webnovel

2. Senandung Senja Di Danau Anggrek

Senja memeluk dengan lembutnya, menciptakan lukisan indah di ruang keluarga kami yang hangat. Cahaya senja yang merambat melalui jendela membuat suasana semakin akrab, menghadirkan kenangan manis tentang Papa yang selalu hadir di tengah-tengah kebersamaan kami. Di sekitar kami, aroma teh yang harum menguar, memberikan sentuhan hangat pada suasana yang santai.

Kukenang saat-saat indah ketika Papa masih bersama kami, ketika ruangan ini masih menjadi teras tempat kita menghabiskan waktu bersama. Foto Papa yang menghiasi dinding menjadi saksi bisu dari kenangan manis yang takkan pernah pudar dari ingatan kita.

"Mama, ingat ngga dulu kita sering duduk di sini sama Papa? Waktu itu ruangan ini masih jadi teras," bisikku, sambil tersenyum melihat foto Papa yang terpampang di dinding.

Mama mengangguk lembut, matanya terasa berkaca-kaca.

"Oh, tentu saja, Sayang. Kenangan itu selalu membekas di ingatan Mama. Sekarang ruangan inilah salah satu kenangan Papa kamu yang bisa menciptakan momen untuk mengingatnya," ucap Mama dengan suara yang penuh nostalgia.

Kuambil secangkir teh yang masih hangat, mencoba meredakan kerinduan yang terus menggelora di dalam hati.

"Mama, tahu nggak, seringkali aku merindukan momen simpel kayak gini. Hanya kita berdua, ngobro-ngobrol ringan," ujarku sambil menyeruput teh dengan hati yang penuh kerinduan.

Mama tersenyum, matanya berbinar penuh pengertian.

"Mama juga, sayang. Kadang-kadang kebahagiaan itu ada dalam momen-momen kecil kayak gini," ucap Mama dengan suara yang penuh kehangatan, mencoba meredakan kerinduan yang sama yang juga menghantuinya.

Aroma teh yang harum dan biskuit yang renyah melingkupi ruangan dengan kehangatan yang menyentuh jiwa. Suasana malam pun semakin memperdalam keintiman kita, di mana setiap cerita yang kita bagi dan setiap tawa yang kita berikan menjadi ladang kebersamaan yang penuh kedamaian.

Dalam hangatnya momen itu, aku meletakkan cangkir teh dengan lembut, memeluk Mama dengan erat, seolah merangkul seluruh kebahagiaan yang ada di dalam dirinya.

Bersandar di bahunya, aku merasakan kelembutan dan kehangatan dalam pelukannya, seolah tidak ada tempat yang lebih aman dan nyaman daripada pelukannya.

"Mama, terima kasih atas segala momen indah yang kita bagi bersama," ucapku, suara penuh dengan rasa syukur dan kehangatan.

"Sarah, kamu adalah salah satu harta berharga bagi Mama. Kita memiliki banyak harta, tapi tak ada yang sebanding dengan kebahagiaan yang kamu ciptakan di setiap detik yang kita lalui bersama," jawaban Mama disertai dengan pelukan yang semakin erat, menyirami hatiku dengan ketenangan dan kelembutan yang tak tergantikan.

Saat kita terus bersandar satu sama lain, senja semakin merayap, membawa ketenangan dan kehangatan yang semakin dalam. Di dalam pelukan yang penuh cinta itu, kita merayakan kehadiran satu sama lain dalam momen yang sederhana tapi begitu berarti, seolah membingkai kebersamaan yang abadi dan tak terlupakan.

****

Pada suatu hari yang cerah, teras rumah kami menjadi panggung kecil untuk kebersamaan. Papa masih bersama kami, hanya kak Salman yang telah 7 tahun meninggalkan kami setelah insiden kecelakaan itu.

Di atas karpet yang empuk, kami bertiga—aku, papa, dan Mama—duduk dengan santai sambil bermain puzzle yang baru saja aku beli. Aroma teh menyegarkan menguar di udara, dan senyuman papa menciptakan suasana yang penuh kehangatan.

Puzzle yang belum selesai ini menjadi tantangan yang menyenangkan di untukku. Tiap potongan puzzle menghadirkan cerita tersendiri, dan setiap usaha mencocokkan potongan-potongan itu memberikan rasa puas yang mendalam.

Dan aku sibuk mencari potongan yang sesuai, tertawa saat menemukan potongan yang salah, atau memperdebatkan tempat yang tepat untuk meletakkan setiap potongan.

"Papa, ayo main puzzle?" pintaku sambil menyusun potongan puzzle dengan hati-hati, matanya terfokus pada setiap detail.

Papa meletakkan penyangga kakinya dengan hati-hati, dan dengan nada penuh keceriaan menjawab.

"Hem, boleh. Kayaknya main puzzle akan membuat Papa kembali muda!"

Mama berbicara dengan lembut,

"Papa, hati-hati ya kakinya."

Sambil menyusun puzzle, percakapan ringan memenuhi teras rumah. Kami berbagi cerita, tertawa, dan terus mencoba mencocokkan potongan puzzle yang saling terkait.

Setiap potongan yang berhasil disatukan menjadi sebuah keberhasilan kecil yang memberikan semangat baru untuk melanjutkan permainan.

"Ingat gambar ini nggak, Sarah?" kata Papa sambil menunjuk potongan puzzle yang menggambarkan pantai.

Aku tersenyum cerah.

"Tentu, Papa. Itu kan gambar pantai. Ma, ingat nggak kita pernah kehujanan di pantai? Tapi nanti aku mau lagi ke pantai, Ma, Pa," ujarku sambil mata dan tangan fokus pada puzzle ini.

"Tapi itu jadi salah satu kenangan paling lucu deh, kayaknya. Soalnya waktu itu kan kamu ngompol juga di celana. Katanya kena air, tapi kok mama cium bau pesing," tambah Mama sambil tertawa mengejek kejadian lucu di pantai waktu itu.

"Iya, kan, namanya juga anak kecil, Ma. Tapi tahu nggak, waktu itu, aku tu lihat Kak Salman dikejar sama anjing, Kak Salmannya malah lari ke aku, jadi anjingnya juga ngejar aku. Ya takut lah, aku ikut lari sampai terkencing-kencing," aku mengingat kejadian saat aku umur 8 tahun. Semua tertawa, Papa sampai terpingkal-pingkal.

Suasana di teras rumah begitu hangat, penuh tawa dan kenangan manis yang terus mengalir di antara kami. Sesekali, cahaya matahari yang mulai senja menyapu teras, memberikan warna keemasan pada momen kebersamaan kami yang tak terlupakan. Semua itu membuatku merasa beruntung memiliki keluarga yang begitu akrab dan penuh cinta.

Sementara langit senja memperlihatkan perubahan warna yang menakjubkan, puzzle besar di hadapan kami menjadi semakin lengkap dengan setiap potongan yang kami susun dengan teliti. Setiap sentuhan kami di puzzle itu seakan menjadi langkah kecil menuju kesempurnaan yang kami idamkan.

"Dengar, Sarah," kata Papa dengan suara penuh kehangatan,

"puzzle ini seperti kehidupan kita. Setiap potongan memiliki perannya masing-masing. Dan jika kita ingin menjadi pemenangnya, kita harus menyusun dan menemukan setiap potongan ini dengan tekun dan penuh keberanian. Kalau orang lain yang menyusunnya, menemukannya, dari awal sampai akhir, maka kita hanya menjadi penonton yang pasif."

Saat kata-kata Papa mengalir dalam alunan senja yang merambat, aku merenung dengan dalam. Bagaimana kehidupan kita sebenarnya adalah sebuah puzzle besar yang harus kita susun dan temukan setiap potongannya dengan penuh dedikasi dan keyakinan.

"Dari setiap teka-teki yang dihadapi, kita bisa mengambil hikmah dan belajar untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat," lanjut Papa sambil terus mencari posisi yang tepat untuk meletakkan potongan puzzle tersebut.

Di tengah kerumunan warna-warni senja yang memukau, aku merasa seakan diselimuti oleh kekuatan dan semangat baru untuk menghadapi tantangan kehidupan yang ada di hadapan kami. Dalam puzzle ini, kami tidak hanya berjuang untuk menemukan potongan yang tepat, tetapi juga untuk menemukan makna sejati dari kehidupan dan pemenangan yang sejati.

"Seperti inilah kehidupan, Sarah," ujar Papa dengan nada bijak sambil memegang daguku dengan lembut.

"Kita harus menemukan sendiri potongan-potongan kecil dari bagian hidup kita dan menyusunnya dengan hati-hati. Jangan biarkan orang lain memasukkan potongan yang salah dan mengacaukan semuanya."

Aku memandang Papa dengan tatapan penuh pertanyaan, lalu bertanya dengan ragu,

"Tapi, Papa, bolehkah kita meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikannya? Seperti Papa yang membantuku menyelesaikan puzzle ini?"

Papa tersenyum bijak,

"Tentu saja, Nak. Namun, kita harus berhati-hati dan selektif dalam memilih siapa yang akan membantu kita. Tidak semua orang bisa dipercaya. Ada yang justru bisa membahayakan kita. Intinya, ketika kita berusaha dengan keras untuk menyelesaikannya sendiri, maka kebahagiaan yang kita rasakan saat berhasil akan jauh lebih besar."

Kami berdua terdiam sejenak, merenungkan kata-kata bijak Papa. Suasana di teras menjadi semakin hening, hanya terdengar bunyi angin yang berbisik lembut. Kami merasakan kehangatan dan kedamaian dalam kebersamaan kami, sambil menatap puzzle yang telah kami susun dengan teliti.

Papa kemudian memulai sebuah cerita dengan nada ceria,

"Sarah, tahukah kamu? Ini bukan pertama kalinya kita berdua main puzzle bersama."

Aku memandang Papa dengan antusias,

"Serius, Pa?"

"Ingat nggak, dulu waktu kamu masih kecil sekitar 4 tahun, kamu sering mengawasi Papa saat bermain Puzzle. Dan pas almarhum kak Salman mau masuk SMP, kamu minta dibeliin puzzle dan building blocks yang gede banget, puzzle ini selalu menjadi pilihan favorit kita berdua," jawab Mama sambil tersenyum manis, mengenang masa lalu yang indah.

Senyum lembut terukir di wajahku saat mendengar cerita tersebut. Aku merasa hangat dalam pelukan keluargaku, teringat akan momen-momen indah yang telah kita lewati bersama. Dan dalam kenangan itu, aku merasakan kehadiran kasih sayang yang tak tergantikan dari kedua orang tua tercinta.

"Ya ampun, kok aku nggak ingat ya," ujarku dengan ekspresi heran, sambil memperhatikan potongan puzzle di tanganku dengan seksama.

Papa tertawa riang, mengingat kembali momen lucu itu.

"Ingat gak Ma, waktu itu Papa hampir aja nggak bisa menemukan potongan terakhir? Padahal udah mencari ke bawah sofa, kamar mandi, bahkan dapur. Dan ternyata potongan terakhir itu ada di bawah karpet!"

Tawa riang menggema di ruang keluarga kami, mengingat kembali momen-momen ceria yang pernah kami alami bersama. Mama mengangguk setuju,

"Iya! Memangnya Papa suka banget sama puzzle sampai-sampai lupa sama Mama," ucapnya sambil melipat tangan di dada dengan penuh keceriaan.

Senja semakin merayap, membawa kami semakin dekat pada malam yang gelap, namun cerita-cerita lucu dari Papa tetap mengalir dengan semangat. Kami semua terhanyut dalam aliran kenangan yang membawa kebahagiaan, sambil menikmati kehangatan dan kebersamaan di tengah suasana senja yang menghampiri.

Aku menghela nafas dalam-dalam, terpikir oleh pesan dalam kisah itu. Setiap potongan puzzle memiliki peranannya masing-masing, seperti setiap momen dalam kehidupan kita. Tapi apa yang terjadi ketika satu potongan hilang atau salah ditempatkan?

Pikiranku melayang pada masa lalu, saat puzzle kehidupanku menjadi kacau dan tak teratur. Ketika salah satu potongan hilang, semuanya menjadi berantakan. Aku teringat pada saat-saat sulit yang pernah ku alami, ketika aku merasa seperti pecahan puzzle yang tak dapat disatukan kembali.

Namun, Papa mengajarkan bahwa meskipun kehidupan terasa sulit dan tak teratur, kita memiliki kekuatan untuk menemukan potongan-potongan kecil yang hilang.

Dan jika kita berjuang dengan keras, dengan upaya kita sendiri, kita dapat membangun kembali kehidupan kita seperti merangkai puzzle yang indah.

Sambil merenung dalam keheningan, aku merasakan semangat baru yang menyala di dalam diriku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menyerah, bahwa aku akan terus berjuang untuk menemukan setiap potongan kecil kebahagiaan dan makna dalam hidupku.

Senja semakin merayap di langit, tetapi hatiku dipenuhi oleh api semangat yang baru terbakar. Aku bersyukur atas pelajaran berharga yang diberikan Papa, yang menginspirasi dan memotivasiku untuk tidak pernah menyerah, bahkan di tengah kegelapan malam yang merayap.

*****

Mama, dengan tatapan heran yang khas, menyindirku dengan lembut.

"Sarah, udah mandi belum?" Aku tersenyum dan menggelengkan kepala,

"Belum, Ma,"

"Lupa lagi ya, Sarah? Jangan sampai ketularan sifat Papa yang suka lupa!" celetuk Mama sambil tertawa kecil.

Aku hanya bisa menggaruk kepalaku yang penuh rambut.

"Maaf ya, Ma. Tadi ada urusan sekolah yang harus aku selesaikan, jadi lupa,"

Mama mengangguk penuh pengertian,

"Oke, segera mandi. Jangan biarkan lalat-lalat berkeliaran di sekitar kita nanti." Kata Mama bercanda sambil tersenyum.

Saat aku bergerak menuju kamar mandi, pikiranku melayang jauh, merenung tentang kehangatan dan kebersamaan keluarga. Meskipun telah berlalu 10 tahun, atmosfer kebersamaan itu masih terasa, membawa kedamaian dan kebahagiaan di hati.

Setelah mandi dan sholat Maghrib bersama Mama, aku melanjutkan untuk membaca Al-qur'an. Duduk di sofa ruang tengah bersama Mama, yang membaca Al-qur'an dengan penuh khidmat dan memakai kacamata, suasana tenang mengalir memenuhi ruangan. Setiap ayat yang terucap membawa kedamaian yang begitu dalam, dan keberkahan terasa menyelimuti hatiku.

Dalam momen itu, kurasakan betapa istimewanya kehadiran Mama. Wajahnya yang penuh ketenangan saat membaca Al-qur'an membuat hatiku terpenuhi dengan rasa syukur dan kedamaian.

Setiap pandanganku padanya menghadirkan cahaya yang mengisi ruangan dengan kehangatan yang tak terlukiskan. Di situlah aku menyadari, betapa beruntungnya aku memiliki sosok ibu yang selalu mendampingi dalam setiap langkah hidupku, membimbingku dengan penuh cinta dan kesabaran.

Dalam keheningan yang mendalam, aku terus merenung tentang kehidupan, tentang arti dari setiap ayat yang terdengar, tentang petunjuk dan arahan yang tersemat di dalam Al-qur'an.

Mama adalah teladan yang hidup bagi keimanan dan ketabahan, dan bersamanya, aku merasa terhubung dengan kekuatan yang lebih besar, merasakan kedamaian yang mengalir dari setiap halaman kitab suci yang kami baca bersama.

Setiap kali melihat wajah Mama, aku merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dalam tatapan matanya yang penuh cinta dan pengertian, tersembunyi segala kebijaksanaan dan kasih sayang yang tak terbatas.

Dan dalam momen-momen seperti ini, aku merasa terjaga, terlindungi, dan didorong untuk terus berjuang dan menjalani hidup dengan penuh keikhlasan dan ketabahan.

Saat malam mulai merangkul hari dan cahaya lampu ruangan memudar, kami tetap duduk bersama, membiarkan kehadiran Al-qur'an dan kebersamaan kami memenuhi ruangan dengan kehangatan dan ketenangan. Dan di dalam hatiku, aku bersyukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, termasuk kehadiran Mama yang begitu berarti dalam hidupku.

Aku membaca ayat-ayat cinta itu dengan mata yang lembut, menyelami makna yang tersembunyi di balik kalimat-kalimat indah yang diukir oleh Sang Pencipta.

Dalam dentingan harapan dan kerinduan, aku meresapi tiap baitnya, membiarkan hati ini tersentuh oleh cinta yang tak terhingga. Dalam keheningan malam, suara Al-qur'an mengalun seperti senandung asmara, membius hati dan memimpin jiwa dalam perjalanan menuju cahaya kebenaran.

****

"Sarah, sayang. Sini nak!" suara lembut Papa bersahut dengan deru knalpot motornya, memanggilku dari jendela kamarku.

"Iya Pa," jawabku, masih terlelap dalam alam mimpiku.

"Ayi ikut Papa, sini !" ajak Papa sambil menepuk jok motor nya dengan ceria.

"Mau kemana Pa ?" Tanyaku bingung sambil melirik ke arah jendela yang belum terangkat.

"Ayo, nak, Papa mau ajak kamu ke suatu tempat." Senyumnya ikhlas terpancar dari wajahnya, membuyarkan segala keraguanku.

Aku naik ke motor Papa dengan semangat yang membuncah. Aku terbuai oleh kegembiraan yang Papa suguhkan.

Dulu, setelah kecelakaan bersama Kak Salman, Papa mengalami patah tulang ringan. Namun, setelah menjalani perobatan rutin, Papa bisa pulih dan sembuh kembali. Kini aku bisa memeluknya saat dibonceng oleh Papa. Sebagaimana yang kulakukan dulu semasa kecil.

Di perjalanan, aku diperlihatkan oleh Papa, melalui keramaian kota yang sibuk. Suasana yang indah dan hiruk-pikuk aktivitas kota menyapaku dengan ramah. Mataku berbinar, menikmati setiap pemandangan yang dihadirkan di depanku.

"Kita mau kemana, Pa?." Tanyaku sambil memeluk erat Papa yang mengemudi motornya dengan penuh kegembiraan.

"Kamu bakal tau, Sarah," jawab Papa dengan senyum misterius di wajahnya.

Setelah 20 menit roda motor itu berputar dan berjalan akhirnya mengantarkan kami sampai di suatu tempat yang indah, Danau Anggrek, nama yang orang-orang beri untuk danau yang berada di pinggiran kota.

Suasana senja kala itu sangat cantik, dengan warna-warni langit yang memperlihatkan keindahan ciptaan Tuhan. Suara gemericik air dan semilir angin yang menyapa wajahku, membuat hatiku terasa begitu damai dan tenang.

"Papa, danau ini indah sekali," ujarku memandang pemandangan di depanku dengan kagum.

"Iya nak, Papa juga suka sekali dengan tempat ini. Ini tempat spesial untuk Papa dan Mama dulu, tempat pertama kali kita bertemu," kata Papa dengan lembut, matanya terarah pada danau yang mengalir tenang di depan kami.

"Benarkah, Pa? Aku enggak tahu," jawabku terkejut, tidak menyangka bahwa tempat ini memiliki arti khusus bagi mereka.

"Papa dan Mama pertama kali bertemu di sini, di tepi danau ini. Dan dari situlah kisah cinta kita berawal," ucap Papa sambil tersenyum penuh kehangatan.

Aku tersentuh dengan cerita Papa, merasa terharu dan bersyukur memiliki orang tua yang begitu romantis dan mencintai satu sama lain. Suasana danau yang indah menjadi saksi bisu dari kisah cinta mereka yang terus berlanjut hingga kini.

Papa menatap danau dengan tatapan penuh cinta, seolah-olah dia sedang mengulang kembali kisah cinta mereka.

"Pertemuan pertama kita di tepi danau ini adalah saat-saat yang tak terlupakan, Sarah. Mama... Dia begitu cantik pada saat itu, seperti bunga anggrek yang mekar di tengah-tengah hutan belantara. Persis seperti nama danau ini. Wajahnya dipenuhi sinar matahari senja yang memancar lembut, dan senyumnya begitu memikat hatiku."

Aku terpana mendengar cerita Papa, merasakan getaran emosi yang mengalir dalam kata-katanya.

"Mama berada di sini untuk mengambil foto-foto indah pemandangan danau ini. Dan Papa, entah bagaimana, berada di sini juga pada saat itu. Saat pandangan kami bertemu, dunia terasa berhenti berputar sejenak. Hatiku berdebar-debar tak terkendali, seolah-olah tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang besar."

"Pertemuan kami di tepi Danau Anggrek ini memang tak terduga, Sarah. Namun, dari situlah, cinta kami bermula. Kami menghabiskan sore itu dengan berjalan-jalan di sekitar danau, berbagi cerita, tertawa, dan semakin mengenal satu sama lain. Dan sejak saat itu, danau ini menjadi saksi bisu dari setiap langkah dan kisah cinta kami."

Aku mendengarkan cerita Papa dengan hati yang penuh kekaguman, terhanyut dalam aliran kata-kata yang mengalir begitu indah. Dan di tengah-tengah keheningan senja yang menyelimuti, aku merasakan kehadiran cinta yang begitu kuat, melintasi waktu dan ruang, menceritakan kisah cinta yang abadi.

"Pa , cerita Papa begitu indah," kataku dengan suara lembut, mataku masih terpesona oleh kisah cintanya dengan Mama.

"Aku nggak pernah membayangkan bahwa Mama dan Papa memiliki awal yang begitu romantis."

Papa tersenyum, matanya masih terpaku pada danau yang menampilkan refleksi cahaya senja.

"Terima kasih, Nak. Memang, cinta tidak pernah bisa diprediksi, dan seringkali datang pada saat yang paling tidak terduga."

Aku menyelipkan tanganku ke dalam genggaman Papa, merasakan kehangatan yang mengalir di antara kami.

"Aku bahagia bisa mendengar cerita ini, Pa. Ini membuatku semakin yakin bahwa cinta sejati memang nyata dan bisa bertahan dalam segala situasi."

Papa mengangguk, senyumnya memancar kebanggaan dan kebahagiaan.

"Benar, Nak. Dan aku berharap suatu hari nanti, kamu juga akan menemukan cinta yang sejati seperti yang Papa dan Mama miliki."

Saat itu, di tepi Danau Anggrek yang tenang, kami berdua terdiam sejenak, merenungkan makna dari setiap kata yang terucap. Dan dalam keheningan senja yang mempesona, aku merasa bersyukur memiliki seorang Papa yang selalu menjadi teladan dalam cinta dan kasih sayang.

Senja semakin mendekat, menyentuh cakrawala dengan warna-warni yang memukau. Di antara gemerlapnya langit senja, aku dan Papa melanjutkan perbincangan, membiarkan cerita-cerita dan kenangan masa lalu mengalir seperti aliran air yang tak pernah berhenti. Dan dalam momen-momen seperti ini, aku merasa bahwa tidak ada yang lebih berharga daripada kebersamaan dengan orang yang kita cintai.

Di usiaku yang baru menginjak 20 tahun, aku mulai mengerti betapa kuatnya kekuatan cinta dalam merubah segalanya.

Terkadang, ia datang secara tak terduga, membawa perubahan besar dalam hidup kita tanpa ampun. Saat kita terjerat dalam belenggu cinta, dunia seakan berputar dengan ritme yang baru, mengubah pandangan kita terhadap segala hal.

Rasanya seperti mengembara di lautan luas yang tak terduga, kadang penuh dengan gelombang yang menghantam, namun juga penuh dengan keindahan yang memikat hati.

Dan dalam perjalanan itu, kita akan belajar menghadapi tantangan, merasakan getaran yang kuat dari setiap emosi yang melanda, dan akhirnya, kita menemukan kedalaman yang baru dalam diri kita yang sebelumnya tak pernah kita sadari.

Sungguh, cinta adalah keajaiban yang mengubah hidup seseorang dengan cara yang tak terduga, dan aku, sebagai seorang gadis muda yang masih menjalani perjalanan hidup ini, siap untuk menghadapi setiap keajaiban yang ia bawa.

Setelah menikmati pemandangan senja yang mempesona di danau anggrek, kami memutuskan untuk pulang. Senja semakin menghilang di balik cakrawala, memberikan sentuhan terakhir yang memukau sebelum kegelapan menyelimuti langit.

Aku duduk di belakang Papa, memeluknya erat saat kami melaju pulang dengan roda motor yang menyapu jalanan dengan lincahnya.

Saat kami sampai di rumah, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Tetesan air jatuh dengan semangat, mengiringi alunan petir yang bergemuruh di kegelapan langit yang tiba-tiba gelap gulita.

Duuaar 

Suara petir menyambar dengan kuat, menggetarkan atmosfer yang ada di sekitar kami. Ketakutan tiba-tiba menyelinap ke dalam hatiku, menyentakkan setiap serat tubuhku.

Tanpa berpikir, aku memeluk Papa dengan erat, mencari perlindungan dalam dekapannya. Dalam kegelapan yang begitu mendalam, kehangatan Papa membuatku merasa aman dan dilindungi. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang tenang dan mendengar getaran suaranya yang mencoba menenangkanku.

Dalam perlindungan Papa, aku merasakan adrenalin mengalir melalui tubuhku. Terdengar suara gemuruh petir yang membuat kulitku berdengung, memicu rasa takut yang begitu kuat.

Namun, di saat yang sama, ada keindahan yang tersembunyi dalam momen ini. Kejutan alam yang menyeramkan ini memberikan kekuatan pada hubungan kami, mengikat kami dalam ketakutan bersama.

Tetesan hujan makin menghangatkan pelukan kami, menyatu dengan isakan langit yang memenuhi udara. Dalam dekapan Papa, aku merasa kuat dan berani menghadapi badai ini, seolah tak ada yang bisa menghancurkan kita.

Meskipun ketakutan melanda hati, aku tetap berdiri dengan tegar, saling memberikan perlindungan dan kekuatan yang kita butuhkan.

Dalam momen ini, air mata campur hujan basahi pipiku. Aku merasakan kegetiran dalam hatiku, namun juga kecantikan yang tersembunyi dalam ketidaktahuan dan ketidakpastian. Dunia seolah berhenti sejenak, membiarkan kita merasakan setiap sentuhan, tiap titik hujan, dan kehadiran satu sama lain dalam momen ini.

Mungkin tak ada yang bisa menahan gempita petir atau menghentikan curahan hujan yang deras, tapi di dalam perlindungan ini, aku merasa aman dan dilindungi.

Dalam pelukan Papa, dunia luar tampak jauh dan tak begitu menakutkan lagi. Kami menghadapi petir yang menggelegar dengan keberanian dan ketenangan yang hanya bisa ditemukan dalam kehangatan kasih sayang.

Momen ini mengingatkanku pada betapa rapuhnya kehidupan dan betapa pentingnya memiliki seseorang untuk berbagi ketakutan dan keanehan dalam momen-momen tak terduga.

Dalam momen seperti ini, aku menyadari pentingnya ikatan keluarga yang kuat dan hubungan yang mampu memberikan ketenangan di tengah kekacauan.

Saat hujan reda, aku masih merasakan gemuruh dalam diri. Namun, seiring dengan itu, aku juga merasakan ketenangan yang datang dari dalam, seperti setelah melewati badai yang dahsyat. Aku merasa bersyukur memiliki Papa, seseorang yang selalu siap melindungi dan mendukungku, bahkan di saat kegelapan paling dalam.

Kami berjalan menuju pintu rumah dengan langkah tegap dan yakin. Mungkin kita masih bergetar dan terombang-ambing oleh efek dari kejadian tadi, tapi kami tetap tegar.

Badai mungkin telah melewati, tapi kenangan akan momen ini akan selalu tinggal dalam ingatan kami, mengingatkan kami bahwa dalam kegelapan sekalipun, cahaya keluarga akan tetap bersinar terang.

*****

selamat membaca

Ridho_Hafezhcreators' thoughts