"Kamu kenapa?" tanya Dimas dengan ekspresi datar yang tak dapat dibaca dengan baik oleh Malik. Dimas yang terlalu pintar menyembunyikan rasa empatinya ataukah memang Malik yang tak bisa membacanya? Entahlah.
Malik hanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Dimas barusan. Tapi Dimas tetap kekeh kalau sahabatnya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Hal tersebut dapat dia lihat dari pancaran kedua manik mata Malik.
Semakin Malik berkilah dengan jawaban tidak apa-apa maka akan semakin gencar pula Dimas mencecarnya sampai Maliklah yang duluan membagi beban pikirannya pada Dimas.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com