Budayakan vote & Comment
Sorry For Typo
190220
JANGAN DI BACA!
Canggung hanya satu kata itu yg terlahir saat ini, hidangan yg menggiurkan pun terasa hambar karena suasana yg tersaji saat ini, denting sendok dan piring saling bersahutan sekedar penghidup suasana yg hening di meja makan keluarga kecil Jeon.
Tak ada percakapan atau pun canda tawa seperti sebelumnya, mereka sudah hidup berdampingan hampir satu minggu ini, yah yoongi dan jimin. Tak ada interaksi ataupun senyuman untuk menunjukan rasa basa-basi.
"Jungminaaahh... jjah kita berangkat" jungkook menghentikan suapan yg di paksakan sang anak.
"Nde. Eomma jungmin berangkat dulu"
"Iya sayang, belajar yg rajin nde"
"Arraseo, emmm Yo.. yoongi ah tidak jadi"
Jungmin menggenggam tangan Jungkook untuk segera beranjak dari rumah mewah mereka, entah harus bagaimana tapi semua terasa asing.
Jungkook menuju kearah jimin yg sama sekali enggan untuk melirik kearah suaminya itu, kesalnya belum terobati. Jungkook membelai surai lembut jimin lalu mengecup dahi jimin.
"Aku berangkat kerja dulu sayang"
Jungkook beralih kearah yoongi, hanya melemparkan senyuman saja tidak lebih. Gerakan refleks jungkook mengelus perut Yoongi sebelum akhirnya ia benar-benar menghilang dari balik pintu rumah tersebut.
Meskipun hanya sentuhan ringan tapi itu cukup membuat jimin terbakar cemburu, Senyuman cerah tersungging di bibir yoongi, jimin tidak tahu harus bersikap bagaimana kepada Yoongi.
"Senang eoh?"
"Hah??" Yoongi kaget
"Jungkook itu bukan pria romantis tapi setiap tindakan yg tidak di rencanakan olehnya bisa membuat kau tersipu"
"Ma...maksudmu?"
"Cepat atau lambat kau akan tahu Yoongi"
"Jimin, aku... aku turut berduka atas bayimu"
"Terima kasih, mungkin memang sudah kehendak langit"
Jimin membereskan semua sisa makanan yg masih berada di atas meja makan, Yoongi ikut membantu jimin tapi eomma jungmin itu menolak dengan alasan yoongi bisa kelelahan.
"Usia kandunganmu masih sangat rentan, istirahatlah"
"Tapi jim"
"Istirahatlah yoongi, aku ingin mengerjakan sesuatu untuk menghilangkan rasa bosan"
Yoongi mengangguk tanda mengerti dan segera memasuki kamar seperti yg sarankan jimin. Yoongi menutup kamar meninggalkan jimin yg saat ini menatap keseluruh bagian rumahnya, jimin membuang nafas berat perasaannya masih sangat kalut.
Apakah jimin pasrah menerima kodratnya sebagai istri pertama dan sekarang jungkook membawa madunya kedalam rumah mereka, apakah benar mereka akan hidup berdampingan, saat ini jimin hanya ingin ketenangan, selama mereka tidak saling mengganggu satu sama lain maka tak perlu menyulut api untuk menimbulkan kebakaran.
Jimin memulai kegiatannya dengan mencuci piring kotor, membersihkan dapur, membersihkan kaca jendela, menyapu lalu mengepel lantai tapi rasa lelah tak kunjung terasa, ia benar-benar menguras tenaganya untuk meringankan beban mental yg dirasanya saat ini.
Pukul 01.25pm jimin duduk di halam belakang rumah di dekat kamar jungmin, ia mencabut rumput-rumput liar yg mulai tumbuh tinggi. Tanpa di perintah air mata jimin mulai berjatuhan, tak ada sebab yg jelas air bening itu terus mengalir dan jimin membiarkannya berguguran begitu saja.
"Jungkook? Sudah pulang"
"Yoongi, sedang apa? Apa kau sudah makan?"
"Aku baru bangun tidur, tidak lapar kook"
"Hey baby, apa kau menginginkan sesuatu Yoongi?"
"Aku... aku mau asinan mangga kook sepertinya segar"
Jimin memperhatikan interaksi jungkook dan Yoongi dari kejauhan, Jungkook tak melepaskan tangannya dari perut yoongi dan terus mengelus permukaan perut datar yg sudah sedikit membuncit itu.
Air mata jimin semakin mengalir deras seperti air terjun, mereka tidak menyadari jika ada seseorang yg terluka memperhatikan interaksi romantis tersebut.
"Ah... aku hampir lupa kapan terakhir kali jungkook memperlakukan ku begitu" jimin mengalihkan pandangannya dan kembali focus pada kegiatannya.
"Sadarlah jimin, kau bukanlah satu-satunya milik jungkook saat ini" jimin menghapus air matanya dan mencoba tegar.
★★★★★
Jimin menemani anak tampannya mengerjakan tugas rumah yg di berikan saem di sekolah, jungmin tak perlu di bimbing apapun untuk masalah yg satu ini hanya saja melihat keseriusan jungmin membuat jimin ingin berbuat nakal
Jimin mulai mengganggu jungmin dengan melakukan coleka-colekan ringan yg membuat sang anak berteriak kegelian
"Eomaahh hentikann... itu geli"
"Ahh anakku, kenapa kau serius sekali heum?? Eomma sampai di abaikan"
"Sebentar lagi eomma, nanti jungmin akan bermain bersama eomma"
"Kau mirip sekali dengan appamu eoh?"
Jungmin melanjutkan sisa tugasnya yg sempat di ganggu sang eomma, jimin meraih ponselnya sekedar melepaskan rasa bosan sambil menunggu anak tampannya selesai mengerjakan tugas
Jimin membaca beberapa artikel populer yg langsung muncul di beranda aplikasinya dan semua artikel masih berisikan tentang pernikah Jeon Jungkook dan Min Yoongi. Tampaknya berita tersebut masih menjadi perbincangan hangat.
Jimin juga membaca beberapa komentar netizen yg membaca artikel tersebut, entah sejak kapan jimin mulai perduli dengan kolom komentar.
'Ahhh mereka serasi sekali'
'Daebak, pernikahan mereka benar-benar mendunia'
'Aku dengar Yoongi tengah hamil muda'
'Nde, aku rasa anaknya akan seperti Jungkook'
'Yoongi sangat beruntung'
'Semoga rumah tangga mereka akur terus yah'
Jimin melempar hpnya asal, seharusnya ia tak membuka hp dan tetap pokus memperhatikan jungmin, karena ketika ia membaca artikel yg memuat Jungkook dan Yoongi itu akan melukai perasaannya sendiri.
Sekarang dadanya terasa mencekat, seminggu ini jimin memilih tidur bersama jungmin dan interaksinya dengan jungkook hanya sekedar saja mungkin hampir jarang karena ia masih sangat marah kepada jungkook.
"Ini yg kau inginkan"
"Aahh daebak, gomawo jungkook-ah"
"Asal kau bahagia"
"Baby, appa membelikan asinannya seperti yg kau inginkan"
"Hay... apa kabarmu disana?? Senang eoh?"
Lagi, percakapan jungkook dan yoongi masuk kedalam pendengaran jimin dan itu menyakitkan, ingin sekali ia protes tapi saat ini ia sedang marah kepada jungkook, jimin terlalu gengsi jika harus menyapa suaminya terlebih dahulu.
CEKLEK
Pintu kamar jungmin terbuka dan munculah jungkook dengan wajah tampan dan style modisnya, ia masuk kedalam kamar jungmin dan membelai lembut rambut jungmin
"Hy boy, sedang apa?"
"Mengerjakan tugas"
"Eomma mana??"
"Appa tidak melihat eomma?? Atau hanya mengujinya?"
"Oke.. oke, selera humormu buruk sekali jungmahhh"
Jungkook berjalan kearah jimin yg berbaring di ranjang jungmin, namja tampan itu ikut berbaring bersama sang istri, jungkook ingin memeluk tubuh jimin namun ia segera menepis tangan jungkook
"Kau masih marah sayang?"
"Tidak, tapi aku tidak ingin di sentuh oleh mu"
"Kenapa?"
"Melihatmu saja membuatku kesal kook, apalagi jika kau menyentuhku. Kau bisa bermesraan dengan yoongi jika perlu"
"Jim, aku mohon jangan bahas yoongi saat kita berdua"
"Senang punya istri 2 yah? Apa aku juga bisa melakukannya kook? Besok aku akan mengenalkan calon appa baru untuk jungmin"
"Ya Jeon Jimin!!!"
"Apa?? Kau berteriak kepadaku?"
"Kau milikku tak ada satupun orang yg boleh memilikimu selain aku"
"Itu hanya ocehanmu, aku lah yg menentukan hidupku"
"Jimin, sadarlah!!"
"Sakittth!! Jangan menarikku"
Tanpa sadar emosi merasuki diri jungkook dan tak sengaja jungkook lagi-lagi melukai jimin lebih tepatnya perasaan istrinya itu.
"Sejak kapan kau bisa menguasaiku?? Kau bisa berlaku baik pada Yoongi tapi kau dengan mudah melukaiku!"
"Kau punya bukti??"
"Aku melihatnya kook!! Aku melihat kau menyentuh perut Yoongi dan berbicara manis kepadanya, ahhh aku hampir lupa jika di dalam perut Yoongi ada anakmu"
Jimin membanting pintu kamar jungmin dan berlalu meninggalkan suaminya berserta jungmin yg masih terduduk bingung.
"Mianah jungmin, lanjutkan belajarmu, appa akan berbicara kepada eomma"
Jungkook keluar dari kamar jungmin mengejar jimin yg sudah lebih dulu berlari menuju kamar di lantai dua
"Ada apa kook??"
"Tidurlah Yoongi, tidak ada apa-apa"
Yoongi memandangi punggung sang suami yg menaiki anak tangga dengan tidak santai, Yoongi kaget mendengar dentuman keras dan segera keluar kamar, ia melihat jimin menghapus air matanya saat berlari menuju kamar.
BRAK!!
Jungkook mendobrak pintu kamar yg sebelumnya telah di kunci oleh jimin, namja mungil itu kaget saat jungkook bisa menghancurkan pintu kamar mereka
"Jimin, ayo kita bicara"
"Apa?? Apa yg ingin kau bahas huh?"
"Sayang tenangkan dirimu"
"Jangan mendekat kook, aku memperingati!!"
"Jangan membuatku marah jiminah"
Jungkook menuju kearah jimin lalu memegang tangan istrinya dengan sangat kuat, tanpa sadar cengkramannya benar-benar membuat jimin meringis.
"Sakit.. hiks sakit kook, lepaskaan!!!!"
"Ummmhh... ahh"
Jungkook meraih tengkuk jimin dan membawa sang istri kedalam pelukannya, ia melumat bibir jimin dengan paksa walau jimin terus meronta
"Kook!! Kau gil... uummm, tidak mau ummm"
Jungkook terus melanjutkan kegiatan gilanya meski jimin terus memukuli suaminya itu, hingga tenaganya terasa mulai memudar.
Badan jimin gemetar dan ia menangis terisak, jungkook kaget melihat perubahan gerakan sang istri akhirnya melepaskan ciuman paksanya.
Jimin menangis terisak seakan-akan baru saja mendapatkan pelecehan seksual dari suaminya sendiri, jungkook benar-benar panik dan segera memeluk jimin
"Sayang?? Gwenchana?? Apa kau sakit??"
"Hiks, kau brengsek!!!"
Jimin menangis tersedu diatas ranjang menyelimuti tubuhnya, isakan tangis jimin terdengar hingga lantai dasar. Jimin benar-benar terluka atas perlakuan sang suami yg memaksanya dengan kasar, tidak seperti Jeon Jungkook yg dikanalnya.
Jungkook tidak pernah melakukan pemaksaan kepada jimin sebelumnya, saat ini jungkook hanya bisa memperhatikan jimin yg menangis meraung tanpa henti, ia tak tahu haru bagaimana. Jungkook menyesali perbuatan yg di lakukan diluar akal sehatnya karena terbawa emosi.
QaraTanjung