"Gue sudah memberi tahu sepupu gue. Gue juga sudah mengatakan semuanya. Kalau lo emang serius, temui dia di Coffe shop jalan Mansef jam 7:45 malam."
Retta memberi tahu semuanya pada Rey, memang sepupunya sudah menyetujui hal tersebut. Sekarang hanya tinggal menunggu keputusan setelah mereka bertemu.
"Oke," jawab Rey dengan begitu ringan.
"Lo yakin akan menemuinya?" tanya Retta yang masih merasa kebingungan dengan hal ini. Masih ada sebuah keraguan yang menyelimuti diri Retta.
Rey semakin memperhatikan Retta dengan intens. "Dengan lo yang mempertanyakan hal ini terus-menerus, semakin gue yakin untuk memiliki lo."
Jawaban yang baru saja Rey ucapkan begitu berkebalikkan dengan apa yang ada di pikiran Retta. Beberapa saat Retta memikirkan hal yang menjadi alasan kenapa Rey seperti orang yang sudah begitu yakin akan hal ini.
"Lo ngejar apa sih dari gue?" tanya Retta yang benar-benar kebingungan dengan alasan utama kenapa Rey begitu yakin pada dirinya.
"Kasih sayang," jawab Rey dengan begitu enteng.
Kenapa jawabannya begitu berbeda, nih cowok serius atau enggak sih?
Retta cukup tanda tanya akan hal ini.
******
07:40
Waktu berlalu dengan sendirinya, sekarang Rey sudah berada di Coffe shop sambil menunggu kedatangan sepupu Retta. Dengan santai dirinya menunggu di sini tanpa ditemani oleh Retta.
Seorang cowok bertubuh tinggi yang sekarang tengah menggunakan jaket denim berwarna dark levis dengan kaos putih sebagai dalamannya melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Rey berada.
Melihat cowok itu, Rey merasa yakin kalau orang itu adalah sepupunya Retta, meski tidak ada sebuah kemiripan dengan Retta, tapi dirinya dengan santai menunggu cowok itu menghampirinya.
"Lo cowok yang sudah nembak Retta?" tanya cowok itu sebelum akhirnya dia duduk di depannya.
Dengan santai Rey menganggukkan kepalanya dan kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Ya. Nama gue Rey," ucap Rey sambil mengulurkan tangannya ke arah cowok berambut pirang yang ada di hadapannya.
Sebuah senyuman terukir di bibir cowok itu sampai akhirnya dia bersalaman dengan Rey. "Gue Rey," ucap cowok itu sambil tersenyum di ujung kalimatnya.
Mendengar nama cowok yang ada di hadapannya, Rey mengernyitkan keningnya sambil menatap serius cowok yang ada di hadapannya. Ada sebuah tanda tanya yang ada dalam diri Rey.
"Rey-nard." Dengan enteng cowok itu mengucapkan satu kata lengkap dari namanya.
Rey kemudian tersenyum kecil mendengar nama asli cowok itu. "Gue Rey Putra," ucap Rey santai.
Moment-nya menjadi cair dengan seketika hanya karena mengetahui kesamaan nama mereka. Akhirnya Rey mempersilkan Reynard untuk duduk.
Saat Reynard duduk di hadapannya, ada sesuatu hal yang membuat mata Rey Putra menjadi begitu tertuju dengan sebuah tanda tanya di dalamnya.
"Wait, jaket lo?" Rey merasa ingat akan sesuatu saat mengingat jaket yang sekarang Reynard gunakan.
Reynard melirik ke arah dada kirinya sejenak. "Rans," ucap Reynard menggunakan nada yang terdengar begitu santai.
"Lo anak Rans?" tanya Rey yang cukup yakin akan hal ini, karena setahu dirinya tidak sembarang orang yang bisa menggunakan jaket yang berlogo 'RANS'.
Jaket itu adalah salah satu identitas anak-anak Rans, sehingga cukup masuk akal kalau tidak sembarang orang bisa menggunakan jaket tersebut, kecuali para anggotanya.
Reynard menganggukkan kepalanya dan kemudian berucap. "Lebih tepatnya, Leader Rans." Sebuah senyuman miring terukir di bibir Reynard saat mengungkapkan siapa dirinya.
Memang cowok yang merupakan sepupunya Retta adalah Leader dari geng Rans yang sudah cukup terkenal di jalanan, sehingga tidak heran jika Rey sempat terdiam sejenak saat melihat jaket yang Reynard gunakan.
Tidak aneh ternyata saat sebelumnya Retta terus menanyakan apakah Rey yakin ingin menemui sepupunya atau tidak, karena sepupunya bukan orang biasa saja.
Cowok berambut pirang yang terlihat sedikit acak-acakan yang sedari tadi memasang ekspresi yang datar dengan tatapan yang sedikit tajam serta aura yang dingin yang begitu terpancar, dia mempunyai nama lengkap Reynard A.V Dirgantara.
Tidak ingin terlalu fokus pada siapa Reynard, Rey akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut, karena memang tujuan utamanya juga bukan untuk membahas siapa sepupunya Retta.
"Oke. Retta sudah kasih tahu semuanya sama lo kan? Jadi, apa jawabannya?" tanya Rey dengan begitu to the point.
Hal yang menjadi tujuan utama kenapa Rey datang ke tempat ini, karena dia ingin tahu jawaban dari pertanyaan yang sudah dia ucapkan pada Retta waktu itu.
"Lo begitu ingin sama dia?" tanya Reynard dengan nada yang cukup serius.
"Gue lebih ingin memiliki dia sepenuhnya," jawab Rey Putra dengan penuh kejujuran. Di sini memang dirinya bukan begitu mau bersama dengan Retta, tapi dirinya yang ingin bisa memiliki Retta sepenuhnya.
"Atas dasar?" tanya Reynard datar dan juga cukup singkat.
"Agar gue jauh lebih mempunyai hak untuk menjaganya," jawab Rey Putra tanpa ada sebuah pemikiran terlebih dahulu.
Kalimat itu seolah sudah ada dalam pikirannya, sehingga saat Reynard menanyakan hal tersebut pada dirinya, dirinya bisa lebih mudah untuk mengucapkan jawaban yang dia miliki.
"Bagaimana dengan menyakiti?" Reynard menatap cowok di hadapannya dengan begitu santai, tapi tidak menghilangkan kesan serius di dalam pertanyaannya.
Rey Putra tersenyum miring setelah mendengar pertanyaan dari Reynard. "Kalau gue ingin melihat dia tersakiti atau membuat dia merasakan sakit, gue tidak akan menahan dia saat dia mengejar mantannya."
Alasan yang sudah Rey Putra ucapkan cukup masuk akal dan Reynard mengerti akan hal itu. "Dan lo yang membuat hubungan mereka putus?" tanya Reynard dengan begitu ringan, bahkan terlihat sedikit mengukirkan senyumannya.
Sejenak Rey menggaruk kepalanya dan kemudian menyisir rambutnya ke belakang. "Lo tahu dari mana?" tanya Rey sambil menatap Reynard dengan cukup serius.
Di sini Rey kebingungan dengan hal tersebut, meski ada sebuah kemungkinan kalau Retta yang memberi tahu Reynard akan hal ini, tapi rasanya cukup tidak mungkin.
"Hanya menebak," jawab Reynard dengan begitu enteng yang tak lama kemudian mengambil coffe-nya dan menikmatinya dengan santai.
Rey mengangkat kedua bahunya santai. "Ya. Mungkin bisa dikatakan seperti itu," jawab Rey Putra santai.
"Lo serius ingin menjaga dia?" tanya Reynard yang masih merasa ingin sebuah keyakinan dan hal ini.
Sepertinya Reynard tidak akan bisa dengan mudah melepaskan Retta kepada cowok, terlebih terakhir kali Retta menjalin sebuah hubungan berakhir dengan sebuah hal yang tidak pantas.
"Gue tidak akan ada di sini, jika gue tidak serius." Nada bicara Rey Putra mulai naik dan mulai lepas dari kata santai.
"Kalimat lo sedari tadi serius?" Perkataan yang baru saja Reynard ucapkan kebanyakannya adalah sebuah kalimat tanya, tapi sedari tadi nada bicara Reynard begitu santai.
Rey Putra menganggukkan kepalanya. "Gue bukan orang yang bisa basa-basi, sehingga gue akan berucap sesuai apa yang seharusnya gue ucapkan." Rey sedikit menjelaskan bagaimana karakter dirinya.
"Dia adalah cewek yang selalu gue jaga kebahagiaannya, kalau lo mau menambahkan kebahagiaan dalam hidup dia ... silakan."
"Apa pun itu, gue hanya berusaha untuk tidak menyakitinya."
"Itu yang terpenting," ujar Reynard yang memang dia juga tidak bisa memaksa agar Rey Putra bisa menambahkan kebahagiaan dalam hidup Retta, tapi dengan berusaha untuk tidak menyakitinya itu yang terpenting.
"Intinya apa? Lo menyetujuinya atau tidak?" tanya Rey Putra yang ingin sebuah kesimpulan dari semua ini.