webnovel

Tamu Lux Hamel

Siang hari selesai berdebat dengan Lux aku kembali mengikuti sesi. Kali ini aku mengikuti tanpa Lux. Makan siang pun aku lakukan sendiri tanpa Lux. Aku beruntung, sepertinya John memisahkan jadwal kami.

Selesai sesi, sore harinya aku kembali ke ruang 2140.

"Tuan Imanuel sedang bicara dengan tamunya", kata Angela saat melihatku mendekati pintu.

Peringatan Angela terlambat beberapa detik. Aku sudah terlanjur menempelkan kartu dan pintu sudah terbuka.

Aku melirik ke arah dalam. Lux dan seorang pria menatap ke arahku.

"Sepertinya aku menggaunggu kalian" , kataku lalu menutp pintu dan duduk bergabung dengan Angela.

"Lain kali tolong katakan lebih cepat Angela."

John datang menghampiri kami. "Vina apa kau ingin aku melakukan pengaturan ulang untuk apartementmu. Kautak terlihat akur dengan Tuan Lux?"

"Tidak perlu." Jawabku singkat.

Lux membuka pintu dan memintaku untuk masuk. "Jangan khawatir, Kau tidak mengganggu sama sekali. Masuklah."

Di dalam aku melihat seorang pria dengan setelan jas warna gelap merapikan kertas-kertas yang bercecer di meja.

"Nona Vina, salam kenal aku pengacara Tuan Imanuel."

Ia meyodorkan tangnya padaku. "Kami sudah hampir selesai. Aku datang untuk menjelasakan beberapa masalah hari ini. Ku harap Kau tidak keberatan."

"Aku mengerti, silahkan lanjutkan. Aku hanya ingin ke kamar."

Setelah aku masuk, mereka melanjutkan diskusi mereka. Dari dalam kamar aku mendengar samar-samar.

"Kita tak bisa lanjutkan ini. Harus ada bukti yang menyatakan Anda tidak terlibat kasus ini. Jika tidak, maka anda dianggap melarikan diri secara hukum."

"Luke, aku bukankah aku sudah bilang? Aku tak ada hubungannya dengan tuntutan mereka? Mengapa mereka tiba-tiba menyerangku?"

"Benar, aku juga tidak tahu. Tapi fakta Anda turut merintis perusahaan ini cukup membuat nama Anda masuk ke dalam deretan tersangka. Bukankah apapun itu anada masih terdatar dari salah satu pemegang saham?"

"Aku mengerti. Aku kan mempelajari dokumen-dokumen yang kau bawa ini. Aku harus membuktikan diriku tidak terlibat dalam pembunhan seperti yang mereka katakan."

Aku mendengar suara koper ditutup. "Satu lagi, Anda mendapat undangan menghadiri talk show. Mereka akan membahas masalah ini dalam wawancara nanti. Aku sarankan Anda datang, untuk membentuk opini publik bahwa Anda tidak terlibat dalam pembunuhan ."

"Undangannya sudah aku kirim ke e-mail Anda. Selamat Siang."

Setelah mengatakan itu aku tak mendengar lagi suaranya. Sepertinya Luke sudah pergi.

Tok-tok

Lux mengetuk pintu. Aku beranjak untuk membukanya.

"Hansel mengirimkan hadiah untukmu. Aku menyimpannya di lemari pendingin bagian atas."

Usai mengucapkan terimakasih aku segera mengambil lemari es dan membuka hadiahnya.

Lux kembali duduk di sofa. Ini sebuah kue es krim cokelat dan terlihat sangat mahal. Aku membukanya perlahan. Mengambil pisau dan memotonya. Saat aku potong di bagian tengah aku merasakan benda keras.

Kurasa Hansel menyelipkan ponsel di dalamnya. Ia memang cerdas.

"Cobalah", aku memberikan sepotong es krim itu pada Lux. Ia hanya melihatku. Karena ia tak bereaksi, aku meletakkannya di meja depan sofa.

"Ada ponsel di dalamnya. Jangan kira aku tak mengetahuinya."

Lux melihat es krim yang mulai meleleh di depannya.

"Jangan takut, jika es krim itu sampai ke tanganmu artinya itu sudah lolos dari keamanan."

Merasa tak perlu lagi menyembungikan apapun, aku segera membongkar es krim dan mendapatkan ponsel dibagian tengahnya. Aku menyalakannya. Di dalamnya sudah terdapat e-mail dan nomor telepon Hansel.

Di dalam e-mail aku melihat sebuah berkas. Aku membaca pesan itu dan segera menelpon Hansel untuk menginfokan bahwa ponsel ini sudah ada di tanganku.

"Baiklah, aku akan mengirimkan salinan kontrakku."

Kurang dari satu menit, scan kontrak Hansel dengan perusahaan ini sudah ada di tanganku.

"Mengaa kau tertarik dengan kontrak Hansel dengan Sleep and See?" tanya Lux padaku.

"Aku hanya ingin tahu." Jawabku membela diri.

"Bisa jelaskan mengapa?"

Aku merapikan es dan membuanya ke tempat sampah sebelum menjawab. Aku menarik kursi di meja makan dan duduk tepat berhadapan dengan Lux. Dari sini aku bisa merasakan keingin tahuan yang besar padanya.

"Aku ingin tahu berapa biaya tidur dengan orang Hansel dalam semalam."

Lux tertawa. "Jadi berapa bayarannya?"

Aku tak menjawab dan hanya memberikan ponselku padanya.

"Sleep and See semakin tak bisa aku pahami." Komentarnya melihat angka yang ia baca.

"Jadi kau setuju menghabiskan malam bersamanya agar uang ini cair?"

"Sebenarnya karena aku lelah dengan semua permainan ini. Aku ingin bisa mencari tahu segala hal yang ingin aku tahu tanpa harus mendapat kontrol dari siapapun. Tapi tampaknya aku gagal. Kau dengan mudah bisa mengetahui keberadaanku dan bisa mengetahui pengiriman ini. Aku seperti sudah tak punya lagi kebebasan."

Lux meletakkan ponsel di mejanya. Aku berdiri di depannya.

"Vina, aku bisa menemukanmu bukan karena Sleep and See. Aku menggunakan logika. Saat kau keluar dari restoran aku sempat melihat wajah Hansel. Aku hany berfikir kemana kalian akan pergi? Aku mencoba mencari nomor managernya. Dan ia katakana bahwa Hansel sedang berada di salah satu rumahnya."

"Lalu?"

"Karena semalaman tak pulang aku mencoba mencarimu. Siapa sangka aku bisa menemukanmu dengan sangat mudah."

Masuk akal.

"Aku tahu ada ponsel ditengah kue yang ia kirim karena aku mendengar saat kau bicara dengan Hansel tadi pagi. Dengan melihat ekspresimu berhenti memotong saat ditengan sangat mudah menebak bahwa ponsel itu disembunyikan di dalamnya."

"Aku mengerti. Kau tak ada bedanya dengan John." Celetukku. "Kau mencobamencari tahu semua hal tentangku. Dan mencoba mengontrol hidupku."

Lux menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Vina, jika kau menggunkan ponsel ini, Sleep and See cepat atau lambat akan menemukannya. Jika kau ingin tahu sesuatu mengapa tak bertanya padaku?"

"Dan mengapa aku harus percaya padamu?"

Lux kembali duduk dan menatapku tajam. "Karena aku peduli padamu."

Selesai mengatakan hal itu, ia mengambil ponsel dan melemparkannya ke luar jendela. Aku berlari mencoba mengejarnya. Dan ponsel itu jatuh dari lanatai dua puluh satu menjadi hancur saat mengenai jalan.

"Jangan marah, jika John menemukan ponsel itu. Ia akan semakin membatasi kebebasanmu. Sleep and See bukanlah perusahaan yang memiliki toleransi pada hal seperti ini."

"Dengan kata lain, sikap mu itu sama dengan sikap Sleep and See? Tak heran jika Kau adalah pendiri perusahaan ini. Sikap kalian sama."