webnovel

Sekretaris Willona

Willona Adara Paramadhita—perempuan cantik bertalenta dengan otak cerdas. Ia harus mendapati perusahaan keluarganya bangkrut dan memaksa dirinya untuk menjadi seorang sekretaris dari Kenan Argadinatha—Argants Contructions Corporation. Sudah dua tahun lamanya Willona menjadi sekretaris Kenan menghadapi sikap dingin, angkuh, dan tak berperikemanusiaan memberinya lembur setiap malam. Lalu apa yang membuat Willona bertahan? Gaji besar! Jelas. Orang buta pun tahu jika seorang Kenan tak akan memberi gaji kecil kepada siapa pun yang berada di lingkup kerjanya. Dan hal inilah yang membuat Willona bertahan hingga detik ini. Namun, suatu malam mengubah segalanya. Willona harus menghadapi pernikahan mendadak dari keluarganya hanya karena sebuah janji. Terpaksa, hanya itulah kata keluar dari mulutnya untuk mengiyakan. Willona tidak menyangka seseorang yang telah menjadi suaminya adalah bossnya sendiri. Dan hal itu yang membuat Willona membrontak dalam hati karena mendapati Kenan bukanlah lelaki single. Dia mempunyai kekasih. Lalu, apa yang akan dilakukan Willona? Memilih bercerai atau tetap mempertahan pernikahan dengan menahan sesak di hati?

SenyaSSM · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
18 Chs

Kenyataan yang Menyakitkan

Derap langkah tegas terdengar berjalan menyusuri area lobi, terdengar angkuh penuh kuasa seperti biasa.

Seluruh karyawan yang kebetulan masih berada di lantai dasar seketika berbaris untuk menyambut kedatangan Boss mereka pagi ini. Tidak ada cacat dalam penyambutan yang sudah biasa dilakukan.

Aura dingin udara pagi ini menyelimuti tubuh mereka, tapi mendadak suasana berubah menjadi panas mencekam. Tidak ada yang berani berbicara sepatah kata pun, sebelum lelaki berkuasa itu berlalu.

Di samping Kenan sudah ada wanita cantik yang terlihat sedang membawa ipad dalam tangan, dan satu tangan bebasnya memegang berkas. Terlihat sangat kerepotan.

Jadwal Kenan terlalu padat akhir-akhir ini sehingga mengharuskan Willona membawa benda pipih itu di setiap langkah, guna menjawab pertanyaan sang bosa yang mendadak dan sangat terperinci.

"Zeyn ..." panggil Kenan pada asisten pribadinya yang dengan setia sudah bertahun-tahun menemani Kenan.

Lelaki bertubuh proporsional berbalut kemeja rapi itu telah berdiri tepat di samping tubuh Kenan, sedikit menurunkan kepala bersiap untuk menerima tugas pertama di pagi hari ini.

Pikiran Zeyn tiba-tiba sudah condong ke arah negatif, tepatnya pada rapat dengan para kepala Devisi yang sudah diatur Willona. Biasanya Kenan memang tidak pernah hadir rapat, dan hal itu sudah tak menjadi rahasia umum lagi.

Dan Zeyn pasti akan menjadi pengganti dari sang atasan untuk menyelesaikan seluruh masalah.

"Zeyn, kau tau bukan hari ini ada meeting intern?" tanya Kenan yang diangguki cepat Zeyn. "Kau yang mengatasi, serahkan hasil meeting lewat email, kirim padaku. Aku akan memeriksanya. Ohya satu hal lagi."

Kenan mulai menjauhkan diri dari pinggiran mobilnya, ia mendekatkan tubuh pada Zeyn yang masih tertunduk hormat padanya..

"Kau sekarang hanya bertugas di kantor untuk memenuhi kebutuhanku. Sedangkan Willona akan bersamaku ke rumah juga. Karena Kakek mempercayai Willona sebagai mantan sekretarisnya juga," bohong Kenan berkata sangat pelan.

Willona membulatkan mata, ia tak menyangka Kenan sudah membatasi pergerakan Zeyn, karena keberadaan Willona di rumah Kenan membuat dirinya selalu kucing-kucingan jika Zeyn datang.

Beruntung latar belakang Willona penah menjadi sekretaris Kakek Bimo, sehingga bisa menyelamatkan dirinya dari berbagai pertanyaan Zeyn nanti.

"Baik, Pak Kenan. Tapi, perlukah saya menjemput Willona untuk pulang?" tanya balik Zeyn yang berpikir jika wanita cantik itu akan kesusahan, apalagi saat mencari kendaraan di tengah malam. Sekalian pedekate.

"Tidak perlu, dia bisa diantar mobil rumah utama. Apa kau pikir aku tidak mempunyai mobil?" sarkas Kenan yang tidak suka mendengar tawaran dari Zeyn.

Zeyn semakin menunduk takut.

"Bukan begitu, Pak Kenan. Baiklah, saya akan segera mengurus rapat pagi ini," jawab Zeyn memilih tidak membahas kembali, bisa tamat riwayat pergajian kalau Zeyn tetap memaksa.

Kenan kembali melangkah, ia sudah cukup puas mendapat jawaban dari Zeyn. Ia pastikan tak akan ada orang yang tahu, jika dirinya menikahi sekretaris pribadinya sendiri.

Menikah menurut Kenan adalah sebuah aib, apalagi menikahi bawahan sendiri. Langit seketika runtuh.

"Kau ...." Kenan tiba-tiba menunjuk ke belakang, tepat pada tubuh Willona. "Ikut meeting dengan Zeyn, bantu dia. Jangan biarkan siapa pun masuk ke ruanganku," sambungnya.

Willona mengangguk, meski Kenan tak melihat, tapi tetap saja Willona tak bisa menghentikan guratan senyumnya, sebab akhirnya ia bisa menemui kekasih yang baru diklarasikan beberapa minggu, sedang menunggu di ruang tunggu.

"Terima kasih, Pak Kenan."

Tak menunggu waktu lama, Willona langsung menghilang ketika melihat sang atasan masuk ke ruangan disusul Zeyn. Willona tak peduli jika dirinya nanti akan membuat seribu alasan untuk berkilah.

Willona mempercepat langkahnya, ia sesegera mungkin membuka pintu yang tinggal selangkah lagi, dan pada akhirnya, ia pun bisa meraih gagang pintu, dan membukanya lebar-lebar.

"Sayang, kamu sudah di sini?" Suara serak dan menenangkan membuat Willona lupa akan statusnya saat ini.

Benar, baru beberapa minggu mereka berdua menjalin hubungan tanpa diketahui Kenan. Tapi, apa peduli lelaki itu kalau tahu Willona pernah datang ke kencan buta untuk menggantikan temannya, lantas hubungan mereka berlanjut hingga saat ini.

Sesuai dengan perjanjian Kenan, mereka berdua hanya akan mempertahankan pernikahan ini selama dua tahun. Dan kurang dari setahun lagi pernikahan itu akan berakhir. Wilona juga masih menjaga mahkotanya untuk Jerry.

"Jerry ..." lirih Willona.

"Aku sangat merindukanmu Jerry. Apa kamu sudah lupa dengan nomorku?" tanya lirih Willona dengan nada manja.

Sudah seminggu ini sang kekasih tak pernah memberinya kabar, bahkan untuk menyapa di dalam satu lantai ini saja mereka tak pernah, karena Willona yang selalu berada di dekat Kenan.

Willona juga terkejut saat mengetahui jika Jerry adalah salah satu karyawan perusahaan Kenan. Ini sudah seperti romansa perkantoran yang pelik, pikir Willona.

"Aku juga sangat merindukanmu, Sayang. Maaf di rumah sedang ada acara keluarga ... maafkan aku," balas Jerry dengan nada sedih.

Willona mengangguk dalam pelukan itu. Jerry mengurai pelukan mereka, ia ingin melihat lebih dekat wajah wanita yang paling Jerry cintai.

Jerry membingkai wajah ayu Willona yang sudah basah karena linangan kerinduan yang tak mampu disembunyikan.

"Aku tidak suka melihatmu menangis, Sayang. Kamu harus hapus ini ... karena aku hanya ingin melihatmu tersenyum untukku," imbuh Jerry yang perlahan dan pasti mendekatkan wajahnya dengan wajah Willona.

Willona memejamkan mata merasakan bibir yang disaput lipstik merah telah dipagut dengan lembut dan semakin menggebu.

Willona juga mengimbangi dengan melingkarkan tangan di leher Jerry. Ia hanya ingin waktu tak bergerak untuk saat ini, agar dirinya dan Jerry selalu bersama tanpa mengingat ikatakan pernikahan Willona dan Kenan.

Ikatan pernikahan yang mengharuskan Willona berbagi peran di kantor, juga rumah.

***

Gaun maxi berbahan Lace warna merah bergaya mewah nan elegan itu membalut tubuh ramping Willona dengan brokat transparan di kedua bahu kecil, memperlihatkan kulit putih bersih Willona.

Jangan lupakan tatanan rambut bergaya 'bridesmaid' dari tangan sang ahli di sebuah salon terkenal kepercayaan Kenan telah membuat tampilan Willona begitu memesona.

Malam ini Kenan mengajak Willona untuk menghadiri pesta pernikahan keponakan jauh Kenan. Lebih tepatnya sangat terpaksa, karena seluruh keluarga besarnya berkumpul dan mereka mengetahui jika Willona adalah istri Kenan.

Kenan tak mempunyai pilihan lain.

Helaan napas terdengar begitu jelas di telinga Kenan. Ia memang beberapakali sempat mencuri lirik, ia akui dirinya terpesona dengan kecantikan yang tak pernah ia lihat dari Willona. Namun, Kenan sesungguhnya ragu membawa wanita itu untuk datang ke pesta pernikahan sang keponakan.

"Jangan gugup, ini bukan pesta pertama. Kau bisa memegangku," bisik Kenan saat mereka sudah berada di pertengahan perkumpulan banyak tamu di sana.

Willona mengangguk, ia menurut untuk mengalungkan tangan di lengan kekar Kenan.

"Terima kasih, Pak Kenan," balas Willona lirih.

"Aku tidak butuh rasa terima kasihmu. Kalau kau jatuh, tentu aku yang malu."

Willona yang mendengar balasan Kenan hanya bisa memutar bola matanya jengah, ia tahu maksud baik Kenan hanya ingin terlihat sempurna di hadapan semua orang. Kenapa juga Willona sudah senang tak ketulungan? Huh, dasar bodoh!

"Baik, Pak. Maaf ... saya tidak akan memalukan Pak Kenan," jawab Willona yang tak dijawab Kenan.

Saat langkah kaki Kenan mengarahkan pada althar berbalut karpet merah. Tiba-tiba langkah Willona terhenti. Kedua mata indah Willona membeku di detik itu juga, saat melihat melihat siapa yang berdiri dengan setelan jas pernikahan di sana.

"Je-Jerry ...."