webnovel

Hari pernikahan

Sekretaris Ang melangkah memasuki kamar Garra.

Pria itu mendekati Tuan mudanya.

"Tuan muda."

Garra menatap nya. Masih dengan keadaan duduk bersandar di tepi ranjang besarnya.

"Apa anda sudah siap dengan pernikahan ini?" Tanya sekretaris Ang.

"Tuan, anda tidak perlu cemas. Sesuai yang anda inginkan. Saya sudah mengarahkan tuan Abraham untuk mengambil gadis itu. Nama nya Mia. Dia tidak akan mengecewakanmu." Kembali Sekretaris Ang berucap. Sementara Garra hanya tersenyum tipis.

"Gadis yang malang. Polos, tapi penuh ketulusan. Anda akan aman bersama nya. Dan Tuan Abraham kali ini telah menggali kuburan nya sendiri. Bersiaplah Tuan." Sekretaris Ang melangkah, kembali meninggalkan Garra yang hanya diam saja.

Semua orang tau, Garra bukan hanya lumpuh, bukan hanya bisu, tapi juga tidak dapat mendengar dengan baik lagi. Hampir semua saraf di tubuh nya rusak. Mayat hidup, julukan yang pantas untuk Tuan Muda pewaris tunggal Keluarga Mahendra itu.

Tapi tidak untuk sekretaris Ang, orang yang begitu setia pada keluarga Mahendra.

Yang terlihat menjaga jarak itu, namun sebenarnya selalu ingin melindungi nya dan berjanji akan terus melindungi Tuan muda nya sampai berhasil melewati masa sulit nya ini. Ang, selalu yakin, walaupun tidak dapat berbicara, tapi Tuan muda nya bisa mendengar dengan jelas. Terbukti, jika Ang berbicara, Garra bisa menanggapinya dengan baik.

Sementara di ruangan lain.

Mia sudah berada di kamar sementara nya. Dia juga tidak paham kenapa dia tidak dipertemukan dengan calon suaminya.

Hanya saja menurut beberapa pelayan yang melayani nya, Tuan muda Garra walaupun lumpuh dia tidak bisa sembarangan ditemui dan disentuh oleh siapapun. Hanya satu pelayan saja yang boleh melayani nya yaitu Bu Asri. Dan dua pelayan pria pilihan Tuan Abraham yang mendapat tugas untuk mengantarkan makanan dan keperluan tuan muda Garra ke kamar nya.

Dan,

Waktu itu benar benar tiba.

Sesuatu yang begitu menggetarkan hati Mia. Hal yang sebenarnya tidak diinginkan nya dan bahkan tidak pernah di impikan seumur hidupnya.

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar sementara Mia.

"Nona, silahkan berganti baju dahulu. Saya akan menunggu di sini." Kata sekretaris Ang yang sudah berdiri di depan pintu bersama seorang pelayan wanita.

Mia hanya diam saja, dia tidak menjawab dan tidak mengangguk.

Pelayan wanita itu masuk ke dalam kamar nya dan sekretaris Ang menutup pintu.

Pelayan wanita itu tersenyum ramah ke arah Mia.

"Saya akan membantu Nona berganti." Ucapnya , sambil membawa sebuah kebaya putih di tangannya.

Mia hanya mengangguk.

Dan pelayan itu membantu Mia mengenakan kebaya itu. Tampak sederhana sekali, tidak seperti cerita cerita yang pernah Mia dengar dari Jihan atau Yuri, jika seorang konglomerat menikah akan mengenakan gaun bagus yang mahal. Belum lagi pesta nya akan di selenggarakan di gedung berbintang.

Ah, ini kan hanya pernikahan di atas kertas.

Mia sudah selesai berganti, balutan kebaya putih sederhana itu sungguh bisa merubah penampilan nya. Terlihat begitu anggun dan cantik dengan paduan make up tipis di wajahnya.

Pelayan wanita itu pun bahkan terpesona.

"Nona, kenapa kau begitu cantik hanya dengan kebaya seperti ini?" puji nya.

Mia hanya tersenyum getir.

"Nona, anda boleh memanggil saya kapan saja jika membutuhkan saya. Nama saya Bu Asri. Saya adalah pelayan Tuan Mahendra dan Nyonya Mahendra ketika beliau berdua masih hidup dahulu. Dan saat ini hanya saya satu satu nya pelayan yang Tuan muda Garra ijinkan untuk melayani nya. Semoga dengan kehadiran Nona, Tuan muda mau di layani oleh anda." Ucap pelayan itu memperkenalkan dirinya.

"Terimakasih bu." Jawab Mia.

"Ah, suara anda begitu merdu. Semoga Tuan muda akan menjadi lebih baik di tangan anda Nona." Ucap pelayan itu kembali.

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan di otak Mia yang ingin ia tanyakan pada pelayan itu, tapi Mia berusaha menahan nya. Dia mengingat perjanjian itu. Tidak boleh mengurusi apapun di luar urusan tuan muda.

'Ah, baik lah. Aku tidak perlu tau apapun. Ah.. tapi??'

"Bu.. Sebenarnya. Ah, tidak bi, tidak jadi." Mia mengurungkan niat bertanya nya..dan kembali fokus dengan dandanan nya.

"Nona tidak perlu cemas, saat nya nanti Nona akan paham dengan sendirinya." Ucap Bu Asri, seperti tau apa yang ingin dikatakan Mia.

"Ini sudah selesai. Baiklah, kita bisa pergi sekarang." Ucap Bu Asri.

Mia mengangguk dan mengikuti langkah Bu Asri yang membuka pintu. Diluar, Sekretaris Ang masih setia menunggu dan segera mempersilahkan Mia untuk mengikuti nya.

Mereka memasuki sebuah kamar yang berukuran besar dan begitu mewah. Dengan sebuah ranjang yang besar juga.

Mia bisa melihat beberapa orang di sana, diantaranya Tuan Abraham ada di sana.

Lalu seorang Ustad, ah, bukan bukan! Lebih tepatnya seorang penghulu.

Mata Mia melirik seorang pria yang duduk di kursi roda. Wajahnya tampan, tapi terlihat muram dengan rambut ikal dan panjang tak terurus.

'Apakah dia calon suami ku?'

Mia tersentak ketika sekretaris Ang memanggil nya.

"Nona! Mari silahkan."

Mia melangkah sesuai petunjuk sekretaris Ang.

Kini mia duduk di sofa , tepat di depan Pak Penghulu, dan di sebelahnya pria berkursi roda tadi.

Suasana mendadak hening, seperti mencekam.

Mia seperti sedang menunggu.

'Apakah pernikahannya akan segera dimulai?'

'Bahkan Ayah tidak ingin hadir disini menjadi wali ku.' Keluh hati Mia.

Sesaat setelah semua terdiam, Penghulu pun memulai acara.

Perlu kita ketahui, seperti yang dijelaskan pada situs piss-ktb.com, cara ijab qobul orang bisu dalam akad nikah bisa dilakukan dengan isyarat, dengan syarat bila isyaratnya sharih (jelas), jika tidak sharih, dalam arti isyaratnya menimbulkan kinayah atau ia bisa menulis maka bila ia masih bisa mewakilkan ia harus mewakilkan dan jika tidak bisa mewakilkan maka ijab qabulnya boleh dilakukan dengan isyarat kinayah atau dengan tulisan karena darurat.

Masalah nya disini, Garra bukan hanya bisu tapi juga tidak bisa menggerakkan tubuhnya, sebab itu , ijab qobul nya sudah pasti di wakilkan. Dan Sekretaris Ang yang di percayai untuk mewakilinya.

Seharusnya, hari ini menjadi hari terbahagia dalam hidup Mia. Momen yang paling berharga bagi nya, tapi semua itu tidak dirasakan oleh Mia.

Tidak ada orang tua Mia, tidak ada orang Garra. Tidak ada sanak saudara yang hadir untuk memberi restu mereka. Sungguh pernikahan paling menyedihkan.

Bahkan Mia sempat menangis ketika saksi mengucapkan kata sah! Garra sedikit melirik padanya seperti ingin mengusap air mata wanita itu.

Setelah acara selesai, satu persatu orang pergi meninggalkan kamar tanpa berbicara.

Tersisa sekretaris Ang saja.

"Nona! Mulai sekarang Nona sudah resmi menjadi Nona muda Mahendra. Jadi, Tuan Muda Garra sudah menjadi tanggung jawab Nona sepenuh nya. Semoga Nona bisa menjadi istri yang baik untuk Tuan muda. Dan jangan sungkan menghubungi saya jika anda membutuhkan sesuatu." Ucap sekretaris Ang.

"Baik Tuan, terimakasih." Jawab Mia.

Sekretaris Ang beralih menghampiri Garra.

"Tuan muda, selamat ya. Semoga Tuan muda senang dengan pernikahan anda. Saya pergi dulu." Ang pamit.

Kini hanya tinggal Mia dan Garra.

Hati Mia bergetar menatap Garra, dia sudah menjadi istri pria cacat di hadapan nya itu.

Seperti sedang bermimpi buruk. Tapi melihat keadaan Garra, hati Mia tersentuh. Pria calon pewaris tunggal itu, seperti tidak terurus.

Tiba tiba Mia terkejut, melihat Garra berusaha untuk bangun dari kursi rodanya dan hampir jatuh.

"Biar saya bantu Tuan." Mia cepat merengkuh tubuh pria itu dan kembali mendudukkan nya di kursi roda. Lalu mendorongnya ke tepi ranjang.

"Tunggu sebentar Tuan,Saya akan berganti dulu."

Garra hanya menatap sekilas kearah Mia.

'Manis sekali dia! Apakah dia mempunyai hati tulus seperti wajahnya?'

Mia segera pergi ke kamar mandi untuk berganti, setelah mengambil baju milik nya di dalam koper nya yang sudah ada di dalam kamar itu. Entah kapan mereka membawa koper nya ke situ. Mia pun tidak tau.