Keesokan harinya,jam sepuluh pagi Ihsan sudah berangkat ke kampus untuk menemui dosen pembimbing.Anak muda yang tampan itu memakai kemeja casual berwarna biru bergaris hitam kecil,celana panjang hitam dan sepatu kets warna putih kesukaannya. Dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya,serta jam tangan berwarna putih merek Alexandre Christie, membuat Ihsan kelihatan sangat macho dan keren.
Anak muda itupun membuka kacamatanya, sebelum mengetuk pintu ruangan pak dosen pembimbing favoritnya.Terdengar suara didalam sana yang mempersilahkan Ihsan untuk masuk.
"Selamat pagi prof..."Ihsan menganggukan kepalanya hormat.
"Airlangga,silahkan masuk!" Sang dosen berdiri menyambut Ihsan dengan hangat.
Sejak dulu Ihsan memang dikenal dengan nama Airlangga,baik itu didalam keluarga, sekolah ataupun di kampus tempat dirinya belajar dan menempuh pendidikan.Hanya Aira satu satunya orang yang memanggil nama depan Ihsan,bukan Airlangga.
"Sabtu kemarin Om bertemu dengan papa dan mama kamu,ternyata kamu putra bungsu dokter Arya,sahabat baikku...." Dosen itu mulai membuka obrolan.
"Oh ya prof...."sahut Ihsan dengan heran. "Mulai saat ini,panggil aku Om,"Okay?
Ihsan merasa aneh,dosen pembimbing itu menyebut dirinya "Om."Padahal seingat dia,keluarga papa dan mamanya tidak mempunyai kerabat lain yang tinggal di Bandung. Kemudian dosen itu bercerita bahwa dia bertemu dengan kedua orang
tua Ihsan di acara resepsi salah seorang anak rekan sejawat mereka di kota Bogor.
Kedua sahabat yang berprofesi dokter itu bercerita tentang keluarganya,dan saling menanyakan kabar anak dan cucu mereka masing masing.Dokter Arya berkata bahwa putrinya Silvy memiliki seorang putra yang sudah berusia lima tahun. Sedangkan Silmy memiliki seorang putri yang berusia empat tahun.Sementara putra bungsunya,Ihsan Airlangga Saputra masih berkuliah di salah satu Universitas Bandung.
Dokter yang bernama Ibnu Shina itu pun menceritakan putranya yang tinggal diluar negeri dan sudah memiliki seorang anak perempuan berusia dua tahun.Sedangkan putrinya yang bungsu sedang kuliah di ibu kota Jakarta.
Dokter Arya adalah sahabat lamanya dokter Shina,mereka satu angkatan dan seperjuangan semasa kuliah dulu.Mereka menempuh pendidikan yang sama,menjadi Koas bersama dan bahkan wisuda bersama.
Dosen itu juga pernah datang bersama istri dan anaknya pada saat resepsi pernikahan putri kembar dokter Arya, yaitu silvy dan Silmy yang digelar bersamaan disalah satu hotel mewah Jakarta.Dosen pembimbing yang sangat kharismatik itu memeriksa naskah skripsi Ihsan dengan cermat.
Menurutnya,tidak ada yang perlu direvisi.
Hanya tinggal menunggu tanda tangan pengesahan saja,dan schedule untuk sidang skripsi.
Setelah tidak ada yang perlu dibahas lagi,
Ihsan pun segera berpamitan.Meskipun sang profesor masih ingin berbincang bincang dengan anak muda berbakat itu. Tetapi Ihsan tidak mau menyita banyak waktu beliau,karena ada mahasiswa lain yang ingin menghadap selain dirinya.
Dokter senior yang bergelar profesor itu menepuk bahu Ihsan denganlembut,beliau merasa kagum dengan anak sahabatnya yang mampu menyelesaikan pendidikan kedokterannya hanya dalam kurun waktu tiga setengah tahun.
Dokter Shina menatap punggung pemuda itu hingga hilang dari pandangan matanya.
Lalu profesor itu mengeluarkan ponselnya
dari saku kemejanya dan melakukan sebuah panggilan ke nomer dokter Arya. Sesaat kemudian panggilan itu tersambung. "Hallo ....."
Ar.....anak bungsumu baru saja keluar dari ruanganku,anak itu sungguh luar biasa" Ucap dokter Shina memuji Ihsan.
"Ha ha ha.... siapa dulu donk,papanya" jawab dokter Arya dengan bangga.
Sebelum Ihsan menghadap beberapa menit yang lalu,dokter Shina meminta dokter Arya untuk mengirim photo anak muda itu untuk memastikan bahwa mahasiswa yang akan ditemuinya adalah anak sahabatnya. Ternyata benar dugaannya,anak muda itu adalah Airlangga anak sahabatnya.
Sementara itu Aira sedang duduk didalam kelasnya,setelah jam pelajaran berakhir.
Roswita dan Hanifah menghampiri Aira. Kedua sahabatnya itu cengengesan sambil
menunjukkan akun instagramnya.Mereka berbisik bisik menanyakan tentang Ihsan. Gadis itu meletakkan jari mungil di bibirnya sambil melirik ke arah teman teman lain.
Sebenarnya adalah hal yang wajar bagi dirinya mempunyai kekasih,tetapi gadis itu merasa risih bila membicarakan masalah pribadi di dalam kelas,dan teman teman
yang lain akan menjadi heboh.Terutama Natsir dan Jajang yang sering usil kepada Aira.
Menurut Aira,cukuplah mereka mengetahui dengan sendirinya,tanpa harus memberi penjelasan,karena secara tidak langsung Aira sudah memberitahu mereka lewat akun instagramnya.Siang ini Aira sudah pulang dari kampus,Dia melaksanakan sholat zuhur dan makan siang sendiri,karena Ziva belum datang.
Diluar hujan sangat deras,angin bertiup kencang,ini hujan pertama sejak gadis itu
datang seminggu lalu.
Aira sedang menatap air hujan yang turun dari balik jendelanya,tiba tiba ponselnya berdering,Ihsan sedang melakukan video call.Aira segera menerimanya,wajah Ihsan terpampang jelas dan menyapa Aira mesra "Sayang,apa kabar hari ini?"Ucap Ihsan dari dalam mobilnya yang masih berada di parkiran kampus.
"Alhamdulillah baik...."Kamu sudah ketemu dengan dosennya? balas Aira.
"Alhamdulillah,revisi sudah selesai,tinggal
pengesahan saja" jawab Ihsan mantap.
Aira tersenyum lebar,dia sangat bahagia karena kekasihnya sudah menuntaskan skripsinya dengan cepat,dari yang dia perkirakan.Gadis itu mengucap syukur.
"Kangen kamu" wajah Ihsan memelas. "Aku juga " balas Aira sambil tersipu.
Kedua muda mudi itu asyik berbincang bincang,mereka saling tatap melepas rindu tanpa ada yang mengganggu.Ihsan sangat suka menggoda Aira,yang kerap tersipu malu dengan wajah yang merona.Kadang kadang gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya,membuat Ihsan semakin gemas.
Panggilan video Ihsan terputus seketika, dokter Arya menelpon dari kantornya di rumah sakit.Pemuda tampan itu mengirim pesan singkat kepada Aira,bahwa dirinya akan menelpon kembali setelah selesai berbicara dengan papanya dan setelah dia sampai di apartemen.
Anak bungsu itu segera menjawab salam papanya "Waalaikum salam pa..."
"Jagoan papa gmn kabarnya?Tumben tidak pulang,tidak kangen kita rupanya"
"Baik pa....Ahhh papa....kangen lah...Tapi malas mau pulang..."jawab Ihsan ringan.
Dokter Arya sangat memanjakan Ihsan, kadang kadang dia memperlakukan putra
bungsunya itu seperti masih anak kecilnya yang lucu.Kemudian papanya menanyakan sejauh mana perkembangan skripsi yang disusun oleh Ihsan,seolah olah tidak tahu, kalau putranya sedang memasuki tahap pengesahan skripsi.
Orang tua separuh baya itu hanya ingin menguji kemampuan dan kemandirian anaknya dalam menyelesaikan skripsinya secara langsung.Meskipun dia sudah tahu dari dokter Shina, sahabatnya.Tetapi dia ingin mendengar sendiri dari putranya.
Ihsan menjelaskan pada papanya,secara singkat bahwa tugas penyusunan skripsi ilmiah itu sudah selesai. Ihsan meminta doa papanya agar dalam persidangan skripsi nanti berjalan dengan lancar.
☆☆☆☆☆