Swoooshhh!!
Axcel terkejut bukan main, bagaimana bisa Utaru tiba-tiba berada di situ dan sudah memeluk Axcel? Namun itu tak menghentikan ketakutan Axcel.
"Ahh Utaru, bagaimana kau.... Ah singa itu masih melihat ke arahku!! Kita berdua akan matii huaaa!!"
Rooarrrrr!!
Axcel melihat ke arah singa yang masih ganas itu. Tapi singa itu terlihat ragu seakan ingin menghindari sesuatu. Namun singa itu kembali mengaum dan melompat ke arah Axcel dan Utaru.
Dalam sepersekian detik Utaru langsung melompat keatas tebing yang tingginya sekitar 20 meteran itu dengan sangat cepat. Guratan cahaya seperti kilat mengelilingi Axcel dan Utaru. Axcel sangat terkejut! Swoooshh!!
"Aahhhh!?"
Tap Tap!!
Kakinya menapak di tepi tebing itu dengan mudahnya. Daun-daun tiba-tiba gugur di sekitar mereka berdua. Axcel terperanga.
Seketika dirinya melihat cahaya yang sagat indah dari langit yang menyinari tubuh Utaru karena kehebatannya itu.
"Utaru bagaimana kau bisa? ah hebat sekali ayoo kalahkan mahluk ituu!!"
"Itu tidak perlu ayo pergi!"
"Hah!? Ini sama sekali tidak keren!! Hey dasar singa jelek ayo sini kalo berani lawan aku!!"
"Sudah diamlah, akan ku lempar tubuhmu ke singa itu kalau kau masih berisik!!"
Bukannya lega telah terhindar dari maut, Axcel malah meminta Utaru untuk mengalahkan singa besar tadi. Tentu saja Utaru menolaknya. Namun Axcel tetap menginginkan hal itu sehingga dia hanya mengejek singa itu dari atas tebing.
Hal itu membuat Utaru kesal dan memarahi Axcel, hingga akhirnya Axcel terdiam dan hanya menurut karena takut akan ancamannya.
[Stt: tebing pulau "tak bernama"]
Seperti biasa menjelang malam Utaru memasak hasil buruannya untuk dimakan mereka berdua malam itu. Agaknya Axcel masih memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi tadi sore.
Pletak!! Pletakk!!
"Utaru!"
"Hmmm?"
"Tadi kau keren sekali!"
"Sudah makan lah atau ku babiskan daging-daging ini!? "
"Kalau kau sekuat itu.... Kenapa kau tak ikut berperang seperti penduduk desa?"
"Hey hey! apa kepalamu dipukul oleh singa tadi?"
"Kau yang sehebat itu pasti bisa mengalahkan inu-inu dengan mudah kan? Kenapa kau tak ikut bertarung saja?"
"Itu sama sekali tak perlu."
"Apa maksudmu tak perlu!? Dulu ayah ibuku dibunuh oleh monster-monster itu, apa membunuh mereka itu tak perlu!?"
Slap!
"Hhhhh, jika aku bertarung dan membunuh para inu berarti aku sama saja seperti monster-monster itu bukan? "
"Tentu saja tidak sama! Mereka monster yang membuat aku kehilangan keluargaku!!"
"Axcel, mereka juga punya keluarga seperti kita. Jika kita memburu inu kita juga sama saja menjadi seorang pembunuh, menjadi seorang monster bagi para inu-inu itu. Yang aku inginkan hanyalah perdamaian dimana tidak ada mahluk yang saling bertarung."
Saat Utaru menjawab Axcel, kekaguman axcel terhadap Utaru sekejap meningkat, utaru menolak mentah mentah pernyataan Axcel akan kekuatannya yang tak digunakan untuk melawan inu.
Utaru beranggapan bahwa jika ia membunuh inu maka ia sama saja selerti para inu itu yang membunuh manusia. Dan hal yang diinginkan Utaru saat ini yaitu perdamaian tanpa saling membunuh.
"Lalu kenapa kau tidak mewujudkan perdamaian itu!?"
"Aku sudah tak pantas lagi melakukan tugas itu. Dan satu lagi, apa kau melupakanku sebagai keluargamu? Aku ini keluargamu bukan?"
"[…]Utaru?"
"Apa?"
"Bisakah aku menjadi seorang kesatria?"
"Untuk apa?"
"Agar aku bisa mewujudkan keinginanmu itu, kau keluargaku bukan? Berarti aku berhak mewujudkan keinginan keluargaku!!"
Setelah mendengar perkataan Axcel yang begitu tulus itu membuat hati Utaru tersentuh dan tanpa sadar memeluk Axcel dengan erat.
Semangat Axcel yang sangat besar itu membuat dirinya percaya bahwa Axcel bisa mewujudkan impiannya. Ya, itulah tekad Axcel yang sangat kuat!
"Hey utaru, kenapa kau memeluku?"
"Terima kasih."
"Hah? Untuk apa?"
"Terima kasih telah menjadi keluargaku."
Dumbfounded
"Shishishii."
"Baik lah, mulai besok kau akan menjadi muridku!!"
"Yoshhh, ayo lakukann!!"
Scream!
"Hei kakimu menginjak bara api!"
"Uwwahh!! Huhh, seorang kesatria tak akan menangis hanya karna sebuah bara api kecil seperti ini!! Shishishiii."
"Hahaaa, dasar bodoh!"
"[…]Hey utaru ini sakit sekalii!!"
Melihat kehebatan Utaru, Axcel memintanya untuk melatih dirinya menjadi seorang kesatria. Setelah melihat tekad yang ada pada diri Axcel utaru setuju untuk melatih Axcel.
.
[…]