|POV WILLIAM ANTSLEY|
Kami terus mendaki keatas dan menyebrangi sungai kembali. Dan sepertinya dugaanku benar. Tempat latihan kami nanti sepertinya dekat dengan air terjun. Setelah 30 menit kami menaiki bukit ini, akhirnya kami tiba di air terjun yang dikelilingi tebing batu gunung di sekitarnya yang ukurannya kurang lebih 20 x 30 meter luas nya dengan tinggi kurang lebih 20 meter.
"Pegang yang erat, willy" dia terus berjalan menuju air terjun yang ada di depan kami ini.
Aku pikir kami akan berlatih di luar sini. Namun ayah terus berjalan mendekati air terjun yang deras itu. Dengan langkah yang mulai memasuki genangan air yang berada tepat di depan air terjun ini turun, terlihat ingin menerobos masuk menembus air terjunnya. Aku mengintip melewati pundak kanan Jack.
[Barrier] selagi terus berjalan, dia merapalkan sebuah sihir penghalang pada kami membentuk sebuah bola dengan corak hexagonal berwarna jingga.
Dengan barrier yang melindungi kami, air terjun setinggi kurang lebih 20 meter itu tidak dapat mengenai kami yg berada di dalam nya. Tak kusangka dia menuju ke tempat lain di balik air terjun ini.
Yang ada dipikiranku saat ini adalah setelah melewati air terjun, kami memasuki sebuah gua yang gelap gulita tanpa penerangan apapun.
Namun nyatanya itu salah.
Setelah melewati air terjun, yang kulihat adalah sebuah gerbang alami berbentuk simbol 'irisan' dengan bagian sisinya terbuat dari stalagmit. Gerbang masuknya terlihat seperti sebuah cermin dengan tinggi sekitar 2,5 meter.
"Apa kau bisa berjalan kembali?" tanya nya dengan menoleh kearahku. Kemudian dia berjongkok untuk menurunkanku.
Aku mencoba menggerakkan kaki kanan kedepan dan kebelakang dilanjutkan kaki kiri.
"Um.... sepertinya sudah bisa" jawabku merasa kakiku sudah tidak lelah.
"Kau mungkin akan suka dengan pemandangan yang ada dibalik gerbang ini" ucapnya dengan mengarahkan jempolnya ke arah gerbang itu.
Entah itu gerbang atau bukan, tetapi apakah kami bisa melewatinya? Itu hanya terlihat seperti cermin. Bagaimana cara kita menembus cermin?
"Bagaimana cara kita melewati cermin itu?" aku bertanya penasaran sambil membersihkan pakaian.
"Hoho... sepertinya 'cermin' yang kau maksud ini telah menipu indra penglihatanmu" dia menjawab sambil menggerakan tangannya kearah cermin itu.
Tertipu? Jelas sekali itu cermin. Bagaiman bisa aku tertipu?
"Perhatikan Willy" setelah dia menyuruhku untuk memperhatikannya nya, dia mulai menyentuh cermin itu.
Tetapi, tangannya menembus cermin tersebut. Setelah ku fokus memperhatikannya, ternyata itu adalah aliran air yg jatuh dari atas. Tapi bagaimana bisa airnya tidak terdengar aliran nya atau arus air itu mengalir. Kemungkinan air itu bergerak turun dengan lancar tanpa gangguan apapun yang bisa disebut laminar flow. Ini tidak masuk akal bagiku; namun aku juga sadar jika ini adalah dunia sihir. Apapun yang mustahil di duniaku bisa saja terjadi di dunia ini.
"Apa kau mau mencoba menyentuhnya?" ia menarik tangan nya kembali.
Aku mendekati gerbang itu dengan perlahan dan mencoba menyentuh air itu. Sebelum aku menyentuhnya, Jack mengulur dan mengarahkan telapak tangan nya ke arah tanganku. Seketika tanganku bersinar jingga kekuningan.
"Sekarang coba sentuh perlahan" ucapnya.
Tangan nya juga mengikuti pergerakan tanganku saat menyentuh air itu. Disaat mulai menyentuh dan memasukkan tanganku, air itu terasa hangat. Berbeda dengan air terjun tadi yang dingin.
Jack menarik tangan nya lalu berjongkok dibelakangku dan mengarahkan telapaknya ke punggungku. Merasa heran akupun menoleh kebelakang. Telapaknya bercahaya seperti tadi lagi dan tiba-tiba seluruh tubuhku terasa hangat dan merasa ringan.
"Tiba-tiba aku merasa hangat. Apa yang kau lakukan padaku, ayah?" aku bertanya sembari menarik tanganku dari air itu.
"Itu adalah adalah sihir proteksi untuk melindungimu saat kau melewati Corrupted Fluid" jawabnya dan kembali berdiri.
Jadi itu bukan cairan biasa seperti air terjun tadi. Mungkin itulah mengapa aku diberi sebuah proteksi agar cairan itu tidak membahayakan diriku
"Apa kau siap untuk memasuki gerbang ini, Willy?" dengan senyuman, dia mempersiapkan diri untuk masuk melewati gerbang itu.
"aku siap, ayah" jawabku.
Tanpa pikir panjang kami mulai memasuki gerbang itu perlahan.
Setelah melewati cairan yang cukup tebal itu, kami tiba di sisi lain gerbang. Saat pertama kali ku melihatnya, cahaya nya begitu silau di mataku. Dengan menyipitkan mataku dan menghalangi cahaya dengan tanganku, aku mulai dapat melihat jelas.
Itu adalah sebuah dataran luas dengan sebuah Pohon besar dan rumput hijau sepanjang mata memandang. Aku punya gambaran yang terlihat mirip di dunia lamaku. Dataran itu terlihat mirip dengan sebuah wallpaper komputer saat aku masih anak-anak.
Di tempat gerbang tadi kita keluar, terdapat tembok yang membentang pada sisi kiri dan kanan. Tempat ini berbeda jika kita memasuki gerbang tadi dengan logika yang masuk akal. Tidak terdengar air terjun dari sini. dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat rumput bergoyang.
"Bagaimana dengan pemandangan nya, nak? Ayah bertanya sembari memegang kepalaku.
"Ini... ini menakjubkan!, ayah" jawabku dengan wajah takjub.
Ini sungguh indah sekali. Dahulu bagiku yang hidup di perkotaan sangat sangat sulit menemukan pemandangan seperti ini.
"Apa kita akan berlatih disini?" aku mulai tak sabaran.
"Kita akan berlatih dekat pohon itu" jawabnya sambil menunjuk kearah satu-satunya pohon di depan.
Aku langsung berlari kearah pohon itu diikuti Jack yang berjalan dibelakang.
Semakin dekat dengan pohon itu, ukuran nya lebih besar dari yang kubayangkan. Karena rasa lelah berlari tadi, tanpa pikir panjang aku menyenderkan diri di pohon besar ini. sensasi berada di tempat ini benar benar berbeda dengan lingkungan kota Arnhemia. Udara yang segar terhirup oleh nafas terengah-engah kelelahan.
"Apa kau siap dengan latihan pertamamu nak?" sesampainya Jack, dia langsung mengajakku untuk latihan.
Saya mencoba membuat cerita pertama ini dengan beberapa referensi luar yang sudah terkenal tentunya
Berikan kritik dan saranmu tentang ceritaku ini seperti contoh soal penulisan dan kata kata yang kugunakan.
Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.