webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Hiện thực
Không đủ số lượng người đọc
312 Chs

Hari Jadi

Aksara duduk termenung di bangkunya. Duduk sendirian tanpa Agam di sampingnya. Situasi ini agaknya cukup asing di mata pemuda itu.

Aksara lagi-lagi menghela napas berat. Hal ini memang sedikit sulit untuknya. Walaupun sudah lebih dari seminggu setelah kepergian Agam tetap saja ia sulit untuk mengikhlaskan pemuda itu.

"Aku duduk di sini boleh?" Aksara menoleh dan mendapati Nathalie duduk di sampingnya. Ah saking asiknya melamun ia bahkan tidak menyadari saat Nathalie datang, "Karin katanya udah nyaman sebangku sama Angel. Jadi kita bertiga nggak jauh jauhan lagi duduknya,"

Pemuda itu tersenyum simpul seraya mengangguk singkat, "Seenggaknya kursi Agam nggak kosong lagi,"

"Kamu udah sarapan Sa?" Nathalie dengan cepat membelokkan topik pembicaraan, tidak ingin membuat pagi yang dingin menjadi semakin di rundung mendung karena kepergian salah satu warganya, Agam.

"Udah tadi. Kamu udah?"

"Udah dong,"

"Kamu udah boleh sekolah?"

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com