Jam pelajaran terakhir sudah berlalu oleh karena itu semua siswa siswi segera beranjak pulang kerumahnya masing masing begitu juga dengan Anna dan John sedang menunggu kedatangan Gibran, tepatnya diparkiran tak ada percakapan diantara mereka sampai akhirnya sosok pria berkulit putih pucat menginterupsi mereka.
"Cepat naik." Titah Gibran.
"Iya bang." Jawab John singkat.
Kemudian Gibran segera melajukan mobil sportnya meninggalkan area parkiran SMA 8 JAKARTA yang cukup luas, sesampainya dirumah mereka segera turun dan masuk kedalam rumah megah tersebut.
" Tumben jam segini baru pulang?" Ujar mamah Maria.
"Ada sedikit pelajaran tambahan mah." Sahut Gibran datar.
" Baiklah tidak masalah." Jawab mamah Maria sambil tersenyum hangat. "Oh iya Anna baru saja orang tuamu menghubungi mamah, mereka menanyakan kabar tentangmu dan mereka juga mengatakan kerinduannya kepadamu." Lanjutnya.
"Tolong mamah sampaikan kepada mereka bahwa aku baik-baik saja dan aku juga merindukannya." Ujar Anna.
"Iya sayang, jika mereka menghubungi mamah lagi, mamah akan menyampaikannya." Jelas mamah Maria.
"Terima kasih mah." Ucap Anna dengan gummy smilenya.
Mamah Maria hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Yaudah kalau gitu aku kekamar dulu ya mah." Pamit Anna dan Gibran yang tak sengaja berbarengan.
Mamah Maria dan John cengo melihat keajaiban tersebut. Pria berkulit putih pucat itu memutar bola matanya malas karena memahami reaksi dari keduanya sedangkan Anna menunduk malu dan akhirnya mereka masuk kekamarnya masing-masing yang menyisakan mamah Maria serta anak bungsunya.
"Mamah tahu tidak bahkan tadi pagi juga bang Gibran sudah mengajak Anna bicara." Ujar John yang masih tak percaya dengan peristiwa waktu pagi.
"Benarkah?" Tanya mamah Maria tak percaya.
"Iya mah, bahkan aku sampai tak percaya melihatnya." Sahut John.
"Tapi syukurlah jika sudah ada perubahan abang mu itu." Ujar mamah Maria sambil senyum sumringah.
"Mamah benar semoga saja semakin kedepan semakin banyak perubahannya." Tutur John. "Yaudah kalau gitu aku kekamar dulu ya mah." Lanjutnya.
"Iya." Jawab mamah Maria singkat.
Sore harinya seperti yang diperintahkan oleh Gibran, terlihat gadis mungil itu sudah berada dikamar pria tersebut dengan membawa buku matematika miliknya. Dia melirik kearah kakak sepupunya tersebut seakan meminta persetujuan yang segera diangguki oleh pria berkulit putih pucat itu.
Kemudian Anna segera mengulangi penjelasan materi yang sudah disampaikan kemarin agar manusia es itu bisa memahaminya, sepertinya pria berkulit putih pucat itu pun mulai mengerti rumus matematika yang telah diajarkan oleh sepupu adiknya tersebut, kemudian Anna mencoba memberikan contoh soal kepada Gibran.
"Bang Gibran, apa kau sudah memahaminya?" Tanya Anna memastikan.
"Hmm." Hanya gumaman yang gadis mungil itu dapatkan.
" Syukurlah, kalau begitu bisakah abang mengerjakan contoh soal yang ini? " Ujar Anna sambil menunjukkan persoalan yang tertulis dibuku paket miliknya.
Lagi, hanya deheman yang dia dapatkan. Pria berkulit putih pucat itu melihat soal tersebut dengan tatapan malas namun demi nilai dia harus melakukannya ya hitung-hitung latihan.
Kemudian Gibran mulai mengerjakan soal tersebut dengan wajah yang sangat serius dan teliti dalam mencari rumus untuk memecahkan contoh soal tersebut tak lama kemudian dia selesai dan merasa lega. Tanpa sadar bibirnya membuat lengkungan.
Saat pria berkulit putih pucat itu hendak menunjukkannya kepada Anna dengan wajah datarnya, mendadak harus mengurungkan niatnya karena dia melihat gadis mungil itu sudah tertidur pulas dengan tenang, sehingga terbesit rasa tak tega untuk membangunkannya bahkan akan sangat mengganggunya. Gibran menggelengkan kepalanya saja sambil memutar bola matanya malas.
" Ck, sungguh menyusahkan. " Gibran berdecak sebal.
Meskipun begitu dia tetap menggendong Anna ala brydal style dan dibawa ke kamarnya lalu menidurkannya diatas king sizenya serta tak lupa menarik selimutnya untuk menutupi semua bagian tubuhnya kecuali kepala. Tangannya spontan terulur mengusap surai kecoklatannya Anna.
"Hei apa yang baru saja aku lakukan?" Tanya Gibran kepada dirinya sendiri.
Kemudian dia pun segera kembali ke kamarnya dia memutuskan untuk segera tidur karena hari sudah malam.
SMA 8 JAKARTA
Tepatnya dikelas XII A semua penghuninya sedang disibukkan dengan selembar kertas yang berisi beberapa soal dan tentunya sangat menguras otak seorang Gibran Rafael Pradipta, namun dia terlihat tenang dalam mengerjakannya meskipun sesekali dalam hatinya mengeluarkan umpatan. Tak lama kemudian dia selesai sambil bernafas lega setelah itu disusul oleh beberapa siswa-siswi termasuk Adnan, Rama, Brian dan juga Bella.
"Apa kalian sudah selesai?" Tanya pak Hady.
"Iya pak. " Sahut Adnan mewakili mereka. " Sebaiknya kau periksa lagi jawabannya Gib. " Bisik Adnan.
Pria berkulit putih pucat itu pun menurut, dia kembali memeriksa jawabannya dengan teliti takut jikalau ada yang salah, namun dia tidak menemukannya sama sekali karena dia sangat ingat semua rumus yang telah dipelajarinya, dia tersenyum sangat tipis hanya dia yang bisa merasakannya.
"Semua jawabannya benar Nan." Ujar Gibran datar.
"Baguslah." Sahut Adnan.
Kemudian mereka pun melangkah kedepan dan mengumpulkan soal tersebut kepada pak Hady. Terlihat guru killer itu mengangkat satu alisnya tidak percaya melihat Gibran selesai lebih awal, biasanya dia yang paling terakhir ketika diadakan ulangan harian seakan faham dengan isyarat gurunya tersebut pria berkulit putih pucat itu memutar bola matanya malas.
"Ck, jangan negatif thinking dulu, kali ini aku belajar." Ucap Gibran datar.
"Syukurlah ada perubahan." Sahut pak Hady sambil tersenyum tipis.
Tak lama kemudian bel surgawi berdering semua siswa siswi berhamburan keluar, ada yang kekantin, ada yang nongkrong di taman sambil membaca novel, di perpustakaan dan lain sebagainya. Termasuk gadis mungil itu hari ini dia lebih memilih nongkrong di taman dengan sahabatnya ya siapa lagi kalo bukan Bilqis, mereka sedang menikmati semilir angin yang menyejukkan ditambah dengan Orange Juice dan tentunya dua potong roti panggang sebagai pengganjal perutnya.
Sementara dilain sisi satu kelompok gadis cantik namun berlagak seperti penguasa sebut saja Blue Bird yang diketuai oleh Bella, dengan anak buahnya Dea, Audi dan Nanda sedang membicarakan sesuatu namun lebih tepatnya bergosip ria tentang Anna.
" Kalian tahu nggak anak baru yang bernama Anna? " Tanya Bella.
" Aku tahu kak bahkan satu kelas kenapa? " Sahut Nanda.
" Jujur saja aku tidak suka dengan keberadaannya Nanda, bagaimana bisa dia sok menjadi analisis atas sikapnya si manusia datar itu huh? " Racau Bella. " Dan yang membuat aku lebih jengkel mengapa harus aku yang dicurigai? " Lanjutnya sambil memasang wajah masam.
" Hei bukan kau saja kak, bahkan meskipun aku satu kelas dengannya aku juga tidak menyukainya. " Ujar Nanda sehingga menjadi pusat perhatian ketiga sahabatnya tersebut.
"Apa yang membuatmu tak suka?" Tanya Dea heran.
"Aku sebal melihat dia yang selalu tebar pesona kepada semua pria yang ada disini, bahkan dia sangat caper sama Johnnya aku kak, kalian kan tahu sendiri betapa susahnya aku mendapat perhatian darinya dan dengan seenaknya dia masuk kedalam kehidupan John. " Gerutu Nanda sambil mencebikkan bibirnya.