webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
312 Chs

Ramah

Masih di rumah Aksara, kini Mbak Manda, Mbak Mia, Nathalie, Karin, dan Angel tengah duduk di ruang tengah hendak berkaraoke. Sedang para lelaki bermain karambol di ruang tamu. Ibuk sendiri sudah pergi ke toko sendari tadi.

"Lyodra Pesan Terakhir aja," teriak Mbak Manda semangat.

"Manda jangan teriak teriak," balas Mas Abim.

"Mas juga teriak,"

"Itu lagu galau nggak mau lah," balas Mbak Mia malas.

"Mbak Manda sed girl JIAKHHH," seru Aksara seraya memasuki ruangan, "Males ah ikut karambol. Mas Abim curang,"

"Mungkinkah aku meminta kisah kita selamanya. Tak terlintas dalam benakku bila hariku tanpamu. Segala cara telah ku coba pertahankan cinta kita. Slalu ku titipkan dalam doaku tapi ku tak mampu melawan restu," suara sumbang Mbak Mia terdengar menggelegar saat menyanyikan lagu milik Mahalini berjudul Melawan Restu, lagu yang sedang hits akhir akhir ini.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com