webnovel

Chapter 5 : School?

Sesuai dugaan, setelah konferensi pers tersebut disiarkan, berita mengenai Lareina dan perselingkuhan Devin-Bella selalu menjadi pencarian hangat di berbagai sosial media. Acara TV pun tidak ikut ketinggalan untuk memberitakan hal ini. Agensi Lareina terus-menerus menerima telepon yang berisikan tawaran dari berbagai media yang ingin mengundang Lareina untuk menjadi bintang tamu acara mereka mereka.

Lareina tentu saja menolak semua tawaran tersebut karena ia tidak suka dengan acara gosip yang menurutnya sangat rendah dan tidak setara dengan levelnya. Lagi pula, wanita itu sekarang akan disibukkan dengan kegiatan syuting proyek film terbarunya yang akan di mulai hari ini.

Proyek film kali ini bertemakan romansa anak sekolahan berjudul "Dekat di Hati". Lareina akan berperan sebagai Anna, seorang gadis pintar dan populer di sekolahnya. Lawan mainnya kali ini adalah Alvaro. Pria yang berusia 5 tahun lebih muda darinya dan sudah khatam bermain karakter anak sekolahan.

Lareina sengaja mengambil proyek ini karena ia rasa perannya tidak terlalu menantang dan tidak memiliki tekanan yang besar. Ditambah dengan pasar dari romansa sekolahan sangat besar dan mendapatkan lebih dari satu juta penonton akan terasa lebih mudah dengan genre ini.

Meskipun dapat dibilang sebagai genre film yang mainstream dan terkesan biasa saja, alasan lain Lareina memilih film ini adalah karena skala produksinya yang besar. Film ini memakan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan film yang memiliki genre yang sama. Bahkan set berbentuk sekolah yang digunakan dalam film ini dibangun secara khusus di dalam sebuah sebuah studio film. Di Indonesia sendiri masih jarang pihak produksi membuat set khusus karena mereka biasa menggunakan properti asli seperti menyewa gedung sekolah yang sudah ada.

Studio film tempat Lareina akan syuting tidak terlalu jauh dari rumah keluarganya. Jadi, besar kemungkinan bahwa Lareina akan tinggal di rumah untuk sementara, setidaknya dua bulan lebih, meskipun lebih nyaman untuk tinggal sendirian di apartmentnya. Tidak mencapai 30 menit perjalanan, Lareina beserta manajer dan staf lainnya pun telah sampai di studio film tersebut.

"Kita langsung ke ruang tunggu aja, sekalian make up terus ganti baju. Let's go!" sahut Jessica dengan semangat.

Sesampainya di ruang tunggu, Lareina segera mengganti bajunya dengan seragam klasik SMA, yakni kemeja putih dan rok abu-abu selutut. Setelah mengganti bajunya, Lareina pun duduk untuk dirias. Riasan beserta dengan hair styling hanya memakan waktu sekitar 60 menit. 30 menit lebih cepat dari biasanya karena gaya rambut dan riasannya diharuskan untuk seminimal mungkin.

"Udah selesai, kan? Ayo langsung ke set. Jangan lupa senyum, hari pertama nih," ujar Jessica sembari melirik ke arah Lareina. Lareina yang melihat itu pun hanya menangguk malas.

Lareina beserta aktor lainnya sudah berada di set berupa lapangan outdoor. Lapangan ini terletak di halaman belakang studio film. Adegan yang akan diambil untuk pertama kalinya adalah adegan upacara bendera yang biasa dilakukan ketika hari senin. Saat sedang upacara, tokoh utama wanita, yakni Anna, pingsan dan tentu saja ia akan ditolong oleh tokoh utama pria, Giano.

Adegan pun diambil beberapa kali sampai Mas Dino, selaku sutradara film ini puas. Selajutnya adalah adegan di ruang unit kesehatan sekolah atau UKS. Lareina dan Alvaro pun berpindah ke studio film dan masuk ke studio 3, tempat set UKS tersebut berada.

"Anna, kamu langsung tiduran aja. Abis ini baru kita shoot adegan Giano ngebawa kamu dari luar," ujar Mas Dino yang langsung dilakukan oleh Lareina. Wanita itu pun merebahkan dirinya di kasur padat yang terdapat dalam set UKS tersebut.

"Camera, Roll, Action!"

Setelah mendengar kata action, Lareina langsung memejamkan matanya. Berusaha tidak terlalu menekankan matanya agar terlihat seperti orang pingsan pada umumnya. Set yang semula dipenuhi dengan suara dari kru dan berbagai alat pun menjadi senyap. Di dalam adegan ini, Lareina hanya perlu untuk tidur seperti orang pingsan dan tidak ada dialog.

"Lareina! Bangun! Woy, bangun!"

Lareina yang sedang fokus dengan aktingnya terganggu dengan suara yang memanggil namanya. Namun, ia tidak mendengar suara sutradara mengatakan 'cut' dan suara yang tadi memanggilnya pun jelas bukan suara Mas Dino.

"Gila nih anak kebonya parah amat. Bangun!" ujar seseorang sembari menggoyang-goyangkan bahunya.

Lareina kehilangan fokus dan tidak bisa melanjutkan aktingnya. Wanita itu pun membuka mata dan terkejut dengan pemandangan yang pertama kali ia lihat. Seorang pria dengan wajah kusam dan rambut lepek, serta keringat yang bercucuran diwajahnya.

Lareina mengubah posisinya yang semula tertidur, menjadi duduk. Ia melihat sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kamera, lighting, mikrofon, dan peralatan syuting lain yang harusnya berada dihadapannya menghilang. Begitu pula dengan sutradara dan kru. Kosong. Hanya terdapat peralatan medis sederhana, kasur, Lareina, dan pria asing di dalam set UKS ini.

"Maaf tapi anda siapa ya? Kok ini krunya pada gak ada?" tanya Lareina berusaha untuk tenang.

"Gak lucu banget lo. Iya gue minta maaf deh soal tadi pagi. Gak usah pura-pura lupa juga deh. Akting lo jelek," balas pria itu yang membuat Lareina menaikkan alisnya. Perasaan bingung dan kesal menjadi satu.

"Anda yang gak lucu. Ini prank atau gimana sih?" Lareina pun kembali pertanya sembari celingak-celinguk.

"Prank? Prank apaan dah gue baru denger. Rei, udah dong, mending kita balik ke kelas."

"Udah apaan sih? Aduh gak jelas banget."

Di situasi yang membingungkan ini, Lareina memutuskan untuk keluar dari set UKS dan mencari manajernya. Dan betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat koridor yang seharusnya menghubungkannya dengan studio lain menjadi koridor sekolah pada umumnya. Poster-poster mengenai pendidikan, tanaman hias, dan orang-orang yang menggunakan seragam sekolah yang sama melewatinya begitu saja.

"Lo kenapa deh, Rei? Aneh banget…" ujar pria dengan wajah kusan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Lareina.

Lareina yang panik pun berjalan cepat menyusuri koridor sekolah yang asing baginya. Ia yakin bahwa ia tidak pernah melewati tempat ini sebelumnya, bahkan tempat ini pun tidak ada dalam studio film.

"Aduh, gue dimana ini?" batin Lareina menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari manajernya.

Lareina yakin bahwa ini bukan prank semata karena tempat yang ia pijak sekarang tidak terlihat sama sekali seperti studio film tempat ia seharusnya melakukan syuting. Lareina pun mempercepat langkah kakinya sampai pada poin bahwa ia terlihat seperti orang yang sedang dikejar polisi.

"Rei! Jangan lari astaga! Woy! Tujuh menit lagi nih!" teriak pria itu yang ternyata terus mengikutinya.

"Gak usah ikutin gue!" balas Lareina sembari berteriak tanpa memberhentikan langkahnya.

Selama apapun Lareina berlari, ia tidak menemukan ujung dari set ini. Bahkan yang ia lihat adalah ruangan-ruangan yang dimiliki sekolah pada umumnya. Lareina yang sudah tidak sanggup berlari pun akhirnya berhenti untuk mengambil nafas. Ia melihat sekelilingnya, terdapat kios-kios kecil yang menjual berbagai makanan dan meja-meja panjang beserta kursinya.

"Kantin?" batin Lareina. Lareina ingat dengan jelas bagimana set kantin di dalam studio film, mirip, tetapi yang jelas tidak sebesar ini.

"Woy! Lo lari lagi, gue iket ya di tiang bendera. Nangis-nangis deh lo, gak peduli gue," ujar pria itu sembari menepuk punggung Lareina yang membuat wanita itu tersadar.

"Astaga, lo lagi? Ngapain sih ngejer gue? Gue tau lo bukan kru. Gue telpon polisi, ya!" teriak Lareina yang membuat orang-orang disekelilingnya memperhatikan mereka.

Pria itu menatap Lareina dengan tatapan terkejut lalu menggelengkan kepalanya. "Polisi? Lo mau lapor gue gara-gara gue ambil cokelat lo? Pelit amat sih. Terus lagi, kru? Apa sih dari tadi kra kru, lagi main film lo?"

"Lo yang apaan! Cepet kasih tau ini staf sama manajer gue pada ke-"

"Suutt! Berisik banget sih kalian! Ibu mau liat berita, coba diem dulu. Sama kamu itu yang cewek, minggir jangan ngalangin TV!" potong seorang wanita paruh baya yang menggunakan kemeja batik dan celana kain.

Lareina tidak sadar bahwa sedari tadi ia berdiri di depan televisi dan memutuskan untuk meminggir karena perintah dari wanita berbaju batik itu. Pria itu juga ikut meminggir dan berdiri di sebelah Lareina.

"Ayo cepet ke kelas! Lima menit lagi nih! Lo mau dibantai Miss Nada?" ujar pria disampingnya yang kali ini menggunakan ekspresi panik di wajahnya.

"Kelas apaan sih? Hari ini gak ada syuting adegan kelas. Miss Nada siapa lagi?" balas Lareina dengan nada frustasi.

"Hot news! Kabar bahagia datang dari royal family, pada 22 july 2013, pasangan kerajaan Inggris Pangeran William dan Kate Middleton menyambut kelahiran buah hati pertama mereka. Selamat untuk Pangeran William dan Kate Middleton!"

Suara televisi yang sedang menayangkan berita itu mengalihkan perhatian Lareina. "Hot news? Bukannya berita lama?" tanya Lareina yang alhasil mendapat sebuah ketukan kepala dari pria yang ada disampingnya.

"Baru lahir kemarin makanya hot news, gimana sih. Eh? Kok jadi nonton TV ini anak. Ayo ke kelas!" ujar pria itu sembari menarik tangan Lareina.

Lareina menghepas genggaman pria itu. "Kemarin?" tanya Lareina memastikan.

"Iya kemarin, 22 juli 2013, sekarang 23 juli 2013. Lupa tanggal lo?"

Lareina tidak dapat mempercayakan apa yang ia dengar dan bertanya lagi untuk memastikan. "Hah? Coba ulang lo tadi bilang tanggal berapa sekarang?"

"Dih budeg. 23 juli 2013. Udah ya aktingnya, ayo ke kelas."

Lareina kembali memfokuskan pandangannya ke televisi lalu memicingkan matanya untuk memastikan tanggal yang ia lihat di layar televisi tersebut.

23 Juli 2013

Tanggal itu tertera dengan jelas di sudut layar televisi, berdampingan dengan headline berita mengenai kelahiran putra dari pasangan kerajaan inggris.

"Dua ribu… tiga belas?"