~Lux Hamel Imanuel~
"Vina, kembali ke ruangan dan tanda tangani akta pernikahan kita"
Aku benar-benar tak tahu lagi harus memohon bagimana. Seumur hidupku, aku tak pernah memohon apapun pada siapapun. Apa caraku memohon salah?
"Aku tahu, kau tidak menyukaiku tapi akan ada konsekuensi atas setiap tidakan", bisikku pelan ditelinganya.
Wajah vina sama sekali tidak terlihat senang. Apakah ia begitu membenciku?
Sebuah penelitian mengungkapkan, seorang wanita akan terikat pada pria pertama yang menidurinya. Kurasa hal itu salah. Aku tak melihat ketertarikan sama sekali di matanya.
"Apa kesepakatan yang aku katakan?"
Tanya Vina dengan berani. Ia menatapku seperti seorang agen rahasia yang mencoba memojokkan sandranya. Aku membuka ponsel.
"Lihat dan dengarlah sendiri" ,kataku.
Aku mempercepat di mana kesepakatan dibuat.
Vina, aku tak bisa melakukan lebih dari ini. Kau berada dalam pengaruh obat.
"Apakah aku tidak menarik bagimu?"
Bukan, aku tak bisa melakukan apapun pada wanita yang bukan milikku. Kecuali
"Apa?"
Kau bersedia menikah denganku
"Baiklah, aku tak peduli apapun itu. Lakukan saja tugasmu sebagai laki-laki jika kau memang mampu."
Tit
Aku memutuskan menghentikan rekaman sampai di situ. Aku tak ingin Vina jauh lebih terluka oleh isi rekaman selanjutnya.
Vina terlihat semakin kesal. Ia mencoba berdiri.
"Cukup aku tanda tangani saja bukan?", katanya.
Meskipun ia mengatakannya dengan ketus, tetap saja aku menyukai suaranya.
Ia membuka pintu dan kami kembali masuk.
"Apa kalian sudah sepakat?", tanya pihak catatan sipil.
"Benar" jawab Vina mantap tanpa keraguan. Orang yang tak mengenalnya pasti akan mengira ia benar-benar suka akan pernikahan ini.
"Bagus, saksi dari pihak kedutaan juga sudah hadir. Pengacara juga sudah ada."
Setelah membacakan singkat mengenai janji penikahan, Vina menandatangi akta pernikahnnya. Aku pun melakukan hal serupa.
"Aku menyatakan kalian sebagai suami istri"
Luke, Sandra dan perwakilan dari kantor kedutaan bertepuk tangan. Berbeda dengan kebanyakan pernikahan yang di tutup dengan ciuman, aku memilih melewatkan momen tersebut. Memaksanya menanda tangani akta pernikahan sudah membuat Vina selangkah lagi membenciku.
"Selamat Vina, kau adalah bagian dari keluarga sekarang", seru Sandra memberi pelukan.
"Nona Imanuel", pihak perwakilan kedutaan menyalami Vina. "Selamat atas pernikahan Anda. Dengan ini maka kami akan mencabut tuntutanmu sebagai bagian WNA yang secara illegal mengikuti program Sleep and See. Karena Anda menikah di luar negri, maka secara hukum Anda bisa dibilang di luar tanggung jawab kami."
Pria pihak keduataan itu menghela nafas. Ia seolah tak percaya.
"Selamat atas pernikahan Anda. Aku tak menyangka, anda benar-benar menikahi Nona Vina untuk menyelamatkannya dari tunturan pihak KBRI."
"Terimakasih", jawabku singkat.
"Karena sudah tidak ada yang perlu aku lakukan, aku akan pamit" dan pria itu pun pergi.
Luke menyimpan akta pernikahan.
"Nona aku akan akan siapkan beberapa dokumen lain untuk Anda. Aku akan ke kantorku sekarang"
"Luke, aku ikut denganmu." Kata Sandra.
"Tentu Sandra."
Setelah Sandra dan Luke keluar, aku menyalami orang catatan sipil yang mengesahkan pernikahan ini.
"Kau ikut denganku, ke kantor Sleep and See" kataku pada Vina.
Ia tak banyak bicara hanya berjalan di sampingku. Aku merasakan dinginya hati wanita ini. Sebuah akta pernikahan tak akan mengubah apapun di hatinya.
"Mengapa kau ingin menikahiku?" , tanya Vina mendadak saat aku sedang focus mengemudi. Hanya ada aku dan dia di mobil ini. Aku beruntung, mobil ini hanya memiliki satu bangku penumpang tepat di sebelah bangku pengemudi. Jika tidak, pasti ia akan duduk di belakang.
Aku menoleh ke arahnya. Ia melihatku dengan tatapan tajamnya.
Aku harus mimikirkan kata-kata yang tepat sebelum ia membunuhku dengan tatapan mata indahnya.
Seolah tak mengabaikan, aku mneginjak gas saat lampu hijau menyala. Memasuki Kawasaan Sleep and see dan memarkir mobil.
"Vina pernikahan adalah kesepakatan dua orang. Tapi perceraian, hanya butuh salah satu dari mereka untuk mengajukannya."
Aku melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Aku berputar dan membuka pintu mobil untuk Vina.
"Apa maksudmu?"
Tiew Tiew
Kami berjalan masuk ke kantor setelah aku mengunci mobil.
"Anggaplah ini adalah cara sementara untuk menghindari hukum mengenai dirimu yang secara ilegeal mengikuti program sleep and see. Selebihnya kau hanya tinggal fokus pada masalahmu dengan John."
Aku menekan lantai tujuanku. Kami hening di dalam lift. Aku bisa melihat bayangan Vina di kaca. Ia telihat tinggi dengan kaki indahnya.
"Aku berharap kau bisa menerima peranmu sebagi istriku dengan biak. Jika tidak suka, kau bisa menangjukan perceraian sesudah semua masalah selesai."
Pintu lift terbuka.
"Asal kau tau" ,bisikku di telinganya saat melangkah keluar. "Aku memang mencintaimu, terlepas apakah kau mencintaiku atau tidak."
Vina tetap tenang seperti biasa.
"Tuan maaf Anda tidak bisa masuk ke ruangan rapat tanpa izin"
Aku mengabaikan pria yang menjaga lobi. Vina berhenti tepat di depan pria itu. "Mengapa ia tidak bisa masuk? Tidakkah kau tahu siapa dia?"
Pria itu berhenti berteriak dan kembali duduk dengan ekspresi tidak bahagia. Dasar Vina ia akan melampiaskan kemarahannya pada siapa saja yang ia temui.
Aku masuk ke ruang rapat sedangkan Vina mematung di depan. Biarlah, ia tahu apa yang harus ia lakukan.
"Tuan Lux, ku harap Anda cukup waras untuk menganggu kami semua di sini." Kata pria botak keturunan Korea berusia lebih dari tujuh puluh tahun dari kursinya.
"Jangan bilang kau ke mari untuk merengek agar kami mau membantumu menyelesaikan masalah tuntutan yang kau alami" sahut wanita berambut pendek berkulit hitam di sisi meja yang lain.
Aku dengan tenang melangkan masuk dan mengambil bangku. Satu dua tiga tujuh orang.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya pemegang saham paling muda, Shok Kie Han. Ia terkenal sangat arogan dan suka main judi.
"Kita akan menunggu satu orang lagi. Kalleb. Setelah itu baru kita mulai bicara."
"Hai, jaga ucapanmu Lux. Apapun yang terjadi aku adalah CEO di sini. Tidak bisakah kau menghormatiku sedikit saja?"
Semua orang menoleh, Kalleb memasuki ruangan.
"Baiklah karena semua sudah hadir. Aku mengumumkan agar kalian semua menunjukkan bukti tidak bersalah dan tidak terkait apapun tentang skandal pembunuhan para klien sleep and see."
Semua orang bengong dan saling pandang.
"Jika kalian tidak bisa menunjukkan bukti apapun. Aku akan membawa nama kalian terseret dalam kasus ini!"