Ruby Aleea, seorang gadis cantik pekerja keras, yang rela melakukan pekerjaan apapun demi uang. Saat ini ia sedang mengalami masalah keuangan, karena ayahnya tidak pernah kembali ke rumah.
Ya. Entah apa yang membuat Robie—sang ayah, tidak pernah kembali untuk menemui Ruby dan Emmy—ibunya. Tapi yang jelas, semenjak pertengkaran hebat antara Robie dan Emmy dua tahun yang lalu, membuat Robie memutuskan untuk pergi dari rumah dan tidak pernah kembali hingga sekarang.
Apapun alasan Robie untuk tidak kembali ke rumah, hidup Ruby dan ibunya tetap harus berjalan.
Selama satu tahun ini, Ruby terus bekerja keras untuk dapat membiayai sekolahnya dan untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari bersama dengan Emmy–ibunya.
Bagaimana tidak? Ruby yang masih sekolah harus membayar semua uang sekolahnya sendiri, dan bekerja keras sendiri agar pendidikannya tidak terputus
Akhirnya, Ruby memutuskan untuk mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu setiap hari untuk menambah pemasukannya.
Walaupun sangat lelah, tapi ia harus melakukannya.
***
Hari sabtu ini Ruby sedang bersiap untuk pergi bekerja. Kini ia sudah berpakaian rapi dengan menggunakan atasan berwarna hitam yang merupakan baju seragam dari tempatnya bekerja, dipadukan dengan celana jeans berwarna senada, membuat badan tinggi dan langsingnya terlihat lebih kecil lagi.
Baru minggu kemarin Ruby masuk kerja di sebuah 'kedai kopi' yang juga merupakan tempat kerja teman baiknya–Juan.
Satu minggu yang lalu Juan langsung membawanya pergi ke sana untuk bekerja, tanpa bertemu langsung dengan pemilik kedai tersebut. Entah sang pemilik kedai sudah setuju atau tidak dengan kehadiran dirinya sebagai pegawai baru di sana. Tapi yang jelas, Juan telah menegaskan bahwa Ruby diperbolehkan untuk bekerja oleh pemilik kedai dan akan menerima upah pada akhir bulan, sama seperti pegawai lainnya.
"Sayang, apa hari ini Juan akan datang untuk menjemputmu?" Emmy yang sedang berada di dapur bertanya dengan pelan kepada Ruby, ketika melihat dia masuk ke dapur.
Emmy tahu, teman Ruby yang bernama Juan itu pada hari sabtu dan minggu akan datang menjemput Ruby untuk pergi ke tempat kerja bersama. Bahkan ketika pulang kerja pun Juan akan mengantar Ruby sampai ke rumah. Hal itu membuat Emmy merasa tenang, karena ada orang yang menjaga Ruby. Sekarang Emmy tidak perlu lagi mengkhawatirkan putri tunggalnya ketika dia kerja.
Ruby yang baru saja masuk ke dapur mendengar pertanyaan dari ibunya, ia segera duduk di meja makan. Ia melihat Emmy meletakkan beberapa piring berisi makanan ke atas meja Ruby menatap Emmy dengan tatapan penuh kebahagiaan. Entah bahagia karena melihat wanita cantik yang berada di depannya ataukah bahagia karena hal lain. Yang jelas saat ini ia sangat bahagia.
"Tidak! Hari ini Juan pergi bersama dengan keluarganya ke luar kota. Jadi dia tidak akan masuk kerja!" Ruby menjawab dengan tenang sambil mencicipi makanan yang Emmy berikan kepadanya.
"Besok, baru dia akan masuk kerja lagi." Ruby menambahkan.
Ruby yakin, Juan tidak akan datang hari ini. Karena tadi malam, Juan telah memberitahunya lewat pesan singkat di WA bahwa dia tidak akan pergi bekerja hari ini.
"Oh, baiklah! Mama akan mengantarmu sampai ke halte bus." Jika tidak ada yang menjemput Ruby, maka dirinya yang akan mengantar Ruby, walau hanya sampai halte bus.
Emmy berbalik badan, ia segera membuka celemek yang masih melekat di tubuhnya. Setelah itu ia berjalan ke dalam kamar dan mengambil kunci motor.
Di rumah ini selain ada kendaraan roda dua, mereka tidak memiliki kendaraan lain lagi. Karena mobil yang mereka miliki sudah dibawa pergi oleh Robi.
Untungnya rumah ini milik Emmy sendiri yang ia beli ketika dirinya masih muda dan masih bekerja di dunia hiburan sebagai artis. Jika tidak, mungkin saat ini Emmy dan Ruby akan hidup terlantar tanpa ada rumah untuk berteduh.
"Cepat lah Sayang! Habiskan makanannya. Mama akan mengantarmu sekarang." Emmy kembali ke dapur, meminta Ruby untuk segera menghabiskan makanannya, karena waktu sudah siang, takut busnya sudah pergi.
Ruby menatap Emmy dengan perasaan haru. Saat ini Emmy sudah berpakaian rapi dan mengenakan jaket tebal sambil memegang dua buah helm di kedua tangannya.
Selalu saja seperti ini.
Walau Ruby sudah berusia 22 tahun, tapi Emmy masih saja memanjakan putrinya. Walau hidup di dalam rumah ini terasa hancur dan berantakan, tapi Emmy ... selalu saja membuat Ruby merasa nyaman dan hangat.
Tiba-tiba Ruby merasakan hidungnya terasa gatal, ada cairan putih yang akan mengalir keluar dengan pelan di hidungnya. Tapi, ia segera menariknya kembali, seolah memaksanya untuk masuk dan tidak membiarkannya keluar.
Ruby tidak tahan untuk tidak merasa sedih ketika berhadapan dengan wanita cantik dan lembut ini.
Ruby tahu di dalam hatinya Emmy, dia merasa sangat hancur. Hatinya sangat terluka karena perlakuan buruk Robi dan kebiasaannya yang selalu menikah dan berganti wanita hingga pergi dari rumah, menelantarkan istri dan anak.
Ini bukan kali pertama itu terjadi. Sejak kecil, Ruby sudah sering menyaksikan pertengkaran hebat antara Robi dan Emmy. Dalam pertengkarannya selalu saja tentang wanita lain.
Entah sudah berapa kali hal seperti ini terjadi di rumah ini, hingga Ruby memiliki trauma yang cukup parah tentang seorang pria. Ada ketakutan tersendiri ketika menjalin hubungan dengan seorang pria. Bahkan hatinya menjadi keras dan selalu menutup diri kepada pria.
Jadi Ruby memutuskan untuk tidak menjalin hubungan spesial dengan siapapun, demi menghindari rasa trauma itu sendiri.
Tiba-tiba Ruby tersadar dari lamunannya tatkala Emmy mendekat dan menepuk kedua bahunya, "Cepatlah! Waktu semakin siang. Nanti kau ketinggalan bus lagi!"
"Eh, iya ... Ma!" Ruby terkejut dengan keberadaan Emmy yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.
Ruby segera menunduk. Ia menyembunyikan mata yang sudah memerah dan ada sedikit basah di sudut matanya. Ia kembali memegang sendok dan mulai menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Emmy tadi.
Selama makan, Ruby terus menunduk tanpa mengangkat kepala. Ia menghiraukan Emmy yang masih berdiri di sampingnya sambil terus memperhatikannya. Ia tidak ingin Emmy mengetahui kesedihannya saat ini.
Ruby tidak membuang waktunya lagi, ia segera menghabiskan sarapannya dengan cepat.
Melihat Ruby makan dengan cepat, Emmy menepuk punggungnya dengan lembut,
"Pelan-pelan, Sayang! Nanti kau tersedak."
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Benar saja, seketika Ruby terbatuk.
Mendengar ucapan dari Emmy, bukannya Ruby bisa makan dengan tenang, malah benar tersedak hingga tenggorokannya terasa sakit.
Emmy melihat Ruby yang terus terbatuk hingga menunduk dan hampir menyentuh alas di meja.
Emmy segera mengambil gelas dan memberikannya kepada Ruby, "Minumlah!"
Ruby segera meminumnya. Air yang mengalir ke dalam mulut membuat tenggorokannya terasa nyaman. Setelah dirasa nyaman, ia kembali melanjutkan makannya tanpa berkata apapun.
Setelah selesai makan Ruby merapikan pakaiannya, ia mengambil tas dan segera memakai sepatunya. Ia mengikuti Emmy yang berjalan terlebih dahulu menuju pintu keluar.
Ketika sampai di luar, Ruby melihat Emmy sudah menyalakan motornya.
"Ayo naik!" Emmy berkata sambil menyerahkan satu helm kepada Ruby.
Melihat ibunya sendiri akan pergi mengendarai sepeda motor untuk mengantarnya pergi ke halte, Ruby merasa tidak tega.
Ia segera mengambil helm itu dari tangan Emmy dan memakainya.
"Mama di rumah saja. Biar aku yang membawa motornya sampai ke tempat kerja."
Daripada Emmy yang mengendarai motor pergi ke halte bus, lebih baik Ruby yang membawa motornya sendiri ke tempat kerja. Itu lebih baik, bukan?
Walau ini pertama kalinya Ruby pergi bekerja mengendarai sepeda motor, tapi ia akan mencobanya. Hanya pergi ke kedai kopi yang ada di pusat kota, itu sangat mudah. Tidak akan terjadi apa-apa kepada dirinya.
Untungnya ini merupakan sepeda motor matic, Ruby sudah ahli dalam mengendarainya.
"Tapi Sayang, Mama tidak tenang jika kau membawa sepeda motor sendiri ke tempat kerja.
Biasanya kau pergi bersama dengan Juan." Emmy diam sejenak, ia menatap Ruby penuh rasa khawatir.
"Jika nanti malam ketika kau pulang, ada orang jahat di jalan, bagaimana? Mama tidak ingin mengambil resiko itu."
Emmy sungguh sangat mengkhawatirkan putrinya. Ia tidak ingin sesuatu terjadi kepada Ruby.
Lebih baik sekarang ia mengantar Ruby sampai ke halte bus.
"Tidak! Itu tidak akan terjadi. Percayalah padaku!" Ruby meyakinkan Emmy.
Ruby tahu, Emmy terlalu khawatir kepada dirinya. Tapi sekarang dirinya sudah besar, tidak perlu lagi diperlakukan seperti anak kecil. Ia sudah bisa menjaga dirinya sendiri, tidak harus selalu dijaga oleh Emmy.
*** Catatan Author ***
Jangan lupa untuk memberikan review dan vote Batu Kuasanya ya!
Terimakasih Readers