekhyun itu dirawat, gadis yg sama yang muncul di mimpinya semalam.
Mimpi itu terasa nyata, bahkan saat bangun dan membuka matanya pun dia masih merasakan kebahagiaan yang dia alami dalam mimpi itu, bahkan hatinya-pun masih menghangat saat mengingat bagaimana cara Baekhyun tersenyum padanya.
"Jebal, jebal..." Pria itu tidak sabar saat pintu lift belum juga terbuka, dan tanganya terus saja menekan tombolnya agar lift itu cepat terbuka.
"Yo, Chanyeol-ah, bukanya ini hari lib--" Chanyeol segera berlari saat pintu lift itu terbuka, tanpa memperdulikan sapaan Sehun padanya, dan meninggalkan laki-laki berkulit pucat itu di belakang, yang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Baekhyun-ah, mianhae...jeongmal mianhae" gumamnya, Chanyeol terus saja mengusap wajahnya, saat ini dia sangat gelisah.
Chanyeol berlari menghampiri sebuah kamar dengan tulisan 'Byun Baekhyun' di depan pintunya, dia hanya mematung di depan pintu, Chanyeol tidak berani masuk, dia hanya menatap gadis itu dari celah kaca yang terdapat pada pintu kamar perawatan, gadis itu tampak lemah dengan selang infus yg terpasang di punggung tangan kirinya, juga alat bantu nafas yg sudah di ganti dengan selang nasal, dia menatap Baekhyun dengan tatapan sayu dan entah kenapa dia merasakan penyesalan yang entah bersumber dari mana.
"Apa yang aku lakukan?, bukankah itu hanya mimpi, apa sebelumnya aku pernah mengenalnya?, aku merasa bersalah padanya, tapi untuk apa aku merasa bersalah padanya, bahkan--"
"Arghh... " Chanyeol kembali merasakan denyutan menyakitkan di kepalanya, dan telinganya berdenging membuat laki-laki itu ambruk di depan pintu kamar Baekhyun.
"Baekhyun-ah mianhae" gumamnya, pandanyanya kabur, dan samar-samar dia melihat orang-orang berlari menghampirinya, semuanya bergerak melambat, dan tak lama Chanyeol pun kehilangan kesadaranya.
.
.
.
Tbc