webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
312 Chs

Telfon

Arjuna dan Aksara duduk berhadapan di kamar hotel mereka. Tak jauh dari sana, Raka tampak tengah mengobrol dengan sang ayah. Arjuna tampak menatap Aksara selama beberapa saat sebelum kembali menatap layar ponselnya. Hendak menelepon ibuk. Tidak perlu waktu lama hingga panggilan tersebut tersambung, "Halo Jun? Udah di mana sekarang? Jadi ke tempat uti atau gimana? Seneng nggak main di sana? Asik to? Karin sama adeknya di jagain kan? Jangan meleng lho ya keasikan sendiri adeknya nggak di perhatiin. Aksa tuh masih ceroboh banget anaknya. Nanti ilang lho adekmu. Nggak ada ganti nanti," kalimat panjang ibuk membuka percakapan, nada beliau tampak begitu khawatir.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com