webnovel

Kakakku Tersayang

Ron menyambut Via di teras rumah mereka ditemani segelas minuman dingin lengkap dengan bubble hitam pekat yang tampak menggiurkan. Ron sudah lama menunggu kakaknya.

Melihat kedatangan Via, pemuda itu segera bangkit. "Kakak dari mana jam segini baru pulang? Kakak kan ga punya kelas sore?" Tanyanya.

Belum sempat Via mendaratkan bokong dan melepaskan sepatu, adik laki lakinya itu sudah tak sabar mencampuri urusannya.

"Memangnya kenapa. Apa mama mencariku? Kan ada kamu. Kamu bisa urus urusan anak kos di bawah. Kenapa harus mengandalkan aku?" Balas Via dengan alis bertaut. Mengurusi anak kos yang bandel memang menjadi bagian Via yang dikenal judes.

Sret! Via mengambil alih minuman Ron, menyandarkan punggungnya ke kursi, menyeruput sisa minuman adiknya.

"Kak, sepatumu belum lepas sempurna tuh." Ujar Ron menunjuk tali sepatu Via yang baru terurai.

"Aku capek banget hari ini. Kenapa ya banyak orang orang aneh di dunia ini?" Tanya Via dengan suara lirih, dia sedang membicarakan Darwin, kekasih Ruth, sahabatnya.

"Kakak ga usah ikut ikutan jadi orang aneh deh!" Ron turun dari kursinya, dia berjongkok, membantu melepaskan sepatu Via.

Via membiarkan adiknya membantu melepaskan sepatu, Ron seperhatian itu pada kakak perempuannya.

"Kakak sudah makan?" Tanya Ron kemudian meletakkan sepatu Via pada rak tak jauh dari posisi mereka.

"Belum, cuma ngemil aja." Jawab Via melemparkan cup sisa minuman ke tempat sampah.

"Ya udah makan yuk, aku lapar. Aku nungguin kakak dari tadi." Ujar Ron penuh perhatian.

"Ngapain! Kamu makan saja duluan. Lama lama kamu juga aneh deh, untung kamu tuh adik aku, coba kalau orang lain.." sinis Via dengan wajah menggemaskan.

"Kenapa kalau orang lain?" Sambar Ron. Dia berpikir akan mendengar kalimat manis dari bibir kakaknya yang cantik ini.

"Kalau kamu orang lain pastilah mahal bayar gaji pelayanan kamu!" Balas Via bercanda. Dia beranjak dari kursi. Menyambar lengan Ron, mereka bergandengan masuk ke dalam rumah.

"Kakak serius tadi ga kemana mana, aku cari kakak di kampus kok ga ada." Ron masih penasaran, kemana kakak nya menghilang hingga pulang hampir mau malam. Dia sangat penasaran, apakah Via punya pacar? Itu yang mengganggu batinnya.

"Kamu mau aku jujur apa bohong?" Tanya Via sambil menyambut uluran piring dari tangan adiknya.

Jawaban Via membuat Ron makin penasaran.

"Ish, kamu habis ngapain. Aku adukan sama mama nanti!" Ancam Ron dengan wajahnya yang tampak menggoda Via.

Via mencibir lalu mencicipi suapan pertama.

"Aku tadi ke rumah pacarnya Ruth." 

Uhuk!

Mendengar pengakuan kakaknya, Ron tersedak suapannya.

via segera mengulurkan minuman dan membantu adiknya segera minum. "Hati hati dong, kamu kenapa sih!"

"Tunggu! Kekasih Ruth temanmu?" Tanya Ron mencoba memastikan.

"Iya, kamu tahu kan kakak ini tak punya banyak teman, hanya ada Ruth saja yang betah berteman denganku." Pengakuan yang sangat jujur dari lubuk hati terdalam, selain judes dia juga terkenal culun, jaman sekarang siapa yang mau berteman tulus dengan orang yang penampilannya seperti itu.

"Ya aku tahu!" Sambar Ron. Siapa juga yang betah berteman dengan orang judes dan blak blakan seperti kakaknya ini. Tapi itu justru membuat Ronmerasa Via akan aman.

"Bagaimana kakak bisa sampai ke rumah kekasih Ruth? Diajak sama dia, terus Kakak jadi kambing congek disitu?" Sinis Ron menertawakan kisah tragis kakaknya.

"Ada sedikit kecelakaan, dia ga sengaja nabrak kakak.." ujar Via jujur 

"Hah!" Teriakan Ron membuat sendok Via terjatuh. Gadis itu tampak kesal.

"Kamu kenapa sih, ga bisa makan dengan tenang." Gusarnya kesal.

"Terus.. bagaimana dengan kakak? Apa ada yang luka, kak.. kita harus ke rumah sakit sekarang!" Ron menarik tangan Via yang masih ingin menyuap makannya. Dia sangat lapar dan adiknya banyak tingkah.

Ron masih memaksa membuat Via kesal. "Kamu kenapa sih! Aku tidak apa apa. Lagipula Darwin sudah minta maaf, dia ga sengaja!" Desis Shinta mencoba agar Ron bisa tenang.

"Tunggu, siapa? Siapa tadi?" Tanya Ron tak percaya dengan pendengarannya.

Dia yakin sudah mendengar nama teman nya itu dari bibir Via, tapi dia tak mau percaya begitu saja.

"Darwin, kekasih Ruth itu namanya Darwin!" Ulang Via lebih keras dan jelas. "Sekarang kamu bisakan kembali duduk dan kita makan dengan tenang dan nyaman. Aku masih lapar!" Pinta Via dengan wajahnya yang menahan kesal.

Ron mencoba kembali ke kursinya, dia mendaratkan bokong dengan wajahnya yang tampak bodoh.

Darwin. Darwin!

"Darwin kak. Apa Darwin itu memiliki wajah blasteran dan.." pasti bukan hanya satu Darwin di dunia ini kan. Hanya saja.. perasaan Ron jadi tak enak.

"Iya, dia punya darah campuran. Dia ganteng sih.. cuma yaa.." Via memuji penampilan fisik Darwin dengan wajah tak tulus. "Cuma ya.. bodoh!" Ketusnya dengan wajah tak berdosa. Dia kembali menyuap makanan.

Ron bergelut dengan suara hatinya. "Pasti ada banyak Darwin campuran di dunia ini kan. Tapi.. apa dia ada tahi lalat di ujung hidungnya kak?" 

Via tercengang dengan pertanyaan adiknya. "Ga sekalian kamu tanya, di pantatnya ada tahi lalat atau bekas luka?" Sinis Via kesal.

"Ya.. aku cuma mau memastikan saja.." bisik Ron dengan nada cemas.

Kemarin Eki, sekarang Darwin. Mampuslah, kakaknya akan terlibat dengan dua pria menyebalkan itu. Akan sia sia usaha Ron selama ini, menyembunyikan mutiara keluarga mereka.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Via heran melihat Ron yang bengong dan tidak melanjutkan makan.

"Kenapa dengan Darwin?" Tanya Via. "Apa kau mengenalnya?" Tembakan jitu.

Ron menggeleng cepat. "Ti, tidak sama sekali kak. Eh tapi dulu waktu aku masih SMA, ada orang namanya Darwin kak. Tapi jahat, katanya suka malakin anak anak, memukul perempuan. Aku harap dia Darwin yang berbeda kak. Aku takut kakak kenal Darwin yang itu." Ron mulai mengarang cerita bebas. Dia berharap Via akan takut dan menerima ucapannya dengan lapang dada.

"Ish, jangankan malakin anak orang, memukul wanita, dia sudah jelas jelas diselingkuhi pacarnya, dimanfaatkan, diporotin, tapi tetap mabuk cinta dengan Ruth! Sudah pasti mereka Darwin yang beda kan! Jadi kamu.. segera habiskan makananmu, kakak mau mandi!"

Via membawa piringnya pada wastafel dan meninggalkan Ron.

"Ada-ada saja. Darwin mungkin kesulitan menghitung saldo ATM nya." Bisik Via menggelengkan kepala mendengarkan ucapan Ron sebelumnya.

Ron mana bisa tenang kalau sudah seperti ini.

"Ck! Jadi kakak sudah bertemu dengan Darwin?" Ron menepuk dahinya. "Duh, aku harus cari tahu nih, jangan sampai Eki dan Darwin tertarik sama kakak. Dunia akhirat aku tidak akan rela!" Ujar Rom dengan wajah serius. 

Dia meninggalkan piringnya yang masih penuh, beranjak dari kursi meja makan, niatnya mau ke kamar, kembali rebahan.

Tapi baru tiga detik piring yang masih penuh makanan jatuh ke wastafel, mata setan sudah menyoroti piringnya seperti lampu sorot pentas teater, silau dan menyakitkan.

Tapi..

Nyonya rumah sudah kembali dari pasar. "Apa apaan piring itu? Kamu sengaja buang buang makanan hah! Belum bisa cari uang udah sok sok an buang makanan. Habiskan lalu cuci piring!"

Ron mengangguk patuh dengan perintah ibunya. "Ma, piring yang itu bukan punyaku, kak Via yang abis makan." Protes Ron menunjuk piring kotor di wastafel.

suaranya terdengar sampai kamar Via.

"Bohong ma! Orang tadi aku pulang Ron lagi makan!" Teriak Via dari kamarnya. "Itu piring kedua dia ma!" 

Ron berdecak kesal mendengar teriakan kakaknya yang penuh kebohongan, sialan! Untung sayang!

"Cuci piring abis makan!"

"Iya ma.." gumam Ron terpaksa. Dia harus bersabar setelah mencuci piring baru memikirkan masalah Darwin dan Eki, ah sekarang dia harus mengurangi sedikit jadwal belajarnya.