webnovel

Chapter 6 : Dream or Maybe…Not

"Jangan mentang-mentang sekarang masih minggu pertama sekolah, kalian seenaknya aja bolos keluar kelas. Dipikir gak ada absen?"

"Maaf Miss, bukannya niat bolos, tadi saya mau ajak Lareina buat masuk ke kelas abis dari UKS, tapi dia malah lari-larian tuh!"

"Lareina, kenapa kamu emang lari-lari? Gak mau masuk kelas? Tumben banget kamu gini, Nak."

Lareina hanya terdiam sembari melamun tanpa merespon pertanyaan Miss Nada, guru yang sekarang ada dihadapannya. Ia dan pria yang sedari tadi mengejarnya itu dihukum dengan berdiri di belakang kelas karena telat.

Lareina kemudian tertawa pasrah, tidak percaya akan situasi yang ia alami sekarang. Wanita itu berpikir bahwa ia ketiduran saat syuting dan sekarang sedang berada di alam mimpi.

"Lah, malah ketawa? Lareina, kamu kenapa?" tanya Miss Nada heran.

Pria disampingnya menepuk bahu Lareina, membuat wanita itu tersadar. "Rei! Jawab."

Lareina kemudian menatap Miss Nada dari atas ke bawah. Seolah sedang memindai gurunya tersebut. Lareina tidak pernah liat wanita ini sebelumnya. Ia bahkan bukan jajaran dari pemain maupun kru. Lareina mengalihkan tatapannya ke pria yang ada disampingnya. Ia terus memperhatikan pria tersebut dan sampai akhirnya sadar siapa identitas dari pria tersebut.

"Wait, lo bukannya Radithya? Sepupu yang sekarang tinggal di jerman yang annoying super kalo ketemu nanya-nanya mulu itu?" tanya Lareina.

Pria yang diasumsikan bernama Radithya itu menjawab. "Rei, udah dong aktingnya! Gue gak mau nambah-nambahin hukuman gue," ujarnya pasrah.

"Lareina! Kok malah mengalihkan pertanyaan? Kamu gak inget sama sepupu kamu sendiri?" tanya Miss Nada yang lagi-lagi terheran dengan sikap Lareina.

"Duh, maaf Miss, maaf. Lareina kayaknya masih kliyengan abis minum obat, makanya ngawur ngidul omongannya. Maaf Miss," ujar Radithya meminta maaf.

Miss Nada menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Ya sudah, berdua duduk aja. Pusing saya. Miss maafin karena masih minggu pertama, kalau ke ulang lagi, gak Miss masukin nilai kamu berdua!"

Radithya pun berterima kasih pada Miss Nada yang hari ini terkesan lebih baik dari biasanya. Miss Nada merupakan guru bahasa inggris yang mengajar kelas 12 dan terkenal sebagai guru killer. Sedangkan Lareina yang masih diam mematung sibuk dengan lamunannya itu ditarik oleh Radithya untuk segera duduk dikursinya.

Lareina duduk di bangku ketiga baris kedua dari pintu kelas, tepat di depan Radithya. Di sebelah Lareina, terdapat gadis dengan poni rata tebal yang terus menatapnya. Lareina merasa tatapan itu menganggunya dan memutuskan untuk membalas tatapan tersebut dengan tatapan tajamnya yang sering ditakuti oleh para manajernya.

"Biasa aja kali ngeliatnya, galak amat. Mau datang bulan ya lo?" ujar gadis itu membuka obrolan.

Lareina memutarkan bola matanya kesal. "Lo duluan yang dari tadi ngeliatin," balas Lareina tanpa menggunakan bahasa formal karena sudah sangat jelas bahwa gadis yang disampingnya ini jauh lebih muda darinya.

"Ya gue liatin karena lo aneh. Tumben amat telat? Bukannya di UKS lo cuma mau ambil obat sakit kepala doang? Kok lama amat?" tanya gadis itu menghujam Lareina dengan berbagai pertanyaan.

"Lo siapa lagi? Nanya mulu?" Lareina melihat name tag yang tertera dalam seragam gadis itu. "Moezza Aleta? Gue gak pernah ngeliat lo sebelumnya."

Gadis yang ternyata bernama Moezza itu menutup mulutnya tanda tidak percaya, lalu menoleh ke arah bangku yang ada dibelakangnya. "Radit, ini sepupu lo lagi belajar akting apa gimana? Mau ganti cita-cita dia?" tanya Moezza kepada Radithya yang dibalas gelengan oleh pria tersebut.

Lareina mengalihkan pandangannya ke Miss Nada dan papan tulis yang ada dihadapannya. Ia benar-benar berada di sebuah kelas dan belajar pelajaran bahasa inggris dengan materi making suggestions. Ia berpikir apakah mungkin ini adalah method acting yang disiapkan oleh sutradara, tetapi masalahnya, ia tidak melihat semua lawan mainnya disini. Jadi, satu-satunya penjelasan yang tepat adalah ia sedang bermimpi.

Ia berpikir bahwa ia diculik oleh pria aneh bernama Radithya tadi, tetapi melihat wajah Radithya yang ternyata sepupunya itu kebingungan, ia yakin bahwa sepupunya itu tidak menculiknya. Pemikiran kreatif Lareina mengatakan bahwa mungkin saja dia benar-benar berada di tahun 2013. Melihat berita, gaya siswa-siswi disini yang sedikit jadul, serta model jam tangan ketinggalan jaman yang tiba-tiba saja ada di pegelangan tangannya. Seingatnya, ia tidak menggunakan aksesoris apapun, termasuk jam tangan.

Tetapi jika berpikir logis, perjalanan waktu atau time travel ini masih tidak mungkin secara sains. Walaupun berpikir bahwa ini mimpi juga sedikit tidak logis karena terasa terlalu nyata. Namun, Lareina memutuskan untuk tidak terlalu peduli, mungkin saja jika ia akan terbangun secara tiba-tiba.

"Lareina, coba kamu bikin satu contoh kalimat suggestion!" ujar Miss Nada menunjuk Lareina.

Lareina tidak menjawab, melainkan hanya membuang mukanya dan menghela nafas. Ia tidak peduli dengan perintah 'gurunya' itu karena semua ini hanya mimpi.

"Lareina! Miss nanya loh ini, kok gak dijawab?"

Radithya yang melihat tingkah sepupunya dari belakang itu hanya bisa panik dan menepuk pundak Lareina beberapa kali dan menyuruhnya untuk menjawab.

Lareina menoleh ke arah belakang dan menatap sinis Radithya. "Apa sih tepak-tepuk, gak usah sok asik lo sama gue!"

Seisi kelas menatap Lareina dengan kebingungan. Terlebih Miss Nada, Radithya, dan Moezza. Mereka seakan-akan terkejut dengan sikap Lareina yang sedikit kasar.

"Lareina! Kamu gak sopak banget ya teriak-teriak di kelas. Radithya baik ngingetin kamu buat ngejawab pertanyaan saya, malah kamu teriakin," ujar Miss Nada yang terlihat marah dengan sikap Lareina yang terkesan tidak sopan.

Lareina pun berdiri dari bangkunya dan menuju ke arah Miss Nada. "Maaf Miss, tapi abis saya bangun juga Miss gak bakal liat saya lagi. Saya izin ke UKS, mau tidur. Saya harus cepet-cepet bangun soalnya masih ada syuting. Terima kasih," ujar Lareina tanpa merasa takut atau terintimidasi oleh Miss Nada dan pergi meninggalkan kelas begitu saja.

Sesampainya di ruang UKS yang kebetulan masih kosong dan tidak dijaga oleh siapapun, Lareina merebahkan dirinya di kasur. Wanita itu memejamkan matanya erat-erat dan berusaha untuk tidur. Berharap ketika ia bangun, ia akan melihat sutradara, semua kru, dan manajer dihadapannya. Seingat Lareina, ia tidak pernah bermimpi sekalipun ketika tidur. Maka dari itu, ia terkejut mendapati dirinya di tempat asing yang ia asumsikan berada di alam mimpinya.

"Lareina!"

Teriakan dari suara yang tak asing itu membangunkan Lareina. Lareina segera memeriksa waktu yang ada di jam tangannya.

12.10 PM

Ia ingat bahwa keluar dari kelas dan menuju ke UKS sekitaran pukul sebelas, menandakan bahwa ia sudah tidur kurang lebih selama sejam.

Lareina pun menoleh ke arah sosok yang memanggilnya. "Mama?" Lareina membulatkan matanya ketika melihat sosok Mamanya didepannya.

"Kamu tuh bikin malu Mama aja. Kenapa kamu ngelawan Miss Nada? Mama kaget kamu diomongin sama semua guru tadi di ruang guru. Kamu kalo mau izin buat ke UKS karena gak enak badan kan bisa minta izin baik-baik. Mama gak pernah ajarin kamu buat teriak-teriak, ya!" jelas Mama Lareina panjang lebar sembari menaruh kedua tangannya di pinggang.

Lareina terkejut dengan sikap Mamanya. Seumur hidup dan seingatnya, Mamanya itu tidak pernah sekalipun marah padanya seperti ini. Lareina yang selalu bisa melawan siapapun kali ini terdiam tak bisa berkata apa-apa.

Lareina memperhatikan Mamanya yang masih menatapnya dengan tajam. Kacamata bulat yang terbuat dari besi, seragam cokelat, dan rambut yang diikat pendek itu sama sekali jauh dari image Mamanya yang sangat fashionable dan tidak pernah ketinggalan jaman. Lareina pun tersadar bahwa seragam cokelat yang dipakai Mamanya mirip dengan seragam Miss Nada.

"Mama kok pake seragam guru?" tanya Lareina memberanikan untuk membuka suaranya.

"Ya Mama guru makanya pake seragam guru. Gak usah ngalihin pembicaraan, Rei. Jawab Mama kenapa kamu gak sopan gitu sama Miss Nada? Kamu mau dipersulit apa lulusnya sama beliau? Jangan aneh-aneh, Rei. Kamu udah kelas 12, sebentar lagi lulus. Jangan kayak anak baru puber." Ceramahan Mamanya itu membuat Lareina secara tidak sadar menundukan kepalanya.

Kata takut tidak pernah ada di kamus Lareina. Bahkan kepada orang tuanya sekalipun. Mama dan Papa Lareina selalu memaklumi sikap dan sifat anak semata wayangnya yang sering kali kelewatan itu. Wanita ini tidak terbiasa dengan Mamanya yang berbicara dengan nada membentak ini.

Lareina pun tersadar bahwa tujuan awalnya untuk tidur adalah agar dapat terbangun dan kembali ke studio film. Namun, sepertinya dengan tidur pun ia tidak bisa kembali. Melihat bahwa ia masih berada di ruang UKS yang sama tanpa kru dan peralatan syuting.

"Ma… aku dimana sih…?" tanya Lareina pasrah.

"Di sekolah lah, dimana lagi?"

"Sekarang tahun berapa?"

"Aduh, aneh-aneh aja pertanyaan kamu. Tahun 2013, kamu kenapa sih, Rei?"

Lareina menghela nafasnya dengan pasrah. Sepertinya ia tidak bermimpi seperti asumsi awalnya, melainkan ia secara tidak sengaja melakukan perjalanan waktu ke sembilan tahun lalu.

"Mampus deh gue…"