"Vina, aku tak membantah setiap tuduhanmu itu. Sebagai orang awam, Kau pasti punya penilian tersendiri untuk Sleep and See. Begitu juga denganku, kita semua memiliki idealism dan pemikiran kita masing-masing."
Lux berdiri di sampingku sebelum melanjutkan. "Tapi apakah sama sekali tak terbersit dipikiranmu untuk mengenalku lebih lagi?"
Aku tak menjawab, langsung masuk ke dalam kamar.
"Lari dari pembicaraan adalah hal yang sangat tidak sopan."
Aku menoleh kebelakang, lux sudah ada di kamarku.
"Masuk ke kamar orang tanpa permisi juga bukan hal yang sopan Lux."
"Baiklah, mari kita benahi kesalah pahaman ini."
Lux memberiku kode untuk mendekat dan duduk. Penuh keraguan aku mendekatinya.
"Aku tak akan menyakitimu. Aku berjanji."
Aku duduk disebelahnya. Ia hanya mengamat-amatiku tanpa bicara apapun. aku hanya pasif dan menunggu. Saat emosi bergejolak ada baiknya kita diam. Sebab jika tidak, semua perkataan iblislah yang muncul dipermukaan mulut kita.
"Aku tidak suka melihatmu bersama Hansel."
Ada jeda satu dua tiga lima detik sebelum aku merespon dengan satu pertnyaan, "Mengapa?"
"Pria seperti Hansel memang manis tapi ia akan menghancurkan kalian dari dalam." Katanya.
"Tak peduli kau seperti apa Hansel akan terus mengejarmu sampai ia mendapatkanmu. Setelah itu jika ia bosan ia akan mencari wanita lain yang lebih cantik dan menarik. Kami pria tidak hanya tertarik pada wanita karena mereka cantik,. Tapi mereka harus menarik."
"Lux" kataku menyela. "Argumenmu tidak menjelaskan apapun."
"Kau harus tau Vina, terkadang penjelasan itu memang susah dicerna saat kau jath cinta pada Seseorang."
Sekali lagi aku menyela Lux. "Yang aku ingin tahu, mengapa kau tiba-tiba masuk ke duniaku dan ikut campur masalah seperti ini. Bukahkah akan lebih gampang jika menjadi penonton? Aku hanyalah orang asing yang mengikuti program di perusahaan yang sama. Bukan karena kau adalah Seseorang yang penting di sini maka kau berhak ikut campur?"
Lux kehabisan kata-kata.
"Aku berterimakasih karena Kau sudah menjemputku dari rumah Hansel. Tapi buka bebarti kau bisa se-enaknya mengendalikan hidupku. Atau pun melarangku berhubungan dengannya."
"Benar. Maafkan aku." Kata Lux.
"Syukurlah jika Kau sudah mengerti."
"Tapi, aku benar-banar tertarik padamu."
Ia manarikku ke dalam pelukannya dan menciumku.