|POV WILLIAM ANTSLEY|
3 tahun telah berlalu, aku mulai mempelajari beberapa buku sihir dasar milik Liz. Terkadang aku mengambilnya diam-diam lalu membawanya ke tempat tidur dan terkadang dia memberikannya sambil mengajariku membaca. Kupikir aku bisa memahaminya dengan cepat, tetapi memang sangat sulit mempelajari bahasa baru. Sudah 4 tahun lebih rasanya aku bereinkarnasi ke dunia ini. Belakangan ini aku mulai memahami sistem sihir pada dunia ini.
Mana merupakan suatu energi pada dunia ini yang terdapat di setiap makhluk hidup. Mana juga bisa disebut sebagai kekuatan yang ada dalam suatu individu. Semakin besar/banyak Mana yang dimiliki suatu individu, maka semakin kuat individu tersebut.
Beralih ke sihir, sebuah sihir dapat digunakan dengan menggunakan Mana yang ada dalam tubuh. Sihir paling dasar di dunia ini yaitu sihir elemental yang terdiri dari Air, Tanah, Api dan Angin. Sihir elemental dapat ditingkatkan menjadi sihir yang lebih superior. Sebagai contoh sihir Air dapat ditingkatkan menjadi sihir Es. Tidak sedikit orang yang tidak menguasai elemen dasar, namun menguasai elemen superior nya. Efektifitas sebuah sihir dapat dilihat oleh penggunanya.
Misal jika seseorang menggunakan sihir api untuk sebuah pekerjaan sehari hari seperti memasak, penggunaan Mana untuk sihir tersebebut terbilang kecil. Sebagian besar orang-orang menggunakan sihir dengan bantuan alat seperti tongkat'wand' untuk mempermudah penggunaan sihir. Untuk menggunakan sebuah sihir, pengguna biasanya merapalkan sebuah mantra lewat mulutnya. Dan mantra tersebut bisa dikeluarkan apabila pengguna telah menguasai mantra sihir tersebut.
Berbeda dengan orang yang menggunakan sihir untuk kebutuhan sehari-hari, seorang petualang memanfaatkan alat yang digunakan untuk mengeluarkan sihir yang lebih besar. Biasanya seorang petualang memiliki kapasitas Mana yang lebih besar dibanding penduduk biasa seperti pedagang contohnya. Setiap orang pada usia 10 tahun, mereka di beramai-ramai pergi ke sebuah kuil di setiap kota untuk mendapatkan sebuah cincin. Cincin tersebut adalah sebuah alat yang dapat berubah menjadi senjata atau alat sesuai dengan keahlian mereka.
Tongkat'wand' lebih sering digunakan sebagai senjata oleh para pengguna untuk membantu melancarkan sihir serangan terhadap objek sasarannya, tetapi tidak sedikit orang menggunakan 'wand' untuk hal-hal membantu petarung dari belakang, Liz contohnya, dia menggunakan wand dengan afinitas elemen air dan juga healing.
Tongkat'staff' biasa digunakan oleh seorang support untuk membantu penyerang bagian depan, dengan contoh menggunakan sihir peningkatan status dan imun. Sama halnya dengan 'wand', seorang support yang menggunakan 'staff' juga dapat melakukan sebuah serangan, namun itu tidak berdampak besar pada sebuah objek.
Pedang juga dapat digunakan sebagai alat untuk membantu menggunakan sihir. Sebuah pedang dapat dialiri oleh Mana pengguna pedang tersebut agar dapat menggunakan sihir. Beberapa Orang menggunakan Pedang ini dengan menggabungkan nya dengan sebuah perisai buatan untuk pertahanan.
Sebuah Panah juga termasuk dalam alat bantu mengeluarkan sihir. Sebuah panah menggunakan Mana untuk dijadikan anak panah sebagai amunisi, jadi tidak perlu repot-repot membawa tas berisikan anak panah. tetapi ada juga beberapa orang yang menggunakan alat itu bersama dengan amunisi nya.
Ke-empat senjata itu merupakan yang paling banyak didapat saat mereka berumur 10 tahun. Beberapa orang mendapatkan senjata yang unik dari itu seperti sebuah sarung tangan, grimoire, hammer dan lain-lain.
Dalam dunia ini tak sedikit pula mereka yang tidak dapat melakukan sihir sama sekali, tetapi mereka masih memiliki Mana. Mereka membuat dirinya berguna sebagai contoh melakukan jual beli aksesoris dan peralatan lainnya. Sangat disayangkan bagi mereka yang hidup dalam dunia penuh sihir ini, namun seperti itulah kehidupan. Menjalaninya dengan baik bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, seperti itulah pendapatku
"Kakak, kau sedang apa?"
Seketika aku menoleh ke kanan dan Dora, panggilannya, sudah ada di samping tempat tidur, beridiri tertegun melihat ke arahku.
"Hwaa!!!" Aku terkejut hingga terjatuh dari kasur di sisi lainnya.
'gedubrak'
"Aduduh. Kau ini.. mengagetkan ku saja" ucapku sambil mengusap kepala.
"Apa yang sedang kau lihat, kak willy?" tanya Dora penasaran.
"Bukan apa-apa, Dora. Sebaiknya kau bermain di ruang tamu" aku menyuruhnya keluar agar aku dapat fokus mempelajari buku ini. setelah aku menyuruhnya untuk keluar, muka Dora tampak tak senang dengan pipinya yg mengembang.
"IBUU!!" langsung saja dia teriak memanggil Ibu dikarenakan aku menyuruhnya pergi. Waduh, ini gawat dia ini seorang pengadu handal ya. Dengan keadaan panik aku langsung meletakkan buku ini di Lemari.
"Ada apa, sayang?"
"Kak Willy pelit, dia tak mau meminjamkan bukunya" dengan ekspresi jengkelnya itu dia mulai berbohong, dasar adik nakal. Dia tidak bilang ingin meminjam buku tersebut.
"Buku? Buku apa Willy?" tanya Liz kepadaku.
"Err.. buku apa? Aku juga tidak tahu apa yang dimaksud Dora" setelah aku menjawab, Liz tersenyum menusuk agar membuatku jujur wajahnya terlihat menyeramkan. "Buku apa, Willy"
"Anu aku sedang membaca buku sihir pemula milik Ibu. Dan juga Dora tidak bilang ingin meminjam buku itu. Lagi pula dia belum bisa membaca" tak banyak basa basi, aku langsung menjawab jujur pertanyaannya melihat dia tersenyum menakutkan seperti itu.
Aku menatap Dora untuk beberapa saat dengan tajam guna membuatnya takut. Berharap dia takut, tetapi dia malah menjulurkan lidahnya kearahku.
"Huft, bisakah kalian berdua ini akrab sebagai kakak adik? Ibu ingin kalian berdua tidak saling mengganggu satu sama lain" menepis tingkahku terhadap Dora dengan permintaannya.
Bagiku itu tidaklah sulit, hanya saja adikku ini orangnya sedikit pendendam jika aku membuatnya terganggu. Setiap hari ada saja kejadian yang membuatnya marah bahkan menangis, dan kesalahannya itu selalu tertuju padaku. Dia selalu memuduhku yang membuat dia terganggu.
"Baik ibu" aku menjawab pelan sambil menundukkan kepala.
Dora tersenyum mengetahui dia berhasil mengalahkanku. mengingat aku tidak pernah merasakan menjadi seorang kakak, aku tak bisa melawan ocehannya selalu. Aku ingin menikmati, merasakan menjadi seorang kakak yang baik.
"Willy!!, kemarilah sebentar"
"Selain itu, sepertinya ayahmu memanggil di luar, Willy" Liz memberitahu kalau aku dipanggil Jack .
Dengan sedikit anggukan, aku segera menemuinya di depan rumah. Terlihat dia seperti ingin melakukan latihan dengan 2 tas yang dipikul nya dan sebuah pedang yang ada di pinggang nya. Kemungkinan ia akan mengajakku ke suatu tempat.
"persiapkan dirimu, Willy. Aku akan mengajarimu menggunakan sebuah pedang"
sudah kuduga dia akan berkata seperti itu dengan semangatnya. Inilah momen yang kutunggu-tunggu, belajar menggunakan pedang. Hasrat menjadi seorang kesatria ku mulai bangkit dalam tubuhku.
"Baiklah. Dimana kita akan melakukannya?" aku menanyakan tempat berlatihnya dengan wajah normal, namun dalam hatiku aku sangat bersemangat akan hal ini.
"Ikutlah denganku, nanti kau akan tahu sendiri" dia menjawab langsung dengan jari jempolnya menunjuk ke belakangnya.
Saya mencoba membuat cerita pertama ini dengan beberapa referensi luar yang sudah terkenal tentunya
Berikan kritik dan saranmu tentang ceritaku ini seperti contoh soal penulisan dan kata kata yang kugunakan.
Punya ide tentang ceritaku? Beri komentar dan beri tahu saya.