webnovel

Si Genius Leo

Leo anak laki-laki lahir dengan mewarisi gen dari ayahnya yang genius, namun saat umurnya memasuki tahun ke 4 sebuah kecelakaan merubah kehidupannya, kegeniusan yang dimilikinya lenyap seketika dan penderitaan terus datang silih berganti. Namun ia memilih terus maju untuk mendapatkan kegeniusannya yang telah lenyap, di saat yang sama ia tidak sadar karena rasa sakit itu, membuatnya membangkitkan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang genius. Hingga ia masuk di SMA Sarien yang merupakan salah satu sekolah populer di daerah tersebut, sifat yang awalnya tidak peduli dan dingin mulai berubah ketika bertemu dengan teman-teman kelas yang baik. Leo juga bertemu dengan Niza Eriana, seorang gadis kaya-raya, paling populer di sekolah tersebut karena kecantikannya, namun di balik kesempurnaannya ia memiliki kesedihan yang sama dengan Leo, Mereka pun mulai mendekat dan saling bertukar cerita. Di tengah kehidupan Leo yang terus mencoba melupakan masa lalu, seorang murid bernama Lira yang juga sangat genius dan begitu mirip dengan adik perempuannya Shin, membuat dirinya memiliki harapan, di sekolah tersebut ia juga bertemu dengan murid misterius yang bisa mengendalikan "Aura" yang merupakan dasar utama untuk mendapatkan kemampuan khusus bagi seorang genius sejati. Dukung selalu si Genius Leo ^_^ ^_^

Umam_Young · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
351 Chs

Teman bukan Pacar

"Pak ... Pak Mura tunggu". Mendengar suara keras yang memanggil, pak Mura segera terhenti dan menoleh ke arah suara tersebut, dilihatnya seorang murid perempuan mengangkat tangan sambil berlari kearahnya.

"Pak tunggu pak". Karin dengan napas ngos-ngosan mengejar pak Mura, lalu meregangkan badan dan menarik napas panjang untuk membuatnya tenang, "Saya Karin murid didik di kelas bapak". Karin langsung memperkenalkan diri dengan sopan, "Ya Karin ada apa, apa ini berkaitan dengan tugas yang saya berikan?" Tanya pak Mura dengan ringan.

"Bukan pak, Anu ... Ini tentang Leo, saya sebagai teman ingin meminta maaf untuknya, saya tahu sikapnya kepada bapak sedikit keterlaluan, tapi sebenarnya dia adalah teman yang baik, mungkin ada sesuatu yang sedang terjadi hingga ia tidak terkendali, saya mohon bapak bisa memaafkan Leo kali ini". Jelas Karin kepada pak Mura dengan lembut dan sopan lalu menundukkan kepala.

Mendengar hal itu, pak Mura terdiam dan sedikit termenung, "Mungkin aku hanya terlalu memikirkan hal itu, ini adalah hari pertama mereka dan aku belum tahu apa-apa tentang mereka, harusnya aku lebih bijaksana". Dalam hati pak Mura yang awalnya masih kebingungan tentang melaporkan sikap Leo atau tidak, ia kemudian melihat karin tersipu malu dengan pipi sedikit memerah, melihat hal itu pak Mura tersenyum tipis.

"Karin kamu tidak perlu khawatir tentang itu, aku sudah memaafkan Leo, sebagai wali kelas kalian ini sudah menjadi tugasku untuk melindungi kalian". Jawab pak Mura dengan tegas.

"Tapi, aku sedikit penasaran kenapa kamu yang datang meminta maaf untuk Leo bukankah itu sedikit berlebihan, apakah kalian benar-benar hanya sebatas teman?" Sambung pak Mura bertanya dengan senyum tipis coba menggoda Karin.

"Ah ... Teman pak teman, bukan pacar". Karin dengan spontan tergugup menjawab asal-asalan, karena terkejut dengan pertanyaan pak Mura, "Yang bilang kamu pacaran juga siapa haha" Pak Mura tertawa riang menggoda Karin lagi dan menepuk pundak Karin 2 kali.

"Sudah ya Rin bapak mau mengerjakan sesuatu, semangat ..." Sambungnya lagi sambil tersenyum mengepalkan tangan sejajar dengan bahu, untuk memberi semangat pada Karin lalu melangkah masuk ke dalam ruang guru tanpa dosa, sedang Karin hanya menunduk tersipu malu.

Tidak lama kemudian Leo dan sandi datang, "Apa yang sedang di lakukan gadis aneh di depan pintu ruang guru?" Tanya Leo dengan ringan sedikit menggoda Karin, "Bukan urusanmu". Jawab Karin singkat menatap mata sandi dengan kesal.

"Ah , dasar es batu, kalau saja bukan karena mengkhawatirkan mu, aku tidak akan berada disini sekarang, harusnya aku tidak perlu memintakan maaf untuk mu jika tahu kamu akan berkata seperti ini". Sambung Karin dalam hati dengan raut wajah kesal, dan langsung berjalan meninggalkan mereka.

Sementara sandi tidak terlalu menghiraukan mereka, jadi ia langsung memegang gagang pintu ruang guru dan bermaksud untuk membukanya, "Tunggu" Ucap Leo dengan suara keras mengarah ke Karin yang sedang berjalan meninggalkan mereka sambil meraih tangan sandi mencegahnya membuka pintu.

Mendengar suara Leo sandi dan Karin langsung terhenti, "Apa maksudmu Leo, kita harus cepat menemukan pak Mura". Sandi menjadi bingung dengan Leo yang tiba-tiba menghentikannya, "Apa lagi yang mau di lakukan es batu itu?" Dalam hati Karin penuh tanya, terdiam mendengar teriakan Leo.

"Sepertinya kita tidak perlu melakukannya". Leo berkata dengan ringan melepaskan tangan sandi dari gagang pintu, "Leo apa kamu tidak mengerti keadaannya sekarang, Leo aku tahu kamu memang cerdas, harusnya kamu tahu ini akan berpengaruh terhadap poin mu nanti". Jelas sandi coba meyakinkan Leo.

"Ya aku tahu, itulah kenapa ini tidak perlu di lakukan". Leo tersenyum ringan dan langsung mengajak sandi pergi dan berjalan mendekati Karin.

"Aku tidak pernah ingat untuk menyuruhmu melakukan ini, jadi aku tidak akan berterima kasih". Leo dengan dingin melewati Karin yang sedang berdiri diam mematung, namun setelah beberapa langkah didepan Karin, Leo tersenyum tipis, "Benar-benar gadis yang aneh". Dalam hati Leo tidak percaya dengan yang di lakukan karin.

Sementara Karin menjadi bingung setelah mendengar ucapan Leo, "Apakah dia hanya menebak apa yang aku lakukan untuknya? Ataukah dia mendengar pembicaraanku dengan pak Mura? Tapi, entah yang mana pun, tidak seharusnya dia berkata seperti itu pada ku, ah ... dasar pria kutub". Karin menjadi cemberut membuatnya semakin kesal.

Sesaat Karin mulai tersadar dengan tugas yang di berikan oleh pak Mura, "Sial, apa yang aku lakukan disini?" Dalam hati mulai kebingungan, ia tersadar dengan tindakannya yang di rasanya menjadi cukup memalukan, dengan ekspresi yang awalnya kesal dengan Leo langsung berubah menjadi khawatir karena belum menyelesaikan satu soal pun, dengan cepat ia berlari menuju ruang kelas.

Karin sudah berada di depan pintu dan mengatur napasnya perlahan, mencoba percaya diri namun ketika melihat Leo ia langsung menutup mata dan menekuk wajahnya lalu duduk dengan cepat kemudian mengeluarkan peralatan belajarnya.

"Wustttt, Karin ... Karin, kamu ke mana aja?" Bisik Leny pelan, "Toilet". Karin menjawab singkat dan pelan, fokus mengerjakan soal "Bukankah tadi kamu sudah ke toilet sebelumnya". Jawab Leny pelan keheranan.

"Dia baru saja selesai memperbaiki baut kepalanya yang lepas". Celetuk Leo tiba-tiba menyeka pembicaraan mereka, Leny hanya terdiam melebarkan matanya melihat Leo yang mendekatkan wajah kearahnya.

"Apa maksudmu, tidak cukupkah kamu menggangguku hari ini?" Saking kesalnya Karin sampai mengerutkan keningnya , "Ternyata kamu bisa melakukan ekspresi jelek seperti itu". Leo justru mengejeknya dengan santai lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke arah karin dan menyentil kening Karin dengan jari tengahnya.

"Awww". Spontan Karin mengusap keningnya karena kesakitan dan ingin membalas tingkah Leo, namun ia terdiam seperti patung dengan wajah memerah ketika melihat Leo yang tertawa lepas karena berbuat usil kepadanya.

Karin segera tersadar pipi dan kening Karin berubah menjadi merah, sedangkan Leny yang melihat mereka seperti itu hanya tersenyum.

Sementara Lira masih kesal dengan perasaan yang campur aduk, tidak percaya dengan yang di lakukan Leo pada dirinya, sesekali ia melihat kearah Leo, membuatnya semakin kesal dan juga aneh seakan merasakan kembali kehangatan dari pelukan Leo.

"Siapa sebenarnya dia, apakah dia benar-benar mengenalku, mungkinkah dia berasal dari kota? Tapi aku sama sekali tidak bisa mengingatnya sedikit pun". Dalam hati Lira penuh tanya.