" Kalian boleh lebih percaya pada apa yang kalian dengar dan kalian lihat. tapi kalian harus tau. semua yang dilakukan bang Arul hanya demi menyelamatkan Risya dari incaran Belinda yang licik."
" Apa maksud kamu?" tanya Darma penasaran.
" Yan....jangan !!! " kata Arul mencegah Dian mengatakan yang sebenarnya.
" Please bang, biar aku katakan yang sebenarnya. agar mereka berhenti menfitnah kamu bang. "
" Tapi...Yan."
" cukup bang. aku nggak mau melihat kmau tersiksa lagi. " bentak Dian dengan mata melotot karena marah. kalo sudah begitu Arul tidak bisa mencegah Dian untuk mengatakan yang sebenarnya.
" oke sekarang dengarkan. Sejak kecelakaan Risya...." Dia memulai ceritanya namun tiba-tiba Nila berlari tergopoh-gopoh ke Arah mereka.
" Mas Darma....mas...mas...gawat mas...Risya...Risya...." kata Nila sambil terenggah2.
" Hah?? Ada apa dengan Risya Nil? tanya Arul khawatir. tapi Nila justru mengacuhkannya.
" Risya ...Risya... Risya.... " kata Nila masih dengan nafas tersengal-sengal.
" Kamu tenang dulu, Nil. Minum dulu ini. " kata Lili sambil memberikan 1 botol air mineral.
" Ada apa dengan adikku Nil ?" tanya Darma khawatir.
Nila meminum air yang diberikan oleh Lili. lalu setelah tenang Dia mulai bercerita.
" Risya...Dia pingsan tadi sekarang dibawa ke ruang perawatan di Dufan. "
" Apaaaaaa????" teriak mereka bersama-sama.
Arul lalu berlari menuju ruang perawatan. Dia melihat Risya yang diberikan oksigen dan Infus ditangannya. Namun ketika Arul ingin memdekat pada Risya langsung dihalangi oleh Widi dan Somad.
" kak...A...arul.kak...arul.." Risya mengigau dialam bawah sadarnya. itu membuat Widi dan Somad melepaskan tangan mereka. Arul langsung mendekat ke arah Risya dan menggenggam tangan Risya.
" i..iya..aku disini sayang. kamu jangan takut ya. aku selalu disamping kamu.kamu sadar ya." ucap Arul sambil mencium punggung tangan Risya.
Perlahan mata Risya terbuka...kondisinya masih sangat lemah. Dia terbatuk sampai sesak nafas. Arul membantunya bangun dan dengan lembut menepuk punggung Risya. bahkan menjadikan dadanya sandaran untuk Risya yang begitu lemah. Risya merasa nyaman bersandar di dada Arul. " Apakah ini mimpi." pikirnya.
Arul mengambil air hangat di meja dan memberikan pada Risya, membantunya minum dan membersihkan sisa minuman dengan lembut. Semua mata yang melihat hanya menatap dengan mata kosong ada juga yang baper melihat ketulusan yang Arul berikan. Risya hanya bisa menatap Arul dengan mata penuh kerinduan.
'" Apa yang sakit ?" tanya Arul lembut,
Risya hanya menatap Arul sambil menggelengkan kepalanya.
Arul membelai kepala Risya lembut dipelukannya.
" istirahatlah. aku akan disini menjagamu." kata Arul membelai pipi Risya.
Risya merasa begitu damai dipelukan Arul. Risya memejamkan matanya. mencoba mengistirahatkan badan dan pikirannya. Selama ini Dia begitu lelah mengikuti logikannya untuk membenci Arul. bahkan dia sampai menyakiti hati orang yang kini justru membantunya dan menjaganya. Risya menggumam lirih
" kak..."
" hm..."
" maafkan aku."
" aku sudah memaafkanmu bahkan sebelum kamu memintanya. " kata Arul lembut.
" jangan berpikir macem-macem ya. yang penting kamu segera sembuh. nanti kita bicarakan lagi ya"
Risya mengangguk...baru saja Risya akan memejamkan mata kembali ketika sudut matanya melihat sosok Dian. Risya langsung merasa canggung dan bangun dari pelukan Arul karena merasa tidak enak sama Dian.
" kak...sebaiknya kamu pergi. " kata Risya gugup.
" hei... ada apa?" tanya Arul sambil memegang kedua bahu Risya. karena tubuhnya masih sangat lemah.
" aku...aku...nggak enak sa..sama Dian. " jawab Risya menunduk karena merasa bersalah.
Arul tertawa dan merengkuh Risya dalam pelukannya. Risya meronta dengan perasaan bersalah ingin melepaskan diri dari pelukan Arul.
" Dian adalah adik sepupuku, kamu ga perlu nggak enak sama Dia. " kata Arul masih memeluk Risya. Risya berhenti meronta, mendongak keatas menatap wajah Arul yang tampan.
" jadi...jadi selama ini dia salah paham dengan Arul." pikir Risya.
Arul menundukkan kepalanya dan melihat Risya yang melihatnya dengan tatapan penuh tanya.
" kenapa? selama ini kamu menyangka aku pacaran sama Dia? Dia memang manja sejak kecil. dan kadang suka meluk bahkan mencium aku. tapi Dia sangat baik. Dia selalu ingin melihat aku dan kamu bahagia." kata Arul menjelaskan.
" maafin aku ka. aku salah paham sama kamu selama ini. " kepalanya mendadak pusing dan sangat malu.
" ya memang sekali Playboy tetep playboy. " sindir Arul.
Risya memukul dada Arul lembut, merasa malu dengan perkataannya.
" tolong maafin aku...ya kak. " kata Risya penuh penyesalan.
" Iya...sekarang kamu istirahat ya. " kata Arul melepas pelukannya dan menidurkan Risya di ranjang agar bisa beristirahat.
" kak...jangan pergi. " Risya memegang tangan Arul seolah tak ingin lagi kehilangannya.
" enggak sayang, aku akan nunggu kamu kok. apa kamu nggak mau menikmati wahana bareng aku. " ledek Arul.
" mau...aku mau" kata Risya penuh semangat.
" ya udah istirahat dulu. nanti kita bersenang-senang bersama. " Risya begitu bahagia mendengarnya. Risya tertidur cukup selama 1 jam sampai 1 kantong infus habis. Dia udah seger kembali, Dia bisa melihat Arul masih duduk sambil membaca koran di sofa.
Risya tersenyum.
" kak..."
" kamu dah bangun sayang."
" kamu dari tadi nungguin aku disitu?"
" iya..kenapa?" kata Arul menutup koran dan mendekat ke arahnya.
" gimana kondisi kamu?"
" aku udah baikan kok. " kata Risya bangkit. selang infus juga sudah di lepas dari tangannya. Risya mencoba berdiri namun masih sedikit pusing dan hampir terjatuh. untung Arul segera menangkap tubuh Risya. dan mendudukan kembali di ranjang.
" hm...katanya udah baikan.." sindir Arul.
" iya udah baikan kok. ayo kita naik wahana." ajak Risya bersemangat. Dia memang sangat ingin menikmati wahana di Dufan bersama Arul.
" iya tapi kamu harus sehat dulu. aku nggak mau liat kamu sakit lagi. "
" tapi aku sudah sehat kak. " rengek Risya seperti anak kecil yang minta dibelikan permen.
" ya udah...coba berdiri yang bener. kalo udah nggak pusing kita naik wahana yang kamu mau tapi jangan yang ekstrem ya. " kata Arul mengingatkan.
" iya.."
Risya berjalan bersama Arul sekarang. Bahagia yang dirasakannya mengalahkan rasa sakit yang dideritanya. Arulpun begitu bahagia menikmati wahana bersama Risya.
Mereka hanya memilih berjalan-jalan dan mengikuti permainan tembak boneka.
" kamu mau boneka itu sayang?" tanya Arul ketika mereka melewati wahana permainan tembak boneka. Itu adalah permainan menembak boneka yang disukai dari jarak sekitar 3 meter. jika berhasil maka boneka yang tadi ditembak bisa dibawa pulang oleh mereka.
" aku mau ka." jawab Risya
Arul lalu membeli beberapa peluru untuk menembak boneka beruang yang diinginkan Risya. Arul menembak berkali-kali tapi tetap saja meleset. sampe peluru habis tak ada satupun yang mengenai boneka itu. Arul sangat kecewa...sementara Risya malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kecewa Arul saat peluru-peluru itu tidak pernah mengenai sasaran.
" yah....nggak ada yang kena. " muka Arul sedih, melihat kearah Risya dengan kecewa.
Risya hanya memandangnya dengan sangat iba. " udah gapapa. "
" kak beli es krim yuk. "ajak Risya.
" sayang, No !!! kamu kan lagi batuk. "
" sekali aja ka.please !!!"
" enggak. nanti kalo sembuh aku beliin es krim sepuasnya. "
Risya cemberut...